Narasi Perjuangan - - Livinda Orceila Librianto
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Halo! Perkenalkan nama Saya Livinda Orceila Librianto atau yang biasa dipanggil dengan nama Livinda atau Vinda. Saya berasal dari SMAN 34 Jakarta. Sekolah negeri yang dapat dibilang cukup ternama di Jakarta Selatan yang berlokasi di kawasan Pondok Labu, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat ini, saya bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bukanlah hal uang mudah untuk dapat duduk dan belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di tempat dimana beribu-ribu orang bahkan berjuta-juta orang berperang untuk dapat duduk dan belajar disana. Orang-orang yang rela berkorban untuk menempuh beribu kilometer demi meraihnya, orang-orang yang rela mengeluarkan tenaga dan pikiran demi mencapainya, dan orang-orang yang rela menyiksa dirinya dalam kegelapan serta kelaparan dalam menggapainya, mereka lah yang hanya pantas serta layak untuk dapat duduk dan belajar di tempat itu. Tidak dapat dipungkiri lagi, dibutuhkan perjuangan dan kerja keras yang dilakukan semaksimal mungkin untuk mendapatkannya. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Saya memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai tempat saya menimba ilmu sebab saya ingin dan senang untuk membantu keluarga, teman, dan masyarakat yang membutuhkan, terutama di bidang kesehatan. Selain itu, dapat dibilang saya sudah terbiasa hidup di lingkungan dokter karena ayah, ibu, kakek, tante, dan kakak saya sendiri ialah seorang dokter. Oleh karena itu, saya sudah terbiasa untuk melihat bagaimana realita kehidupan seorang dokter di Indonesia dimana saya dapat melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaan mereka sebagai seorang dokter, yakni menangani pasien di meja konsultasi hingga membedah pasien di ruang operasi demi memperbaiki mesin kehidupan pasiennya, yaitu tubuh pasien itu. Meskipun dibutuhkan waktu yang dapat dibilang paling lama dibandingkan fakultas lain, yaitu 6 tahun, tetapi saya masih bertekad untuk menempuh dan menjalaninya. Hal ini dikarenakan saya yakin bahwa perjuangan ini ialah perjuangan yang layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, diperlukan usaha dalam mencapainya.
Perjuangan saya ini dimulai sejak saya duduk di kelas satu Sekolah Menengah Atas. Awal masuk bukanlah hal yang mudah bagi saya untuk lewati karena saya belum terbiasa dengan metode pembelajaran dan teman-teman baru dari berbagai sekolah yang berbeda. Pada masa-masa kelas satu ini dapat dibilang, saya belum memiliki motivasi belajar yang cukup besar. Saya hanya menjalani proses pembelajaran selayaknya siswa normal menjalaninya. Saya lebih banyak berdiam diri dan melakukan aktivitas ketika istirahat sendiri ataupun segelintir teman yang sudah saya kenal saja. Oleh karena itu, guru tidak terlalu memperhatikan keberadaan saya. Dengan begitu, saya tidak cukup menonjol dibandingkan teman-teman saya yang lain di dalam kelas.
Keinginan saya pun mulai meningkat sejak saya sadar bahwa saya harus bangkit dan berdiri dengan kaki sendiri untuk dapat mencapai yang saya cita-citakan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sejak saya dapat dibilang cukup terpukul dengan hasil rapor kelas satu Sekolah Menengah Atas (SMA) milik saya. Ketika memasuki kelas dua, saya mulai bertekad untuk menjadi siswa yang lebih baik dan rajin dalam belajar. Sistem pembelajaran di sekolah saya menggunakan sistem kurikulum 2013 dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dibandingkan guru. Hal ini membuat guru membuat sistem penilaian dimana siswa yang lebih sering bertanya atau bahkan menjawab di dalam suatu tugas diskusi normal ataupun tugas kelompok akan mendapatkan nilai tambahan. Inilah yang membuat saya terpacu untuk sering bertanya kepada teman-teman yang sedang presentasi di depan ruang kelas. Bisa dibilang mulai saat inilah saya berjuang untuk dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada saat minggu-minggu awal kegiatan belajar mengajar kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA), saya masih mencoba untuk dapat beradaptasi dengan teman-teman saya yang baru. Apalagi, saya harus bertemu dan menghadapi teman-teman baru yang tidak saya jumpai pada saat kelas satu. Minggu-minggu awal ini dapat dibilang minggu-minggu yang cukup berat dalam perjuangan saya ini. Saya harus mengubah diri saya yang awalnya pendiam menjadi lebih sering berbicara bahkan cakap dalam berkomunikasi. Lagi pula, untuk menjadi seorang dokter diperlukan kecapakan dalam berkomunikasi dengan orang lain sebab seorang dokter perlu menerangkan kepada pasiennya bagaimana keadaan atau status kesehatan pasien tersebut serta apakah mereka memerlukan obat atau bahkan mereka harus melakukan operasi untuk memulihkan kesehatannya. Langkah awal yang saya lakukan ialah dengan memulai keberanian untuk memperkenalkan diri dengan teman-teman baru di lingkungan saya. Tentu, bukanlah langkah yang mudah. Berkali-kali saya mencoba untuk memulai percakapan duluan namun gagal. Akhirnya, setelah berulang kali saya mencoba untuk memulai percakapan dengan orang lain, saya mulai terbiasa untuk berbicara dengan orang-orang yang baru saya kenal. Hal ini juga tentu berdampak dalam proses pembelajaran saya. Saya yang mulanya dalam sebuah diskusi hanya diam, lama kelamaan mulai sering bertanya. Bahkan pada akhirnya, oleh karena terkadang pertanyaan yang saya lontarkan sulit untuk dijawab oleh penyaji materi diskusi, teman-teman saya tidak memberikan kesempatan bagi saya untuk memberikan pertanyaan terkait materi yang mereka sajikan. Pada saat kelas satu, dapat dibilang saya tidak pernah belajar kecuali sehari sebelum ulangan. Saya menyadari tentu hal ini tidak akan cukup untuk menunjang pembelajaran saya di sekolah. Dengan begitu, orang tua saya mulai memanggil guru les privat ke rumah untuk mengajarkan mata pelajaran fisika. Dengan adanya guru les privat ini, saya merasa ilmu saya jauh lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Orang tua saya pun akhirnya memanggil dua guru privat lainnya untuk mengajarkan saya mata pelajaran kimia dan matematika. Lama kelamaan yang awal mulanya saya tidak pernah merasa percaya diri ketika guru menerangkan suatu materi, saya mulai merasa lebih percaya diri karena saya sudah mempelajari materi yang disampaikan guru saya tersebut sebelumnya. Ketika kelas dua, tanpa disengaja saya diajarkan oleh guru matematika yang dapat dibilang kejam karena beliau berani untuk memberikan nilai C di dalam rapor untuk siswanya yang dia anggap tidak mampu dan menguasai materi matematika yang beliau ajarkan. Pada saat awal kegiatan pembelajaran dengan beliau, saya takut. Lebih lagi, beliau sangat senang untuk menyuruh salah satu muridnya secara acak untuk maju ke depan kelas dan memecahakan suatu soal matematika. Oleh karena adanya dukungan dari les privat, saya lebih berani dan percaya diri apabila diminta untuk ke depan kelas menyelesaikan suatu soal matematematika. Hingga pada akhirnya, saya sudah tidak lagi ditunjuk tetapi menawarkan diri untuk maju ke depan kelas dan menyelesaikan soal matematika yang ada. Berkat adanya latihan yang terus menerus, saya selalu mendapatkan nilai sempurna di dalam ulangan-ulangan harian matematika. Bahkan yang sangat mengejutkan saya ialah dia berani untuk memberikan saya nilai hampir sempurna di dalam rapor saya. Sejak saat itu, saya sangat menyukai mata pelajaran matematika. Selain itu, ketika kelas dua, saya juga diajarkan oleh seorang guru kimia yang sangat baik dan ramah terhadap murid-muridnya. Oleh karena saya sering maju ke depan kelas untuk menjawab soal-soal kimia yang beliau beri, saya menjadi lebih menyukai mata pelajaran Kimia daripada sebelumnya. Terdapat suatu hal yang unik dalam pembelajaran Bahasa Inggris di dalam kelas saya. Pada umumnya, guru akan mengajarkan dan menerangkan materi-materi Bahasa Inggris langsung kepada murid-muridnya. Namun, ketika kelas dua, saya mendapatkan seorang guru yang menggunakan metode pembelajaran menggunakan drama. Murid-muridnya dituntut untuk memikirkan skrip atau teks drama mereka akan seperti apa, bagaimana cara mereka mempresentasikan drama tersebut, dan dalam penyajian drama tersebut, murid-muridnya harus memasukkan suatu materi Bahasa Inggris yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada awalnya, hal ini sangat berat bagi saya karena saya tidak mempunyai pengalaman sedikit pun dalam membuat suatu skrip drama. Terlebih lagi, harus menggunakan bahasa Inggris. Akan tetapi, lama kelamaan saya mulai terbiasa dan tanpa disadari hal inilah yang sangat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris saya sebab dalam menyusun suatu skrip drama, tentulah saya harus mencari kata-kata baru dan bagaimana cara pengucapannya. Sayangnya, tidak lama setelah saya merasa nyaman dengan guru Bahasa Inggris saya tersebut, beliau harus dipindah tugaskan ke sekolah lain. Dengan begitu, berakhirlah hari-hari saya membuat skrip drama setiap minggu. Masa-masa kelas dua ini dapat dikatakan masa-masa yang sangat membangun saya untuk menjadi yang lebih baik. Terdapat banyak sekali perubahan dalam diri saya dimana yang awalnya saya sangat jarang sekali berbicara, berubah menjadi sangat sering berbicara. Masa-masa inilah juga yang membangun hubungan saya dengan guru-guru di sekolah saya. Pada saat penerimaan rapor semester satu kelas dua ini, saya meminta maaf kepada ibu saya karena saya takut akan hasil rapor saya. Tidak disangka-sangka, ternyata untuk pertama kalinya, saya menerima predikat sebagai juara umum di angkatan saya. Saya merasa senang dan bangga terhadap diri saya hingga meneteskan air mata. Hari-hari berlalu pada saat semester dua. Tidak disangka juga, ternyata saya masih menempati posisi sebagai juara umum di angkatan saya ketika semester dua kelas dua.
Kelas tiga semester satu dapat dibilang sebagi puncak atau ujung tombak dari prestasi yang dapat saya ukir dan tawarkan untuk masuk ke universitas melalui jalur SNMPTN atau yang lebih dikenal dengan jalur undangan. Oleh karena itu, saya berusaha semaksimal mungkin untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan saya. Pada mulanya, saya mendaftar di suatu kursus bimbing belajar yang berada di kawasan sekolah saya, yakni Prosus Inten. Oleh karena saya telat dalam membayar uang muka kursus tersebut, saya mendapatkan kelas dimana mencakup murid-murid dari berbagai sekolah yang berbeda. Akan tetapi, ternyata hal inilah yang membuat saya lebih mengenal bagaimana proses pembelajaran di berbagai sekolah di Jakarta. Oleh karena saya harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang terbaik, orang tua saya menyarankan saya untuk mengikuti kursus bimbingan belajar di lembaga lain. Setelah melakukan beberapa riset, akhirnya saya menemukan lembaga yang tepat, yakni BTA 45 yang berlokasi di daerah Tebet. Pada akhirnya, saya mengikuti dua jenis Lembaga kursus bimbingan belajar tiap minggunya. Mulai hari Senin hingga hari Sabtu saya kursus di Prosus Inten sedangkan setiap hari Minggu saya kursus di BTA 45. Belum lagi, orang tua saya meminta saya untuk meneruskan saja les privat saya. Oleh karena itu, setiap minggunya saya mengikuti tiga jenis les yang berlokasi di tempat yang berbeda-beda dan waktu yang berbeda-beda. Selain itu, sekolah saya merupakan sekolah yang unik karena setiap guru dituntut untuk selalu memberikan tugas atau pekerjaan rumah untuk murid-muridnya setiap kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu, hari-hari saya ketika berada di kelas tiga merupakan hari-hari yang sangat berat di hidup saya. Hari-hari berlalu di saat saya duduk di kelas tiga. Ketika hari pengambilan rapor semester satu kelas tiga, saya merasa gugup bukan main. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Saya mendapatkan peringkat juara umum kembali di angkatan saya. Beberapa hari kemudian, hari pendaftaran jalur SNMPTN dibuka. Saya mendaftar di jalur tersebut dengan bantuan guru bimbingan konseling di sekolah saya. Akan tetapi, ada yang berbeda dalam pendaftaran jalur SNMPTN tahun saya tersebut dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada saat tahun-tahun sebelumnya, sekolah bertugas untuk mengatur siapa saja siswa-siswi yang layak untuk mengikuti jalur tersebut, sedangkan pada tahun saya, sekolah wajib mendaftarkan seluruh siswa-siswinya ke dalam situs pendaftaran jalur tersebut. Hal ini tentulah membuat saya lebih gugup karena ibaratnya saya harus melewati penyaringan siswa-siswi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dahulu sebelum dapat secara resmi mendaftar untuk mengikuti jalur SNMPTN. Untungnya, saya lolos penyaringan tersebut dan dapat mengikuti jalur SNMPTN. Setelah beberapa bulan berlalu, tibalah saat pengumuman hasil penerimaan jalur tersebut. Pengumuman hasil penerimaan dibuka sekitar pukul 16.00 WIB. Gugup, gelisah, dan lemas terus saya rasakan. Pada saat saya membuka situs hasil pengumuman jalur SNMPTN dan memasukan nama pengguna dan kata sandi milik saya untuk dapat masuk ke dalam situs tersebut, terjadi beberapa kali kegagalan. Akhrinya setelah mencoba setiap lima menit, terbukalah hasil jalur penerimaan tersebut. Tanpa disangka-disangka, saya melihat kotak hijau bertuliskan “Selamat! Anda diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.” Perasaan saya gembira sekali hingga meneteskan air mata mengingat seberapa berjuangnya saya untuk mendapatkan cita-cita saya ini. Seperti itulah perjuangan saya hingga akhirnya diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia.
Meskipun saya sudah meraih salah satu impian saya, masih banyak harapan-harapan bagi diri saya untuk ke depannya. Saya berharap saya dapat terus menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat lulus dari FKUI dengan nilai terbaik dan predikat cumlaude. Selain itu, saya berharap saya dapat terus menjadi anak yang membanggakan bagi keluarga dan dapat mensejahterakan kehidupan keluarga saya. Dengan diterimanya saya dan kakak saya sebagai mahasiswa FKUI, saya berharap adik-adik saya dapat mengikuti jejak saya dan kakak saya. Untuk kehidupan perkuliahan, saya berharap saya dapat bergaul dan mengenal seluruh teman-teman seangkatan saya lebih baik dan angkatan saya (FKUI 2019) dapat menjadi angkatan yang terus jujur, berkomitmen, dan amanah seperti apa yang telah ditetapkan.
Banyak harapan saya untuk tahun-tahun ke depannya. Untuk satu tahun ke depan, saya berharap saya dapat beradaptasi dengan cepat dalam proses pembelajaran di perkuliahan dan dapat mengikuti seluruh mata kuliah dengan sangat baik. Tiga tahun ke depan, saya berharap saya dapat mengikuti dan sudah terbiasa dengan proses perkuliahan di FKUI. Selain itu, untuk sepuluh tahun ke depan, saya berharap dapat menjadi seorang dokter yang menyandang spesialisasi tertentu dan bekerja di rumah sakit terbaik pada masanya. Dua puluh tahun ke depan, saya berharap saya sudah berkecukupan, memiliki pekerjaan yang stabil, dan sudah berkeluarga.
Dengan adanya tulisan saya ini, saya berharap teman-teman yang ingin diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi lebih terpacu dan termotivasi dalam belajar. Dibutuhkan semangat, niat, tekad, dan perjuangan yang keras untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin. Bulatkanlah tekad untuk menjadi yang terbaik. Janganlah menunda-nunda pekerjaan. Jika dapat dilakukan segera, lakukanlah sesegera mungkin. Seluruh keringat yang diteteskan dan pengorban besar yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil yang terbaik. Sebab, tidak ada suatu hasil yang mengkhianati usaha.
Comments