top of page
Search

Narasi Perjuangan -- Adinda Nur Afifah

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 20, 2019
  • 4 min read

Haiii! Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatu, saya Adinda Nur Afifah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) tahun 2019. Saya anak pertama dari tiga bersaudara. Saya bersekolah di SMA Negeri 98 Jakarta, sebuah sekolah menengah atas yang berada di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sebelumnya saat SMP, saya mengenyam pendidikan boarding school khusus putri. Hari-hari yang saya lalui di masa sekolah mirip dengan yang dilakukan oleh teman-teman sebaya, yaitu sekolah, mengerjakan tugas bersama teman-teman, hangout sesekali, serta tetap mempersiapkan diri untuk masuk ke pendidikan tinggi. Seperti yang kita ketahui, Universitas Indonesia terutama fakultas kedokterannya merupakan mimpi hampir setiap anak Indonesia sebagai tempat melanjutkan menuntut ilmu. Universitas Indonesia adalah universitas terbaik di Indonesia dengan setiap tahunnya terdapat ribuan siswa yang mendaftar di Universitas Ini. Dimana hanya putra-putri terbaik bangsa lah yang dapat menuntut ilmu disini, banyak tokoh-tokoh nasional yang menempuh pendidikan di universitas ini, sebutlah Ibu Menkes dr. Nila A Moeloek, Sp.M. Belum lagi yang baru-baru ini ramai di televisi yang berani menyampaikan aspirasinya rakyat terkait pemilu, yaa dr. Ani Hasibuan, Sp.S,, hehehe luar biasa sekali seorang dokter, wanita cerdas dan pemberani. Disamping tempatnya yang nyaman, rindang dan juga dekat dengan rumah, Universitas Indonesia menjadi kampus perjuangan dari masa orde lama sampai dengan masa reformasi. Terinspirasi dari wanita-wanita hebat tersebut, serta lingkungan yang nyaman, saya memantapkan hati untuk memilih fakultas kedokteran sebagai tempat saya akan melanjutkan pendidikan. Sejak duduk di bangku SMA kelas XII saya sudah menyiapkan diri ikut berbagai bimbingan belajar untuk bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sekolah tempat saya mengenyam pendidikan dulu bukanlah sekolah favorit. Tetapi bukannya buruk ya, hehe. Guru – gurunya sangatlah kompeten di bidangnya dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap yang dapat menunjang prestasi para siswa nya. Belum ada satu siswa pun yang berhasil tembus fakultas kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN termasuk saya, ketika dapat undangan banyak yang mencibir “aah Cuma mimpi bisa masuk di FKUI”. Setelah tidak lulus di SBMPTN tahun 2018 sebenarnya saya merasa kecewa, putus asa karena gagal masuk di kampus impian saya. Namun kegagalan tersebut tidak membuat mimpi saya surut, saya tetap menjaganya dengan keyakinan dan kemantapan. Segala upaya dan doa saya lakukan, medekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, dengan terus berserah diri, sholat 5 waktu, mengaji, tidak hentinya doa selalu ku panjatkan Pada-Nya. Saya selalu percaya bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi hambanya. Selain itu, karena motivasi dan support yang tinggi dari kedua orang tua, keluarga, teman maka saya memutuskan untuk mencoba lagi peruntungan saya di fakultas kedokteran Universitas Indonesia di tahun berikutnya, yaitu 2019 ini. Setelah setahun saya di rumah mencoba lebih ekstra lagi belajar untuk mengejar kekukurangan-kekurangan saya, termasuk dengan mengikuti beberapa bimbingan belajar baik offline dan online, serta beberapa kursus bahasa asing juga tidak lupa berdoa, berdoa dan berdoa. Keseharian saya hanya berteman dengan buku, soal-soal latihan, pulpen, laptop dari pagi sampai malam, yaa sekali-kali bermain dengan adik-adik, kalau sudah jenuh sekali paling nonton drama korea sebentar, hahaha,, Itupun kalau sudah keluarga khawatir dengan kesendirian ku dikamar dengan buku-buku, maka ayah atau ibu akan datang dan mengajak keluar seperti “Liburan, liburan Ka, main sana keluar jangan dikamar aja”. Satu tahun berlalu, saya terus menjaga mimpi dan doa untuk masuk ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Kecemasan dan kekhawatiran menghampiri pada hari pengumuman tersebut. Siang hari, saya menguatkan hati untuk membuka pengumuman. Saya yakini bahwa apapun yang ada di pengumuman adalah keputusan Allah, yang maha mengetahui apa yang baik bagi saya. Pekik “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Maha Besar Alhamdullilahi robbil alamin” saat saya membuka pengumuman yang tertuliskan “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia” sujud syukur pada Mu ya Rabb, Engkau kabulkan doa-doa hamba mu ini. Pengumuman tanggal 31 Juli 2019 itu menjadi awal perjuang saya untuk mengapai cita-cita. Harapan saya nantinya saya bukan hanya akan belajar tentang ilmu-ilmu kedokteran, tapi lebih luas lagi. Mulai lagi bagaimana saya menghadapi masalah-masalah terkait kuliah, bagaimana saya bergaul dan bersosialisasi, termasuk mengakrabkan diri dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Menjadi dokter sebuah impian saya sejak kecil, ketika ditanya cita-citanya mau jadi apa, saya selalu menjawab “ jadi dokter”, alhamdullilah sewaktu SD saya sudah jadi dokter kecil, hehehe. Entah mengapa saya tidak terpikirkan untuk menjadi yang lain, mungkin karena pengaruh dari ayah ibu saya yang juga memiliki latar belakang pendidikan yang tidak jauh dari dunia kesehatan. Ditambah lagi kedua orang tua saya sebagai petugas medis, Ayah seorang perawat yang bekerja di lembaga kemanusian Dompet Dhuafa. Beliau selalu turun pada saat bencana terjadi, saya rasa dari gempa Aceh sampai Papua ayah selalu hadir untuk memberi pertolongan kepada koban yang terkena musibah. Begitu juga Ibu yang merupakan seorang bidan, saya sering diajak Ibu pada saat bekerja di puskesmas melihatnya saat menolong persalinan, aah sungguh bangga aku kalo bisa seperti mereka, bukan hanya bekerja saja tapi disitu ada nilai kemanusian dan ibadah didalamnya. Ini juga yang menjadi motivasi saya untuk selalu giat belajar untuk menggapai cita-cita saya. Belakangan, saya pun selalu bermimpi menjadi dokter spesialis anak, dimana saat ini anak-anak Indonesia masih banyak yang bermasalah pada kesehatan, angka kematian bayi balita, gizi buruk, penyakit tumbuh kembang. Bagaimana bangsa Indonesia bisa maju kalau generasi penerusnya pada saat kecil sudah terserang penyakit dan tidak tumbuh dalam kondisi yang baik untuk tumbuh. Kesehatan sejak dini tentukan kualitas generasi penerus yang bisa tumbuh sehat, kuat dan cerdas untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Masa-masa sebagai mahasiswa Universitas Indonesia menjadi kebanggaan sekaligus tanggung jawab besar bagi saya. Saya bangga bisa menjadi mahasiswa dari kampus ternama di Indonesia, namun saya juga harus mengemban tugas sebagai bagian dari anak muda yang memiliki privilege untuk bisa melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Keistimewaan ini membuat saya ingin melakukan banyak hal untuk masyarakat, seperti yang biasa dilakukan oleh kedua orangtua saya. Menjadi mahasiswa pendidikan dokter bukanlah tujuan dan akhir dari segalanya, tapi saya jadikan sebagai titik awal upaya yang lebih keras untuk memberikan manfaat lebih kepada banyak orang. Harapannya 10 tahun lagi saya sudah semakin dekat dengan mimpi saya untuk menjadi dokter anak. Walaupun tidak ada yang bisa menjamin keinginan saya untuk mengambil spesialis anak akan terus ada, saya tidak menutup kemungkinan akan perubahan-perubahan jalan yang saya pilih nantinya. Yang pasti, apapun itu, saya tetap ingin berbagi kepada sesama dan memanfaatkan ilmu yang saya miliki dari perkuliahan untuk kebaikan sesama.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page