Narasi Perjuangan -- Ahmad Fauzi
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 8 min read
Halo! Perkenalkan nama saya Ahmad Fauzi, saya berasal dari SMA Negeri 8 Jakarta, saya dilahirkan pada tanggal 9 Juli 2000 di salah satu rumah sakit di Jakarta, yaitu Rumah Sakit Pusat Nasional Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSPN RSCM). Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saya tinggal bersama keluarga saya di Kelurahan Pasar Manggis, Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan kode pos 12970. Saat ini saya sedang mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Perjalan saya untuk menjadi mahasiswa kedokteran tak lepas dari berbagai kegagalan yang telah saya lalui serta usaha, dukungan,z dan do’a kedua orang tua saya. Ayah saya merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil dan ibu saya merupakan seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil, kedua orang tua saya mendidik saya agar menjadi orang yang jujur, ramah, senang membantu orang lain, dan mereka juga mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah dan harus bisa berprestasi. Berkat didikan dari kedua orang tua, saya bisa masuk ke fakultas dan universitas yang saya dambakan.
Didikan dari orang tua saya sejak kecil memotivasi saya untuk menjadi anak yang berprestasi. Sejak kecil saya mulai menyukai dunia sains. Sejak saya baru menginjakan kaki di Taman Kanak Kanak (TK) yang terletak di Jl. Tegal, Menteng, Jakarta Pusat. Sejak TK ayah saya sering cerita bahwa saya memiliki kelebihan dalam berfikir dan memahami sesuatu. Sejak itu ayah saya selalu menceritakan dan memotivasi saya untuk menjadi seorang dokter. Ketika saya menginjakkan kaki di Sekolah Dasar di SD Negeri menteng 02 yang bertempat di Jl. Tegal no.10, Menteng, Jakarta Pusat, saya sering mengikuti berbagai perlombaan di bidang matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan salah satunya saya pernah berhasil mewakili sekolah saya sampai tingkat provinsi di bidang Ilmu Pengetahuan Alam. Meskipun saya gagal melanjutkan ke tingkat nasional, akan tetapi saya mulai menyadari minat saya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Namun saya menyadari bahwa saya memiliki rasa penasaran yang tinggi akan dunia pengetahuan alam.
Setelah saya lulus pendidikan tingkat sekolah dasar, saya masuk ke salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terletak di Jl. Salemba Raya, yaitu SMP Negeri 216 Jakarta. Masa SMP saya lebih banyak saya habislan untuk bermain, tetapi aayah saya sering sekali mengajak saya untuk berkunjung ke tempat kerjanya yang terletak berdekatan dengan SMP saya, yaitu RSCM. Setiap saya berkunjung, ayah saya selalu mengajak saya mengunjungki kampus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang terletak di Jl. Salemba Raya. Ayah saya selalu memotivasi saya untuk bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal ini yang selanjutnya menjadi salah satu motivasi saya untuk mendaftarkan diri ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selama saya menjalani pendidikan di Sekolah Menangah Pertama, saya masih belum dapat memastikan cita-cita saya, tapi banyak dari teman saya yang menyarankan saya untuk menjadi seorang dokter dan banyak juga dari mereka yang ingin menjadi seorang dokter. Dari situ saya sadar bahwa menjadi seorang dokter merupakan hal yang banyak diinginkan oleh orang lain dan profesi seorang dokter adalah profesi yang mulia.
Setelah saya lulus Sekolah Menengah Pertama, saya melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terletak di Jl. Taman bukit duri, yaitu SMA Negeri 8 Jakarta, semenjak saya masuk Sekolah Menengah Atas, saya mencoba lebih mendalami minat saya semenjak Sekolah Dasar dan akhirnya saya jatuh hati pada mata pelajaran kimia. Hal ini yang mengantarkan saya mengikuti berbagai perlombaan di bidang kimia. Pada tahun 2016 lalu, ketika saya baru menjadi siswa SMA Negeri 8 Jakarta, saya diberi kesempatan mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang kimia. Dengan usaha dan do’a yang keras, saya berhasil mewakili sekolah saya hingga tahap provinsi. Walaupun saya gagal untuk melaju ke tingkat nasional lagi, tetapi saya mendapat pengalaman dan teman-teman yang hebat. Saya sempat merasa sedih dan kecewa, namun saya menyadari masih banyak kekurangan dalam diri saya yang harus diperbaiki.
Pesan ayah saya untuk menjadi anak yang tidak mudah menyerah memberi saya motivasi untuk bangkit dari kegagalan. Saya mengikuti berbagai lomba bidang kimia yang diselenggarakan universitas-universitas di Indonesia seperti Pesta Sains Nasional (PSN) yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), chemistry fair yang diadakan oleh Universitas Indonesia (UI), Olimpiade Kimia Tingkat Nasional (Oktan) yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), temu kimia yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan pada akhir tahun 2016 lalu, saya mengikuti National Chemistry Challenge yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan berhasil membawa pulang piala juara 1. Namun prestasi tersebut tidak membuat saya lengah dan tetap melanjutkan mendalami ilmu kimia demi mempersiapkan Olimpiade Sains Nasional 2017. Akhirnya sayapun mengikuti lagi Olimpiade Sains Nasional tahun 2017 di bidang yang sama. Berkat usaha, pengalaman, dan do’a yang lebih kuat dari sebelumnya, saya berhasil mendapatkan medali perak pada ajang Olimpiade Sains Nasional 2017 tersebut.
Setelah saya berhasil mendapatkan medali Olimpiade Sains Nasional 2017, saya mencoba mengikuti seleksi dan pembinaan calon peserta 50th International Chemstry Olympiad (IChO). Akan tetapi, saya hanya berhasil hingga tahap pertama. Meskipun saya gagal menjadi peserta IChO, tetapi saya mendapatkan banyak teman-teman yang sangat hebat dan juga pengalaman yang luar biasa. Setelah itu, saya mencoba mengikuti lomba di bidang lain, yaitu bidang medis. Saya mengikuti lomba Medical Science and Application (MEDSPIN) yang diselenggrakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Saya dan tim berhasil menjadi semifinalis dalam perlombaan tersebut. Perlombaan ini lah yang membuat saya tertarik dengan ilmu medis.
Selain mencari prestasi akademis, saya juga mencoba mencari pengalaman berorganisasi. Sejak pertama menginjakkan kaki dibangku SMA, saya mendaftar beberapa organisasi seperti perwakilan kelas, putri puta pecinta alam delapan (PUAPALA), dan rohani islam SMA Negeri 8 Jakarta (Rohis). Setelah mengikuti semua alur kaderisasi yang ada, saya direkomendasikan untuk mengikuti Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS) mewakili Rohis. Sayapun mengikuti serangkaian program Latihan Kepemimpinan Siswa dan mendaftarkan diri menjadi calon ketua Rohis. Setelah melalui seleksi dan pemilihan, sayapun diamanahkan menjadi wakil ketua eksternal. Pengalaman mengikuti organisasi-organisasi di Sekolah Menengah Atas mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri, menghargai orang lain, kritis, dan juga memberikan saya pengalaman dalam mengurus sebuah acara.
Selama saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) saya banyak mendapatkan info seputar perkuliahan dari alumni-alumni, guru Bimbingan Konseling (BK) , dan juga dari teman-teman. Dari semua informasi yang saya dapat, saya sempat bingung untuk masuk ke Fakultas Kedokteran atau ke Sekolah Teknik Elektro. Menurut saya kedua jurusan tersebut memiliki prospek yang bagus dan sesuai minat saya, sayapun sempat berkonsultasi dengan orang tua, guru, dan teman saya.
Singkat cerita, saya mendaftarkan diri dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), saya mendaftarkan diri di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Elektronika dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), namun setelah pengumyman, saya gagaI melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sayapun mengikuti tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan memilih pilihan yang sama, namun saya juga gagal, hal itu merupakan hal yang membuat saya sangat sedih dan kecewa namun saya sadar masih ada jalur lain untuk memasuki dunia perkuliahan. Saya pun mendaftar Ujian mandiri di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Diponegoro (Undip). Setelah pengumuman, saya berhasil masuk teknik elektro universitas diponegoro.
Kegagalan saya masuk universitas yang saya impikan membuat saya sempat patah semangat. Namun saya ingat kata pepatah untuk tidak pernah menyerah. Sayapun mencoba belajar lebih giat dan mengikuti banyak tryout Ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri demi mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK) 2019 sembari menjalani aktivitas perkuliahan di Teknik Elektro Universitas Diponegoro. Selama saya menjalani perkuliahan di Universitas Diponegoro, saya sempat merasa down, kehilangan semangat, namun saya beruntung bertemu teman yang baik dan mau membantu saya, mereka selalu membantu saya saat saya sedang belajar dan izin tidak resmi tidak mengikuti perkuliahan, mereka mengabsenkan saya. Begitupun dalam pengkaderan, teman saya selalu meng-cover saya ketika saya izin. Selama saya berkuliah di Universitas Diponegoro, saya makin yakin untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurut saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas yang sangat bergengsi, banyak diminati, dan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas baik. Hal ini yang membuat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu Fakultas Kedokteran terbaik di Asia Tenggara dan terbaik di Indonesia, sedangkan Universitas Indonesianya sendiri merupakan universitas terbaik di Indonesia. Hal tersebut yang memantapkan diri saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Singkat cerita, Ujian Tes Berbasis Komputer dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2019 pun datang. Saya mendaftar dua kali gelombang Ujian Tes Berbasis Komputer. Setelah saya selesai mengikuti kedua Ujian Tes Berbasis Komputer, saya sangat merasakan deg-degan dan takut jika saya gagal kembali. Bahkan saya sempat mendaftar Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI) dengan mendaftar ke enam jurusan yang terdiri dari tiga jurusan umum yaitu jurusan Pendidikan Dokter Universitas Indonesia, Teknik Industri Universitas Indonesia, Ilmu Aktuaria Universitas Indonesia, dan juga tiga jurusan kelas paralel yaitu Teknik Industri Universitas Indonesia, Teknik Elektro Universitas Indonesia, dan Sistem Informasi Universitas Indonesia. Saat tiba hari pengumuman kelulusan, saya membuka web pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri dengan sangaat deg-degan, ketika saya selesai memasukan nomer ujian dan tanggal lahir saya, saya mendapatkan tulisan “Selamat! Anda diterima sebagai mahasiswa Universitas Indonesia Jurusan Pendidikan Dokter. Saya sangat senang dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia setelah sebelumnya gagal. Semua proses mulai dari menjadi medalis Olimpiade Sains Nasional dan dapat diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memberikan saya banyak pelajaran berharga. Saya belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir suatu perjuangan, malah sebaliknya, kegagalan memberi kita lebih banyak pelajaran dan pengalaman. Semua kegagalan yang saya alami membuat saya lebih bersemangat dan memiliki motivasi kuat untuk memperbaikinya.
Harapan saya setelah saya berhasil diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk diri saya adalah saya ingin menjadi orang yang bisa membantu orang lain. Saya ingin bisa menjadi dokter yang dapat menyelamatkan orang lain, menyembuhkan orang lain sehingga mereka bisa kembali sehat dan hidup bersama keluarga mereka kembali. Sedangkan untuk keluarga saya, saya ingin menunjukan bahwa saya sudah sukses dan bermanfaat untuk orang lain, saya ingin membawa keluarga saya berlibur ke luar negeri dimana sekarang saya belum bisa melakukan hal itu, teruntuk orang tua saya nanti, saya ingin menaikan haji mereka selagi saya masih bisa. Harapan saya untuk masyarakat luas adalah saya dapat membantu masyarakat meningkatkan kualitas kesehatan mereka. Saya ingin memberi penyuluhan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, membantu pengobatan gratis untuk masyarakat yang kurang mampu karena menurut saya mereka juga memiliki hak yang sama dalam mendapatkaan perawatan kesehatan. Sedangkan harapan saya untuk FKUI’19 adalah supaya angkatan FKUI’19 menjadi angkatan yang solid, saling tolong menolong satu sama lain, membantu saat satu orang kesusahan terutama dalam menjalani pendidikan kedokteran di Indonesia.
Rencana saya dalam 1 tahun kedepan adalah ingin menjadi aktivis organisasi seperti Badan Eksektutif Mahasiswa dan Central Indonesian Medical Students Association (CIMSA) dan kepanitiaan, saya juga ingin mengikuti beberapa lomba seperti lomba me-review beberapa jurnal kedokteran, lomba-lomba Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan saya berharap saya bisa menembus ke tingkat nasional (PIMNAS), dan juya lomba-lomba lain yang nanti akan saya ikuti. Selain itu saya ingin menjadi free lancer guru bimbel untuk anak-anak Sekolah Menengah Atas yang ingin mengikuti Ujian Tes Berbasis Komputer 2020 nanti. Sedangkan untuk 3 tahun ke depan, saya berencana menemukan beberapa penelitian untuk menyelesaikan mata kuliah riset saya dan juga mengikuti perlombaan dibidang penelitian. Dalam 10 tahun ke depan, saya berharap untuk sudah lulus baik program sarjana dan profesi kedokteran. Setelah saya lulus, saya juga berharap sudah bisa bekerja di Rumah Sakit Nasional yang besar selama kurang lebih 2 – 3 tahun. Sembari bekerja, saya ingin mencari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat spesialis. Selanjutnya, saya ingin mendaftarkan diri ke program spesialis di Universitas Indonesia dan mengambil jurusan spesialis onkologi atau spesialis obstetri dan ginekologi (obsgin). Sedangkan untuk jangka waktu 20 tahun kedepan, saya berharap sudah bisa mendapat gelar spesialis dan sudah bekerja di salah satu dari dua rumah sakit impian saya, yaitu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) atau Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). Selain itu saya juga berharap dapat menemukan beberapa penelitian lanjutan dan dapa mempublikasikannya. Saya juga berharap untuk melanjutkan pendidikan saya ke program spesialis II untuk mendapatkan gelar konsultan.
Pesan saya untuk adek-adek yang nanti ingin masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, janganlah mudah putus asa, tetap semangat dan selalu kejar impianmu itu, selalu yakin sama diri sendiri dan do’a kamu, berbuat baiklah dengan sesama manusia terutama orang tua sendiri. Seperti kata pepatah “Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan, saat mereka menyerah.” – Thomas Alfa Edison.
Comments