NARASI PERJUANGAN -- ALDITHYA FAKHRI
- FKUI 2019
- Aug 16, 2019
- 8 min read
Halo! Perkenalkan nama aku Aldithya Fakhri dan akrab disapa Aldi. Aku lahir di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2000. Aku merupakan anak tunggal dari Mahreni Siregar dan Asbar Barrang. Sebelumnya aku bersekolah di SMAN Unggulan MH Thamrin Jakarta dan lulus pada tahun 2018. Sejak kecil aku bukanlah anak yang selalu sehat setiap saat, kalau bisa dihitung hampir sebulan sekali aku mengunjungi dokter karena penyakit tertentu. Dari situ aku melihat, terdapat sosok pahlawan selain orang tuaku yang siap membantuku kapanpun dan aku akhirnya tau bahwa ia adalah seorang dokter. Saat menginjak bangku sekolah dasar aku sudah sangat ingin menjadi dokter. Hal itu dibuktikan dengan aku mengikuti ekstrakulikuler dokcil (dokter cilik) dan kecintaanku terhadap mata pelajaran IPA karena membahas tentang alam dan manusia. Pada ekskul tersebut aku diajarkan untuk menutup luka dan melakukan pertolongan pertama sederhana untuk anak sekolah dasar. Tapi dengan hanya menutup luka temanku menggunakan perban saja sudah membuatku bahagia. Karena tekadku itu, Ibuku membelikanku sebuah snelli kecil sebagai pemantik semangatku hingga saat ini. Semangat dan tekadku untuk menjadi seorang dokter tidak berkurang sedikitpun sejak SD hingga SMP. Sejak menginjak bangku SMP aku mulai tertarik dengan bidang akademik, seperti olimpiade sains. Saat SMP aku mengikuti OSN fisika, walapun sebenarnya aku lebih menyukai biologi. Saat SMA aku masuk ke SMA Negeri Unggulan Mohammad Husni Thamrin yang merupakan sekolah khusus bagi anak yang tertarik untuk mengikuti olimpiade sains. Sehingga aku sangat aktif mengikuti berbagai olimpiade sains, khususnya bidang biologi, untuk menunjang prestasiku agar dapat lebih mudah masuk ke dunia kedokteran. Pada awalnya aku sangat memfokuskan diriku untuk mencari prestasi sebanyak-banyaknya saat SMA dan lup bahwa saya akan menghadapi seleksi untuk masuk ke perguruan tinggi yang lebih sulit nantinya. Namun, saat mulai memasuki SMA kelas 12 aku mulai sadar bahwa FKUI bukanlah perguruan tinggi yang mudah untuk didapatkan. Hal itu aku lihat dari passing grade FKUI yang melebihi 60%. FKUI digadang-gadangkan sebagai perguruan tinggi yang paling sulit untuk dimasuki. Setiap kali aku mengabarkan bahwa aku berkeinginan untuk masuk FKUI setiap orang akan menatapku dengan heran, mungkin mereka heran mengapa aku mengambil risiko yang besar. Demotivasi hingga mulai terpikir bahwa aku tidak mampu sudah pasti terbesit di dalam pikiranku saat itu. Seketika aku jadi ingin masuk fakultas teknik kimia. Mungkin salah satu alasan terbesarku adalah aku ingin mencari aman karena FKUI yang begitu sulit untuk dimasuki. Anggapanku dan mungkin anggapan sejuta umat jika ingin masuk ke fakultas Teknik tentunya aku harus masuk ITB. Namun, orangtua tidak merestui apabila aku merantau terlalu jauh, sekalipun itu di Bandung. Sehingga, mau tidak mau aku diharuskan untuk masuk ke teknik kimia UI. Disitu aku dilanda kebingungan yang luar biasa karena disatu sisi aku ingin masuk ke Teknik kimia namun aku tidak bisa masuk ke institute teknologi dengan notabene terbaik di Indonesia, yaitu ITB. Hal ini membuat aku stress beberapa minggu karena aku bingung mengapa sejak SD aku memiliki tujuan hidup, namun saat SMA semua tujuan itu hilang seketika. Saat itu mungkin merupakan saat dimana aku mencari kembali tujuan hidupku. Ketika aku pulang ke rumah, aku tidak sengaja menemukan sneli kecil yang diberikan oleh ibuku sewaktu aku SD dan seketika aku menangis teringat kembali semua semangat dan tekadku dulu untuk menjadi seorang dokter. Dengan semangat dan tekad yang bulat, aku meminta doa restu dari orang tua dan mulai berikhtiar untuk bisa masuk ke FKUI. Sepulang sekolah aku mengikuti bimbingan belajar untuk SBMPTN. Dalam waktu seminggu, aku bisa mengikuti minimal 3 kali pertemuan dikarenakan semangatku untuk masuk FKUI. Pada bimbingan belajar tersebut juga sering mengadakan try out sbmptn yang dapat dikerjakan dan juga menunjukan hasil yang dapat menggambarkan kesiapanku saat itu. Alhamdulillah hasil try out ku menunjukan hasil yang memuaskan dan diprediksi cukup untuk masuk FKUI. Apresiasi dari teman-teman dan keluarga bukannya membuat aku tambah semangat, melainkan memunculkan sifat buruk dari diriku yaitu sombong. Aku jadi terlalu percaya diri untuk bisa masuk ke FKUI, padahal aku lupa masih banyak faktor yang menentukan kelulusan kita saat sbmptn nanti. Aku tidak mendaftar ujian mandiri apapun dan saat memilih jurusan untuk sbmptn aku memilih FKUI sebagai pilihan pertama dan FKG UI sebagai pilihan kedua. Mengapa aku menaruh FKG UI dipilahan kedua, padahal aku tidak ingin menjadi dokter gigi? Jawabannya adalah aku memilih FKG UI karena pilihan FKG terletak persis di bawah FK, sehingga aku pilih saja agar pilihan kedua dan ketigaku tidak kosong. Ujian SBMPTN pun sudah berlalu dan aku bertambah percaya diri karena aku merasa dapat mengerjakan semuanya dengan maksimal. Singkat cerita tibalah hari pengumuman SBMPTN dan terdapat tulisan, “SELAMAT ANDA DINYATAKAN LOLOS KE FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERISTAS INDONESIA.” Mungkin bagi orang lain hal itu merupakan suatu kesuksesan dan anugerah, namun saat itu aku sangat terpukul dan depresi berat. Aku tidak menyangka kesombonganku telah mengiringku terlalu jauh sampai aku tidak mendapatkan yang aku cita-citakan. Pada saat itu, aku sudah buntu dan tidak punya pilihan lain karena aku tidak mendaftar ujian mandiri apapun, sehingga hasil sbmptn inilah yang merupakan keputusan akhir pendidikanku selanjutnya. Selama seminggu aku berpikir keras tentang langkah apa yang harus aku ambil karena apabila aku mengambil FKG berarti aku mengubur mimpiku dalam-dalam untuk menjadi dokter, namun apabila aku menolak FKG dan memilih untuk fokus belajar aku memiliki risiko yang besar apabila tidak diterima di FKUI juga nantinya. Pada saat itu aku melihat hal ini bukanlah pilihan, namun tantangan. Aku menantang diriku untuk bisa belajar SBMPTN sambal berkuliah di FKG dengan nilai maksimal dan harapan untuk bisa lolos ke FKUI tahun depan. Semua ini aku jalani dengan bismillah dan selalu meminta doa dari orang tua. Dan ternyata memang benar, ini bukanlah hal yang mudah. Kuliah di FKG ternyata tidak semudah pikiranku. Tugas kuliah dan tugas mabimwa secara silih berganti datang tidak ada habisnya. Akupun mulai pesimis kembali bisa masuk FKUI jika seperti ini keadaannya karena aku sama sekali tidak memiliki waktu untuk belajar SBMPTN. Ditambah lagi dengan pergantian sistem SBMPTN yang mendadak menjadi UTBK. Pergantian ini saya rasa cukup besar karena ini merupakan sistem ujian yang mungkin akan membingungkan apaHal ini menambah beban pikiranku pada saat itu. Namun, pada akhirnya aku sadar hal ini merupakan masalah manajemen waktuku yang buruk. Aku kurang bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin hingga dapat membagi waktu antara FKG dan SBM. Kemudian, aku membagi jadwal fokusku secara garis besar menjadi 2, yaitu pada saat jam perkuliahanku di kampus aku harus sebisa mungkin memahami seluruh pelajaran FKG yang kudapatkan sehingga aku tidak perlu mengulang kembali saat di rumah dan pada saat di rumah itu merupakan waktuku untuk mempersiapkan diri menghadapi UTBK. Serta untuk menambah persiapan SBMPTN setiap hari minggu aku mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan SBMPTN. Tentu itu bukan hal mudah untuk membagi dua otak sama besar dan tidak melupakan materi keduanya. Salah satu trik ku untuk mengatasi hal tersebut adalah setiap sebelum tidur saya berusaha untuk kembali mengulang materi yang hari ini aku pelajari. Aku sadar perjalananku saat itu tidak mudah. Rasa jenuh merupakan tamu favorit yang sering mengampiriku saat itu. Air mata dan keringat merupakan hal yang wajib sekali kukeluarkan sebagai luapan emosi lelahku. Setiap kali aku diajak untuk jalan atau bermain bersama teman, aku selalu menolaknya dengan alasan untuk belajar. Dari hal ini, aku belajar untuk melawan diriku sendiri. Ternyata melawan ego pribadi sangat sulit. Ego pribadiku selalu mengiringku untuk bersantai dan melakukan setiap hal yang kusuka. Namun kembali, sneli mini merupakan obat paling ampuh dalam mengatasi jenuh dan membangkitkan semangat kembali. Motivasi tambahanku adalah dukungan dari teman-teman dan keluarga. Tibalah UTBK gelombang satu dan aku menghadapinya dengan santai karena aku pikir masih memiliki gelombang kedua, sehingga aku menganggap UTBK pertama ini sebagai try out. Setelah kubandingkan nilai UTBK pertama dan kedua ternyata nilai UTBK gelombang pertama ku lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan yang kedua. Pada saat menunggu pengumuman tidak seperti tahun sebelumnya aku lebih sering mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah terhadap semua kehendak-Nya. Hari pengumuman telah tiba, aku membuka pengumuman tersebut bersama kedua orang tuaku. Dan akhirnya segala air mata dan keringat terbayarkan, aku menerima tulisan, “SELAMAT ANDA DITERIMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA.” Ucap syukur dan air mata kebahagiaan tidak henti-hentinya dicurahkan olehku dan kedua orangtuaku. Hal ini merupakan kebahagian yang luar biasa karena telah membayar semua kerja kerasku belajar UTBK sambal belajar FKG. Namun, kedua orang tua ku selalu mengingatkan bahwa ini bukanlah akhir tapi ini merupakan awal yang besar untuk mencapai sesuatu yang besar. Tentunya sebagai mahasiswa FKUI tahun 2019 aku memiliki harapan bagi diri aku sendiri agar dapat belajar dengan maksimal, kontributif dan aktif dalam kegiatan kampus, dan memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh tuhan ke padaku. Harapanku bagi orang tua adalah selalu dapat membimbing dan menemaniku terutama dari segi psikis agar nantinya aku dapat datang berdampingan bersama mereka pada acara sumpah dokter. Harapanku untuk universitas tercinta ini, yaitu univeristas Indonesia adalah teruslah menjadi universitas terbaik yang dapat menjadi wadah bagi calon penerus bangsa ini untuk berkembang menjadi individu terbaik yang kompetitif, sehingga dapat berguna bagi nusa dan bangsa kelak. Aku tentunya juga memiliki gambaran diriku beberapa tahun kedepan. Harapanku untuk bangsa ini adalah tetaplah bersatu dan menjadi bangsa yang kuat. Gambaranku satu tahun kedepan adalah aku telah menjadi mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi dan kepanitaan di FKUI. Menurutku aktif dalam berbagai kegiatan kampus merupakan hal yang penting saat menjadi mahasiswa karena hal tersebut dapat meningkatkan softskill dan memperbanyak relasi kita. Sebagai dokter, tentu kita akan berkerja sama dengan banyak pihak yang memiliki karakter dan latar belakang yang beragam. Organisasi dan kepanitiaan melatih kita untuk dapat berkerja sama dengan orang lain tanpa memandang karakter atau latar belakang. Gambaranku 3 tahun lagi adalah menjadi mahasiswa FKUI yang telah mengharumkan nama fakultas dan universitas dalam berbagai ajang perlombaan akademis. Salah satu hal yang ingin aku raih saat menjadi mahasiswa FKUI adalah menjadi mahasiswa berprestasi tingkat fakultas yang bisa mengharumkan nama FK di tingkat universitas dan juga mengharumkan nama UI di tingkat nasional. Mengapa targetku begitu tinggi? Karena aku percaya apabila kita bermimpi terlalu tinggi dan kita terjatuh, maka kita akan jatuh di tengah bintang-bintang. Tentunya setelah aku diterima di fakultas yang hebat, aku juga harus menjadi mahasiswa yang hebat dan aku percaya untuk menjadi orang yang hebat diawali dengan memiliki target atau impian yang besar. Gambaranku 10 tahun berikutnya adalah aku telah menjadi dokter umum dan membuka praktek selagi aku menempuh Pendidikan spesialis. Aku juga telah terpikirkan untuk mengambil spesialis BTKV (bedah thorakskardiovaskuler) karena menurutku sangat tertarik untuk menjadi spesialis bedah dan spesialis BTKV cukup jarang ditemukan, namun sangat dibutuhkan. Pada masa ini fokusku adalah membahagiakan orang tua, seperti memberangkatkan mereka haji dengan uang hasil kerjaku sendiri. Dan yang terakhir gambaranku 20 tahun kemudian adalah aku bisa mengabdikan ilmuku untuk perkembangan ilmu kedokteran agar nantinya dapat mewujudkan Indonesia yang lebih sehat. Pesanku untuk teman-teman yang sedang berjuang untuk masuk ke FKUI adalah belajarlah sekuat tenaga sampai kalian lupa bagaimana rasanya bersantai dan berdoalah dengan penuh pengharapan sampai kalian sadar bahwa kalian tidak dapat melakukan apa-apa tanpa bantuan-Nya. FKUI merupakan hal yang besar teman-teman dan hal yang besar memerlukan pengorbanan yang ekstra pula untuk meraihnya. Tidak masalah jika kalian merasa lelah di tengah perjuangan karena hal itu merupakan tanda bahwa kalian sedang berjuang. Jangan pernah takut untuk gagal. Percayalah bahwa kegagalan akan menuntun kita menuju kesuksesan.
“Jangan pernah takut untuk gagal karena kesuksesan yang didahului oleh kegagalan akan lebih indah dan membanggakan.” – Aldithya Fakhri, 2019
Jika dikatakan ini merupakan titik terberat dalam hidupku, mungkin tidak karena aku yakin jalanku kedepan akan lebih sulit dari ini. Tanggung jawab akan semakin besar apalagi saat kita sudah menjadi dokter dan menangani pasien sendiri. Pasien nantinya akan menaruh harapan besar kepada kita dan apapun rintangannya kita tidak boleh menyerah sekarang. Untuk kalian adik-adik SMA yang sedang berjuang untuk masuk ke fakultas ini, semangat dan jangan mengeluh karena perjuangan kalian ke depan akan lebih sulit. Jalani saja semua ini dengan ikhlas. Untuk orang-orang yang pernah merasakan kecewa, aku tau persis bagaimana rasanya dan aku bisa memastikan bahwa perjalanan yang akan kau lalui tidak mudah. Terlebih lagi untuk tekanan mental dari lingkungan. Pertanyaan seperti, “kuliah di mana?” tentu akan lebih dari sekedar menyayat hati. Tapi percayalah bahwa perjalanan yang kalian lalui memang berat, namun akan terasa sangat manis di akhir. Semangat dan aku tunggu di Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia
Comentarios