Narasi Perjuangan - - Alessandrina Janisha Parinding
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Nama saya Alessandrina Janisha Parinding dari SMA Negeri 21 Jakarta. Saya akrab dipanggil dengan sebutan Sandrina. Saya adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019.
Menurut saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau yang kerap disingkat FKUI adalah sekolah kedokteran terbaik di Indonesia. FKUI terkenal dengan kualitasnya yang tinggi dan tentunya tidak perlu diragukan lagi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya lulusan FKUI yang terkenal karena prestasinya yang membanggakan bagi negeri kita tercinta Indonesia. Sebagai contoh, Menteri Kesehatan Republik Indonesia saat ini, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moleloek, Sp.M (K). Beliau adalah salah satu guru besar di FKUI. Beliau adalah lulusan FKUI yang tentunya mencetak prestasi yang membanggakan yaitu sebagai menteri di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Prestasi FKUI juga dapat dibuktikan dari prestasi mahasiswanya di kancah internasional dengan memenangkan berbagai lomba. Saya juga melihat FKUI sebagai kuliah yang penuh perjuangan. Saya yakin tantangan itu sangat “tersedia” disini, tetapi justru itulah yang akan membentuk lulusannya menjadi pribadi yang kuat dan kompeten di bidangnya. Selain itu, saya juga melihat bahwa dokter-dokter lulusan FKUI mudah mendapatkan pekerjaan di rumah-rumah sakit.
Kerinduan untuk menjadi dokter sudah ada di dalam diri saya sejak saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, alasan saya ingin menjadi dokter cukup sederhana, yaitu karena saya ingin membantu orang-orang yang sakit untuk dapat kembali sembuh dan menikmati hidup mereka. Seperti yang dilihat, alasan saya pada waktu itu pada dasarnya adalah alasan yang umum dikemukakan oleh anak-anak ketika ditanyakan dasar dari keputusan mereka bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, seiring berjalannya waktu, keinginan saya untuk menjadi seorang dokter semakin berakar kuat di dalam diri saya, terutama pada waktu saya sudah menjadi murid Sekolah Menengah Atas (SMA).
Keinginan itu semakin kuat tidak lain disebabkan oleh ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak yang kerap kali saya lihat di pinggir jalan. Saya adalah seseorang yang senang mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada suatu saat, saya sedang dalam perjalanan di dalam mobil pribadi saya. Tentunya, saya bukanlah pengemudi mobilnya. Sebagai penumpang, saya sering melihat keluar jendela untuk mengamati situasi jalanan. Tidak jarang saya melihat anak-anak kecil berlarian kesana kemari tanpa alas kaki, mengonsumsi makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, dan melakukan hal-hal yang, menurut hemat saya, tidak higienis. Melihat hal itu, saya menjadi ingat akan isu-isu kelaparan & krisis kebersihan yang sering terjadi di pelosok-pelosok daerah Nusantara, bahkan juga di luar negeri seperti di Afrika. Oleh karena itulah, hati saya tergerak untuk menjadi seseorang yang dapat berguna bagi kalangan ini. Mereka memerlukan seorang ahli kesehatan, yang dapat mereka percayai, yang akan menuntun mereka untuk dapat menjaga kesehatan – dimulai dari kebersihan – dengan baik dan maksimal. Saya ingin dan rindu untuk dapat, suatu hari nanti, memberikan pengobatan & penyuluhan gratis kepada orang-orang ini. Seiring saya menjalani kehidupan, lama-kelamaan, hati saya juga rindu untuk dapat berkontribusi bukan hanya untuk kalangan menengah ke bawah, tetapi juga bagi kesehatan seluruh rakyat Indonesia.
Atas dasar itulah, saya memutuskan untuk menjadi seorang dokter. Sejak dulu, memang kedua orang tua saya mengharapkan adanya anak mereka yang menjadi seorang dokter. Sejak saya mulai mengenyam pendidikan SMA, mereka selalu mengingatkan saya betapa hebatnya orang-orang yang lulus dari FKUI. Saya menerima hal itu sebagai acuan dan tujuan di dalam diri saya. Sejak awal SMA juga, mereka selalu menghimbau saya agar menjaga nilai rapot saya agar tetap stabil tiap semesternya, dan apabila digambarkan dengan sebuah grafik, senantiasa meningkat. Itu merupakan cara mereka untuk mengingatkan saya agar dapat masuk FKUI melalui jalur SNMPTN. Oleh karena keinginan yang kuat dari dalam diri sendiri, dan didukung oleh semangat yang dikobarkan kedua orang tua saya, saya menjadi sangat termotivasi untuk dapat meraih cita-cita saya menjadi seorang dokter yang, pada waktu itu, saya harapkan dapat dimulai dari mengambil program sarjana pendidikan dokter FKUI. Saya belajar dengan sungguh-sungguh sejak kelas 10, tanpa mengikuti bimbingan belajar atau les sampai saya tamat SMA. Saya diminta oleh kedua orang tua saya untuk dapat belajar secara mandiri agar terbiasa. Dengan adanya tujuan yang saya tetapkan di depan saya yaitu menjadi mahasiswi FKUI, semua usaha saya lebih terarah. Ketika saya merasa lelah dan malas mengerjakan tugas, saya kembali mengingat akan cita-cita saya yang harus diusahakan semaksimal mungkin untuk dicapai. Ketika rasa mengantuk melanda, saya selalu ingat bahwa hasil tidak akan mengkhianati perjuangan dan usaha. Saya senantiasa menguatkan hati saya bahwa tidak apa-apa untuk “susah terlebih dahulu” karena nanti saya akan “senang kemudian”.
Perjalanan saya untuk menjaga nilai tiap semester agar tidak stabil tentunya tidak ditempuh melalui jalan yang lurus-lurus saja. Ada banyak lika-liku, tantangan, tangisan, bahkan terkadang keinginan untuk menyerah. Bahkan, terkadang saya kurang percaya diri melihat teman-teman saya yang mengikuti bimbingan belajar, karena mereka dapat dengan mudah memperoleh informasi yang mereka butuhkan ketika kesulitan dalam belajar. Namun, saya tetap berusaha kuat dan berjalan terus.
Untuk jalur masuk FKUI sendiri, saya memutuskan untuk mengikuti dua jalur penerimaan, yaitu SNMPTN dan Talent Scouting. Saya baru berminat untuk mengikuti Talent Scouting ketika sudah berada di semester 5 atau kelas 12 semester 1. Saya mencari tahu tentang jalur penerimaan FKUI melalui website Universitas Indonesia dan juga media sosial resmi baik FKUI maupun UI sendiri. Saya mengikuti tes TOEFL pada bulan Januari lalu, dengan persiapan yang telah saya lakukan sejak bulan Desember. Saya memperoleh nilai TOEFL sebesar 647, yang puji Tuhan mencukupi untuk mendaftar jalur Talent Scouting. Saya pun menyelesaikan pendaftaran SNMPTN, dimana pilihan saya hanya FKUI saja, dan Talent Scouting. Ada rentang waktu kurang lebih hampir dua bulan menunggu pengumuman. Selama itu, saya semakin kuat berdoa kepada Tuhan dan memohon agar kehendak-Nya yang terbaik yang terjadi dalam kehidupan saya. Saya tidak mau memaksa Tuhan untuk masuk FKUI, tetapi saya percaya bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, dan rencana-Nya selalu yang terbaik.
Saya mengingat kejadian ini dengan jelas, yaitu pada salah satu hari ketika Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) sedang berlangsung. Sepulang sekolah, saya diberitahu oleh ayah saya bahwa beliau menerima panggilan dari FKUI KKI, bahwa saya dinyatakan lulus seleksi tahap awal, yaitu berdasarkan nilai akademis & TOEFL. Perasaan saya kaget, terharu, dan sangat senang. Saya pun diminta untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti wawancara Mini Multiple Interview (MMI) dan tes psikometrik MMPI pada tanggal 16-17 Maret 2019. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk mempersiapkan diri, walaupun saat itu merupakan minggu USBN. Puji Tuhan, saya dapat mengikutinya dengan sangat baik bahkan saat wawancara kerap kali mendapatkan pujian seperti “Very good” dan “That’s very nice of you” dari para pewawancara.
Pada minggu berikutnya, yaitu tepat tanggal 22 Maret 2019, adalah hari pengumuman SNMPTN. Jantung saya berdetak lebih cepat dari biasanya, seperti yang lazim dirasakan banyak orang. Saudara kembar saya, yang mendaftar di Teknik Perkapalan UI, tidak diterima. Saya tetap berusaha menguatkan hati saya untuk percaya bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Saudara kembar saya yang akrab disapa Dito itu memutuskan untuk membuka hasil pengumuman saya. Saya pun memberikan username & password saya. Ketika saya hendak keluar dari ruangan tempat ia berada, sontak ia berteriak “KETERIMA!”. Saya kaget mendengarnya, dan langsung sujud berterima kasih kepada Tuhan dan menangis. Saya mengingat akan perkataan orang-orang yang meragukan saya, termasuk beberapa teman dan guru. Mereka mempertimbangkan bahwa sudah lama sekali sejak murid sekolah saya terakhir kali diterima di FKUI melalui jalur SNMPTN. Saya juga mengingat akan perjuangan saya yang akhirnya membuahkan hasil. Namun, yang membuat saya tidak sanggup menahan tangis, adalah mengingat saya telah berhasil mewujudkan harapan kedua orang tua saya dengan baik. Saya sangat bersyukur, karena Tuhan telah menunjukkan kebaikan dan kebesaran-Nya melalui kehidupan saya. Saya ingin ini menjadi kesaksian bagi banyak orang bahwa orang yang mengandalkan Tuhan tidak akan pernah dikecewakan-Nya.
Keesokan harinya, saya “tidak berharap” lagi untuk melihat hasil pengumuman jalur Talent Scouting. Hal itu disebabkan, saya mengira bahwa anak-anak yang telah diterima melalui jalur SNMPTN tidak lagi diproses di jalur PPKB ataupun Talent Scouting. Namun, ibu saya tetap menyuruh saya untuk memeriksa hasilnya. Saya membuka situs hasil pengumuman, dan saya terkejut ketika melihat bahwa saya juga diterima di FKUI KKI melalui jalur Talent Scouting. Saya semakin kagum akan kebaikan Tuhan dan terus menerus mengucap syukur kepada-Nya.
Mengambil keputusan mengenai yang mana yang harus saya pilih di antara kelas reguler dan kelas khusus internasional bukanlah hal yang mudah. Setelah mendengarkan pertimbangan dari kedua orang tua, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil program sarjana reguler.
Saya tentunya berharap saya akan terus semangat menjalani hari-hari saya di FKUI. Saya tahu saya akan menghadapi berbagai tantangan, tetapi saya ingin tetap menjaga semangat & menguatkan hati saya untuk dapat melalui semua itu. Harapan saya juga saya tetap menjadi pribadi yang pantang menyerah dan senantiasa dapat memberikan yang terbaik dalam apapun yang saya lakukan. Saya berharap keluarga saya dapat terus menjadi motivasi yang kuat bagi saya untuk tetap bertahan dan agar saya dapat lebih lagi menjadi anggota keluarga yang mengharumkan nama keluarga. Saya juga rindu agar Dito, yang sekarang sudah menjadi mahasiswa baru Teknik Perkapalan UI, dapat melalui hari-harinya sebagai mahasiswa dengan nikmat dan kesungguhan juga. Saya berharap kami dapat lulus dengan hasil yang memuaskan dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga.
Seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya, saya juga berharap dapat menjadi individu yang berdampak dan berpengaruh di lingkungan masyarakat. Kerinduan saya adalah dapat semangat menjalani hari-hari di FKUI demi mewujudkan impian saya untuk dapat berkontribusi sebagai seorang dokter di kalangan masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah.
Harapan saya untuk teman-teman seangkatan, yakni angkatan FKUI 2019 INTEGRITAS, adalah agar kami dapat menjadi satu keluarga yang utuh, solid, setia, peduli, dan yang selalu ada bagi satu sama lain. Saya berharap kami dapat menjadi satu kesatuan yang tidak mudah terpecah-belah, walaupun tantangan dan rintangan akan kami hadapi. Saya berharap teman-teman angkatan saya juga dapat selalu menjaga semangat mereka untuk terus berjuang di FKUI, mengingat semua jerih payah yang telah kami upayakan untuk sampai di titik ini.
Dalam satu tahun ke depan, saya ingin mengenal FKUI lebih dalam lagi secara keseluruhan, termasuk lingkungan dan sivitas akademika yang ada di dalamnya. Saya ingin memperluas pergaulan saya. Saya berencana untuk memberikan yang terbaik sehingga saya dapat memiliki IPK di atas 3,8, bahkan jika mungkin, sempurna. Saya juga ingin aktif dalam Persekutuan Oikumene FKUI, yang tidak lain merupakan perhimpunan mahasiswa Kristen di FKUI. Dalam tiga tahun ke depan, saya juga berencana mengikuti lomba-lomba internasional dan juga mengambil beasiswa. Saya juga berencana ingin menyelesaikan program sarjana pendidikan dokter tepat waktu tanpa mengulang mata kuliah apapun sehingga saat lulus dapat memperoleh predikat Cum Laude. Rencana saya 10 tahun ke depan, saya sudah menjadi dokter spesialis di bidang kesehatan anak. Dalam rentang waktu ini juga saya berencana sudah menikah dan membangun rumah tangga. Rencana saya 20 tahun ke depan, saya sudah mendapatkan gelar doktoral, yang rencananya akan saya tempuh di luar negeri. Saya juga memiliki harapan dapat membangun rumah sakit sendiri. Tak hanya itu, saya juga memiliki rencana membuat sebuah foundation sendiri yang bergerak di bidang kesehatan dan kemanusiaan. Saya juga memiliki harapan pada usia ini sudah menjadi Menteri Kesehatan Republik Indonesia bahkan mendunia sampai menjadi anggota di World Health Organization (WHO).
Pesan saya untuk teman-teman yang ingin mengikuti jejak kami menjadi bagian dari FKUI adalah untuk semangat dalam berjuang dan jangan mudah menyerah. Persaingan untuk masuk FKUI sebagai salah satu kuliah kedokteran terbaik di negeri ini merupakan hal yang benar-benar ada dan bukan omongan orang semata. Persaingan itu akan kalian hadapi, jadi persiapkan diri kalian untuk itu. Jika perlu, ikutilah bimbingan belajar. Pintar dan bijaklah dalam mengatur waktu kalian. Pastikan kalian selalu memberikan yang terbaik dalam apapun yang kalian lakukan. Percayalah bahwa setiap usaha dan perjuangan kalian tidak akan membuahkan hasil yang sia-sia. Di atas semua itu, jangan lupa untuk selalu membawa setiap impian & cita-citamu di dalam doa. Saya percaya bahwa yang memegang kendali atas segalanya adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Jangan lupa untuk selalu berdoa, bersyukur, dan berserah kepada-Nya.
Hidup ini adalah perjuangan. Ini merupakan motto hidup saya. Hidup ini pada hakikatnya adalah untuk terus berjuang dan melakukan yang terbaik. Kita telah dipercayakan hidup ini oleh Sang Pencipta, maka hendaklah kita selalu memberikan yang terbaik di dalam apapun yang kita kerjakan. Tidak ada kesuksesan tanpa sebuah perjuangan. Orang yang hanya berangan-angan tetapi tidak kunjung berusaha untuk mencapainya bisa dikategorikan sebagai orang yang bodoh. Dalam apapun yang kita lakukan, ingatlah selalu akan pentingnya Ora et Labora, yang memiliki arti berdoa dan bekerja. Orang yang hanya berdoa dan tidak bekerja disebut sebagai orang malas, sedangkan orang yang bekerja tanpa berdoa dapat kita sebut sebagai orang sombong.
Comments