top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- AMANDANU BRAMANTYA

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 16, 2019
  • 9 min read

Perkenalkan, nama saya Amandanu Bramantya. Saat ini saya duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019. Saya diterima di fakultas impian saya ini melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Sebelum diterima di Fakultas Kedokteran, saya mengenyam pendidikan di SMA Negeri 81 Jakarta. Saya berdomisili di Bekasi, jadi setiap hari sekolah saya harus pulang-pergi ke Jakarta untuk mencari ilmu.


Saya lahir ke dalam keluarga dengan tiga bersaudara. Saya merupakan anak bungsu. Ayah saya bernama Hidiarto dan Ibu saya bernama Yenny W. Abbas. Mereka merupakan orang tua yang sangat berdedikasi terhadap anak-anaknya. Ketika saya lahir, kedua kakak saya sudah duduk di bangku SMP. Kira-kira sebelas tahun jarak usia saya dengan kakak-kakak saya. Meskipun jauh terpisah umur, tapi saya beruntung memiliki kakak-kakak yang dewasa dan sangat peduli terhadap saya.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan sekolah dokter tertua dan terbaik yang dimiliki bangsa. Fakultas Kedokteran menurut saya merupakan pencetak dokter-dokter terbaik bangsa yang lulusannya telah banyak mewarnai sejarah bangsa dan memberikan abdinya terhadap masyarakat dan negara Indonesia. Setiap tahun kursinya diperebutkan memalui persaingan yang sangat sengit. Dari ribuan pendaftar di seluruh nusantara, hanya segelintir yang dapat lolos diterima dan menjalani pendidikan dokter di universitas ini. Untuk masuk pun harus melalui seleksi yang sangat ketat dan yang berhasil diterima tentu merupakan putra putri terbaik bangsa.


Menjadi dokter yang mengabdi dengan baik kepada masyarakat merupakan impian saya semenjak masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Oleh karena itu, Fakultas Kedokteran bagi saya merupakan jalan terbaik dan utama bagi saya untuk mewujudkan impian saya dari usia belia itu.


Motivasi utama saya berjuang untuk meraih fakultas kedokteran universitas indonesia yang saya dambakan adalah impian dan cita-cita saya. Sejak kecil saya takjub dengan ibu saya, seorang dokter yang banyak menolong orang melalui praktik ilmu kedokterannya. Saya menjadi terinspirasi dan bercita-cita ingin menjadi dokter yang berilmu, berkualitas, berintegritas, bisa menolong banyak orang, dan menyelamatkan nyawanya.

Saya juga banyak mendapatkan dorongan dari lingkungan saya untuk mencapai cita-cita yang saya inginkan. Orang tua saya seringkali memberi saya arahan, nasihat, dan masukkan. Guru-guru saya juga membimbing saya menuju tujuan saya. Beruntung sekali juga saya mendapatkan teman-teman yang sangat supportif mendukung dan menguatkan impian saya. Kerap kali saya dipanggil "Pak Dokter" oleh teman-teman saya dan hal tersebut membuat saya merasa semakin termotivasi akan impian saya. Hingga saya SMP, menjadi dokter adalah keinginan terdalam saya. Namun, hingga SMA, saya merasa menjadi dokter adalah perwujudan tujuan dan panggilan hidup saya dan saya yakin fakultas kedokteran universitas indonesia akan mengantarkan saya kepada impian saya.


Saya rasa perjuangan saya agar diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah dimulai sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya tau agar memiliki kompetensi menjadi seorang dokter dibutuhkan pemahaman akan sains. Maka dari itu, saat saya bersekolah dasar saya membuka dan mengarahkan minat saya akan dunia sains. Seringkali saya mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku-buku mengenai ilmu alam. Beberapa kali saya diikutsertakan dalam perlombaan matematika. Meskipun tidak satupun ada yang berbuah juara, saya tetap mengambil pelajaran dan menjaga semangat untuk memiliki prestasi.


Ketika saya duduk di bangku SMP Islam Azhar 8, beruntung sekali saya bisa berada di lingkungan yang sangat mendorong untuk menuntut ilmu dan berprestasi. Kali ini saya mencoba mendalami bidang lain yaitu biologi karena matematika bagi saya mulai menjadi terlalu kompleks. Melalui pembinaan olimpiade kala itu, saya mulai mendalami biologi dan saya menemukan bidang yang benar-benar membuat saya penasaran untuk mengeksplorasi dan memahami ilmu tentang kehidupan ini. Betapa terkagumnya saya akan berbagai mekanisme yang menjadikan makhluk hidup di dunia ini begitu kompleks dan beragam. Beberapa kali pun saya mengikuti perlombaan lagi sebagai kesempatan untuk belajar. Menuju tahun terakhir saya bersekolah di bangku SMP, saya semakin giat belajar dan akhirnya membuahkan hasil. Karena semangat dan minat belajar, saya mendapat penghargaan sebagai salah satu lulusan berprestasi. Hasil Ujian Nasional saya juga cukup untuk memasukkan saya ke salah satu sekolah negeri terbaik di Jakarta, yaitu SMA Negeri 81 Jakarta.


Sejujurnya, awalnya saya berharap bisa diterima di SMA Negeri 8 Jakarta karena lulusannya banyak sekali yang diserap oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun apa boleh buat, nilai saya hanya dapat mengantarkan saya ke pilihan kedua saya, yaitu SMA Negeri 81. Tapi justru saya merasa sangat beruntung masuk 81. Saya berdoa agar mendapat sekolah yg terbaik untuk saya dan mungkin memang SMA Negeri 81 Jakarta ini adalah sekolah yang terbaik untuk saya yang bisa mengantar saya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Di SMA saya merasa harus benar-benar belajar dengan giat agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Di SMA saya baru benar-benar bertemu dengan berbagai macam orang. Maklum sebelumnya saya anak sekolah swasta islam. Senang sekali rasanya bisa bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda, agama yang berbeda, dan watak yang benar-benar beragam. Dari awal SMA saya telah menetapkan tekad saya untuk belajar dengan baik agar nantinya bisa mendapatkan undangan. Saya tau, kompetisi untuk diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Indonesia akan sangat sulit apalagi Fakultas Kedokteran yang notabene merupakan incaran seluruh siswa unggulan nusantara. Bahkan di sekolah saya banyak juga yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tapi saya optimis saya bisa. Maka saya benar-benar belajar dan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga nilai saya agar tetap stabil. Hasilnya pun sepadan. Saat kelas sepuluh nilai dan ranking saya dapat dikatakan sangat baik. Melanjutkan minat saya pada cabang ilmu biologi, saya mendaftar lagi untuk pembinaan olimpiade sains nasional biologi. Kali ini saya mendapat kesempatan untuk mempelajari lagi lebih dalam mengenai biologi. Saya pun tergabung menjadi tim perwakilan sekolah saya dalam olimpiade dan berhasil hingga tingkat provinsi. Namun sepertinya karena masih ada yang lebih giat belajar dan lebih dalam mempelajari biologi, saya tidak lolos ke olimpiade sains nasional. Tapi tidak apa-apa. Tujuan utama saya mengikuti olimpiade sebenarnya bukan untuk menjadi juara nasional tetapi untuk lebih mendalami saja ilmu yang saya minati.


Selain Olimpiade Sains Nasional saya juga beberapa kali mengikuti perlombaan biologi umum dan biologi kedokteran yang diadakan oleh beberapa universitas. Pada tahun 2017 saya mengikuti Natiomal Medical and General Biology Competition (NMGBC) yang diadakan oleh FKUI dan pada saat itu merupakan pertama kalinya saya masuk ke Gedung Rumpun Ilmu Kesehaan di Kampus Universitas Indonesia Depok. Saya mengikuti lomba ini untuk lebih mengenal sedikit mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Awalnya saya hanya mencoba-coba saja dan kalaupun nanti tidak lolos saya akan ikut tur intrakampus yang dijanjikan. Tapi ternyata saya lolos ke semifinal dan saya mendapat kesempatan untuk melalui ujian layaknya seorang mahasiswa kedokteran. Tidak sampai final, tetapi pengalaman yang saya dapatkan sangat berharga dan terus meningkatkan minat saya dengan ilmu biologi dan kedokteran. Saat itu pun saya akhirnya berkenalan dengan kampus yang akan menjadi tempat saya mengenyam pendidikan dokter. Tahun berikutnya saya mengikuti lagi NMGBC 2018 yang kembali diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya lolos lagi hingga semifinal padahal sebenarnya saya rencananya hanya ingin ikut tur intrakampus saja. Tapi ya tentu saya sangat bersyukur karena diberi kesempatan seperti itu dan bisa mendapatkan sertifikat prestasi yang bisa saya lampirkan saat pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) meskipun hanya sampai semifinal.


Pada tahun 2018, saya bersama teman-teman saya juga membentuk tim untuk mendaftar International Medical Science and Application Competition (Medspin) yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Medspin mengujikan cabang ilmu kimia, biologi, fisika, dan aplikasi kedokteran, oleh karena itu saya bekerja sama dengan dua teman saya yang jago kimia dan fisika. Kami melakukan penyisihan secara online dan ternyata kami lolos ke babak perempat final. Kami pun berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan perjuangan. Setelah diumumkannya tim yang lolos ke babak semifinal ternyata tim saya berhasil lolos dan kami harus mengerjakan lebih banyak soal-soal yang sulit lagi. Meskipun tidak lanjut ke babak final, saya merasa sangat senang bisa berkunjung ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya. Lumayan juga, saya mendapat lagi sertifikat telah mencapai semifinal di perlombaan International Medical Science and Application Competition yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Senang juga rasanya bisa jalan-jalan di Kota Surabaya bersama teman-teman.


Menginjak kelas sebelas, saya mulai merasa sedikit tertinggal dalam pembelajaran di kelas. Nilai saya pun sempat turun. Ketika itu saya merasa sangat khawatir tidak bisa mendapatkan undangan untuk diterima di FK UI yang sangat saya inginkan. Saya sempat “drop” di semester satu kelas sebelas dan merasa sangat rendah dan terpuruk akibat beberapa hal yang saya alami. Saya bahkan sempat berpikir untuk menyerah saja karena pendidikan dokter nampaknya begitu berat. Khawatir saya tidak dapat bangkit lagi, saya pun menemui guru pembimbing konseling untuk menceritakan masalah saya. Ibu saya juga turut mendorong saya untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Namun, saya merasa tidak kian membaik hingga akhirnya saya diajak kakak saya untuk berkonsultasi dengan seorang psikiater di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Salemba. Perlahan-lahan saya mulai bangkit kembali. Hal-hal yang saya takutkan satu per satu saya hadapi dan akhirnya saya bisa kembali menjadi diri saya yang optimis dan bersemangat lagi. Semester berikutnya, saya pun akhirnya mengikuti bimbingan belajar Ganesha Operation sebagai komplemen pembelajaran di sekolah.


Saat menginjak kelas dua belas saya pindah bimbingan belajar ke Prosus Inten KODAM Kalimalang atas anjuran orang tua saya. Try out demi try out saya jalani dan belajar di Inten cukup membantu dan mengajarkan untuk mengerjakan soal-soal ujian sebagai komplemen pelajaran di sekolah dan persiapan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama Inten saya tidak pernah absen kecuali memang sangat diperlukan dan berhalangan hadir. Buku progress yang merupakan salah satu simbol perbudakan inten pun saya kerjakan dengan serius dan tidak menyontek milik teman. Namun, apabila memang saya tidak tahu maka saya tanyakan kepada teman saya yang mengerti dengan harap saya juga bisa mengerti.


Sebelum pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) atau yang biasa disebut jalur undangan, saya berkonsultasi lebih dahulu mengenai peluang pilihan saya ke bimbingan konseling sekolah. Setelah dihitung-hitung, ternyata nilai saya berada pada posisi yang tidak aman untuk memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di rumah ibu saya pun menanyakan kembali. Bagaimana pilihanmu? Aku masih mau daftar FKUI bu. Kalau tidak diterima undangannya? Yasudah, masih ada SBMPTN dan juga Simak kok. Kalau naudzubillah tidak diterima juga? Dengan yakin aku menjawab yasudah aku bisa coba lagi tahun depan. Akhirnya saat saya pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan tinggi saya hanya memilih satu pilihan saja. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah itu, yang bisa dilakukan adalah berharap, berdoa, dan bersiap untuk yang terburuk saja agar tidak terlalu jatuh ketika menerima hasilnya. Apabila gagal pun masih ada banyak jalur masuk FK UI. Orang tua saya pun menyuplemen perjuangan saya dengan berdoa dengan intense.


Datanglah hari pengumuman. Pagi-pagi sekali muncullah kabar bahwa situs pengumuman SNMPTN sudah dapat diakses dan bisa dilihat hasilnya padahal seharusnya pengumuman baru akan dibuka sekitar pukul 15.00 WIB. Beberapa teman saya berkata bahwa sebagian dari mereka sudah ada yang diterima namun tidak sedikit pula yang belum berhasil. Saya merasa panik pagi itu karena ketika saya mencoba untuk membuka situs pengumuman, situsnya telah ditutup kembali dan tidak bisa diakses lagi. Saya merasa tegang dan khawatir akan hasil pengumuman pilihan saya. Dalam hati, ada rasa yang memberi tahu sepertinya tidak lolos karena memang nilai saya berada pada margin bawah untuk FK UI. Namun, hati itu juga masih ada keinginan berharap, “mungkin saja kok lolos”. Saat di sekolah, pengumuman dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi menyatakan bahwa pengumuman akan dimajukan menjadi pukul 13.00 WIB. Sepulang sekolah di hari itu, saya tiba-tiba mendapat kata selamat dari salah seorang teman saya. “Selamat ya, Dan, jadi Maba UI” katanya. Saya tidak percaya dan skeptis atas perkataannya ketika itu karena saya belum membuka situs pengumumannya. Ketika saya mencoba membuka situs pengumuman beberapa kali sempat tidak bisa lagi. Jangan-jangan ini pertanda saya tidak lolos. Ketika mencoba lagi menggunakan situs mirror lain, ternyata bisa.


Terkejut saya ketika melihat warna hijau yang berada di layar laptop saya. Kegirangan dan ketidakpercayaan membanjir di hati dan benak pikiran saya. Impian saya selama ini terwujud. Saya benar-benar telah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ratusan ucapan selamat dari rekan sejawat dan keluarga bertebaran. Di luar kebahagiaan itu, rasa ketidakpercayaan tetap ada beberapa minggu kemudian. Entah mengapa tetap ada di benak saya “Bagaimana kalau ternyata ada salah input nilai atau jangan-jangan terdapat kesalahan sistem.” Hingga akhirnya saya pun mendaftar ulang dan mendapat kartu indentitas mahasiwa. Sedikit sedih karena ternyata foto pada kartu identitas mahasiswa menggunakan foto dari database SNMPTN. (Maklum, Fotonya jelek) Tapi tidak apa-apalah hehe yasudahlah bangga sekali kok saya masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Harapan saya ke depannya saya bisa mengikuti pelajaran dengan baik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia agar menjadi dokter professional yang saya mimpikan. Saya berharap saya bukan hanya menjadi murid kedokteran biasa tetapi bisa juga menoreh beberapa prestasi yang membanggakan. Selain itu saya berharap juga bisa aktif di beberapa organisasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Rencana saya dalam satu tahun ke depan adalah belajar dengan giat dan fokus agar dapat memahami betul konsep kedokteran dan memperoleh IP yang memuaskan. Selain itu saya akan mendaftar ke UKM fakultas yang saya gemari di FKUI untuk mengembangkan soft skill yang saya miliki. Rencana saya tiga tahun ke depan adalah mempersiapkan tugas akhir saya agar saya bisa menyelesaikan kuliah pra-klinik sesuai waktunya dan melanjutkan kuliah klinik saya sebagai koas. Rencana saya sepuluh tahun ke depan adalah lulus dengan baik menjadi dokter dan kemudian melaksanakan internship setahun, PTT ke daerah setahun, dan kemudian melanjutkan pendidikan dokter menjadi spesialis. Dalam dua puluh tahun ke depan, saya berencana untuk telah menyelesaikan program pendidikan spesialis saya dan saya sudah mengabdi ke masyarakat, berusaha membantu, menolong, mengobati dan menyelamatkan mereka yang membutuhkan.


Pesan saya untuk yang ingin masuk ke FKUI adalah untuk semangat terus mengejar cita-cita. Janganlah menyerah. Belajarlah dengan giat, baik, dan efektif. Cari cara belajar masing-masing kalian yang paling efektif. Perjalanan dan perjuangan menuju FK UI tidaklah mudah, jadi tetap jaga semangat dan motivasi. Apabila merasa terpuruk, ingatlah kembali alasan mengapa kamu menginginkan impianmu. Mintalah restu dan doa orang tua. Jangan lupa, kalian juga harus menyeimbangkan usaha kalian dengan doa. Tidak ada usaha dan doa yang sia-sia.


Terakhir, saya ingin memberi salah satu kata Mutiara yang telah menginspirasi saya menjalani perjuangan saya.


“When you feel like quitting, remember the reason why you started in the first place.”

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page