Narasi Perjuangan - Anindya Putra Julianno
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 11 min read
PERKENALAN
Salam. Perkenalkan, nama saya Anindya Putra Julianno. Saya biasa dipanggil Oddie. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 17 September 2001. Saya berasal dari SMAN 28 Jakarta. Saya merupakan anak sulung dari 4 bersaudara.
PANDANGAN TERHADAP FKUI
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau biasa disingkat FKUI adalah salah satu fakultas kedokteran di Indonesia. Mengapa saya lebih memilih untuk bergabung denga FKUI, karena FKUI mempunyai sejarah yang sangat panjang dan kaya, bahkan melebihi sejarah induknya, yaitu Universitas Indonesia. FKUI sudah memiliki sejarah sejak 2 Januari 1849, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat itu FKUI masih bernama Dokter Djawa School. Mulai dari situ Indonesia memiliki suatu sekolah untuk menghasilkan penyuluh kesehatan bagi masyarakat. Dokter Djawa School kemudian berkembang menjadi School tot Opleiding van Inlandse Artsen atau STOVIA. Pada masa inilah sivitas akademika STOVIA seperti dr. Wahidin Soedirohoesodo dan dr. Soetomo yang mendirikan organisasi Boedi Oetomo memicu masa Pergerakan Nasional.
Pada perkembangannya, FKUI berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan dokter terbaik di Indonesia. Apalagi dengan anggapan masyarakat awam yang sangat setuju dengan mosi tersebut. Dengan begitu banyaknya sejarah yang dikandung FKUI, sangatlah tepat untuk menyatakan bahwa FKUI menjadi pusat studi pendidikan dokter paling berpengalaman dan terbaik di bidangnya
MOTIVASI UNTUK MASUK FKUI
Motivasi saya yang utama untuk masuk FKUI adalah mengejar yang terbaik. Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di mata masyarakat umum adalah yang terbaik di Indonesia. Dalam mengejar mimpi saya menjadi seorang dokter, saya tidak bisa mengejar sesuatu dengan setengah-setengah. Ketika saya ingin sesuatu, saya ingin sesuatu itu menjadi yang terbaik. Dan saya rasa, saya telah memutuskan dengan tepat untuk menjadikan FKUI sebagai tangga menuju kesuksesan saya menjadi seorang dokter.
USAHA UNTUK MASUK FKUI
Sebenarnya saya belum menyadari keinginan diri saya sendiri pada awal perjuangan saya. Pada saat itu, semua ini hanyalah khayalan dan angan-angan semata. “Wah, akan luar biasa apabila saya menjadi seorang dokter,” pikir saya. Belum ada usaha yang keras dalam perjuangan mimpi saya.
Ketika saya memasuki SMA, saya memilih untuk berfokus memingkatkan kualitas saya dengan memperkaya diri melalui berpartisipasi dalam lomba-lomba yang ada. Dalam pikiran saya, lebih baik menstok penghargaan agar bisa dipakai di kemudian hari, daripada tidak ada sama sekali. Apalagi saya masih bersifat SNMPTN-oriented. Kabarnya sertifikat sangat berpengaruh terhadap proses seleksi di tahap SNMPTN. Saya pun mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi tim-tim lomba yang diadakan oleh sekolah untuk menjadi perwakilan.
Seleksi yang saya ikuti adalah Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar MPR. Kegiatan ini berbentuk lomba cerdas cermat seperti namanya dan materi yang diujikan berkisar pada 4 Pilar MPR, yaitu NKRI, Pancasila, UUD NRI 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Saat itu tahap awal seleksi hanya mengerjakan soal tentang UUD NRI 1945. Tidak mau mengulang kesalahan yang sama, saya mempersiapkan diri dengan baik. Alhamdulillah, saya lulus seleksi tahap pertama dan lanjut ke tahap selanjutnya, yaitu seleksi wawancara.
Pada seleksi wawancara, saya diuji mengenai pengetahuan saya tentang 4 Pilar MPR. Saya juga ditanya mengenai motivasi dan hal-hal yang terkait dengan kelancaran proses lomba. Alhamdulillah, karena saya mempersiapkan diri dengan baik, saya bisa mengikuti proses wawancara dengan lancar.
Walaupun saya mengikuti proses seleksi wawancara dengan baik, tetap saja saya belum tentu masuk ke dalam tim inti perwakilan sekolah. Pada saat pengumuman, hati saya agak gelisah. Ternyata nama saya disebutkan dalam pengumuman tersebut. Rasanya sangat luar biasa. Saya akhirnya masuk tim inti perwakilan sekolah untuk lomba tersebut.
Saya mulai melakukan persiapan untuk lomba ini. Walaupun lomba tahap pertama masih di bulan Februari, kami mulai mempersiapkan diri sejak bulan September. Pertama-tama kami memprogram sesi latihan kami dengan agak santai karena kami masih jauh dari lomba tahap pertama. Maka dari itu, saya masih bisa menyeimbangkan diri antara tuntutan akademis dan tuntutan lomba. Waktu saya pada saat itu masih berfokus dengan nilai akademik, sehingga pada akhir semester 1 saya berposisi 7 di kelas saya dan 18 di peringkat paralel.
Memasuki semester 2, tuntutan lomba mulai terasa. Mendekati bulan Februari, sesi latihan mulai diperbanyak. Saya mulai kesulitan untuk memanajemen waktu saya. Karena permintaan dari pembina tim saya, saya diminta untuk berfokus lebih ke perlombaan. Saya diminta untuk mengikuti kelas-kelas yang esensial saja. Saya mulai meninggalkan kelas-kelas saya. Ternyata lomba diundur menjadi bulan Maret. Tentu saja kelas-kelas yang harus saya tinggalkan semakin banyak.
Memasuki bulan Maret, mulai terasa bahwa saya mulai keteteran menghadapi penugasan dan ujian yang ada. Walaupun saya mendapat dispensasi, tetapi kata ini mungkin tidak berlaku bagi guru-guru di SMA saya. Saya harus tetap mengikuti ujian yang berlaku, walaupun tidak perlu mengumpulkan tugas-tugas yang ada. Namun sayangnya, walaupun sudah diundur, lomba ini kembali diundur ke bulan April.
Karena pengunduran lomba ke bulan April, maka kelas yang saya tinggalkan semakin tak terkejar. Nilai saya mulai terjun bebas. Walaupun tidak terlalu miris, tetapi sangatlah pas-pasan, sepas-pasan KKM di sekolah saya. Pada saat ini saya lebih memilih berfokus ke lomba, bukan lagi nilai akademik saya karena nilai saya sudah sebegitu hancurnya. Alhamdulillah saja tim saya menjuarai tahap Wilayah dalam LCC 4 Pilar MPR ini.
Karena saya melaju ke tahap selanjutnya, berarti saya tetap harus meninggalkan kelas agar berfokus kepada lomba ini. Sebegitu banyaknya hal yang harus ditinggalkan, bahkan saya harus menunda UAS saya karena pada periode ini saya sedang berlomba di tahap Provinsi. Karena saya berfokus pada lomba ini kemudian langsung mengikuti UAS, UAS saya pun hasilnya tidak terlalu memuaskan bagi saya. Namun, dibalik semua ini, tim saya berhasil mendapat posisi juara 1 di tahap Provinsi dan mengamankan posisi di tahap Nasional. Tetap saja, nilai akademik saya pun jatuh ke posisi 30 paralel.
Selang libur kenaikan kelas dan libur Lebaran, saya memasuki sophomore year, tahun kedua atau kelas sebelas. Karena tim saya masih berlanjut ke tahap Nasional, sejak awal saya di kelas sebelas (sekitar pertengahan bulan Juni) hingga tanggal 9 Agustus dimana lomba tahap Nasional dimulai, saya diminta untuk berfokus sepenuhnya kepada lomba ini. Saya diminta untuk berfokus karena sekarang kami tidak lagi hanya membawa nama sekolah, tetap juga membawa nama DKI Jakarta. Kami harus menjaga nama baik sekolah dan daerah kami sendiri.
Semua kelas pada periode ini saya tinggalkan. Hampir 1 bulan saya hanya bersiap diri dengan lomba ini. Pada 9 Agustus kami bertolak ke penginapan kami untuk memulai registrasi. Esoknya kami memulai rangkaian acara dengan mengikuti penaklimatan dan pengundian urutan lomba. Kami mendapat urutan lomba pada keesokan harinya.
Keesokan harinya kami berlomba. Kami dapat mengikuti lomba dengan baik karena kami mempersiapkan diri dengan baik. Tentu saja kami lolos ke tahap berikutnya. Sayangnya, karena alasan teknis, kami mengalami kesulitan dan kami harus gugur di tahap ini. Sangat sedih, namun beberapa hari kedepannya kami diajak berkegiatan dan bersosialisasi dengan perwakilan dari seluruh Indonesia.
Setelah kami kembali ke sekolah, saya sebenarnya mengambil cuti liburan tepat 1 minggu setelah perlombaan ini selama 1 minggu. Bayangkan, sudah meninggalkan selama 1 bulan lebih, ditambah dengan 10 hari berdinas dan kemudian dilanjutkan dengan liburan selama 1 minggu. Saat saya kembali aktif dalam KBM, saya sudah tertinggal sangat jauh. Saya harus mengejar materi yang tertinggal dengan cepat. Namun tetap saja saya keteteran. Banyak nilai saya pada periode ini juga jatuh.
Tidak kapok dengan mengikuti lomba yang akhirnya menjadi bumerang kejatuhan nilai saya, saya tetap merealisasikan mimpi saya untuk bergabung dengan tim OSN sekolah saya. Namun pada tahun ini saya mengambil mata pelajaran Kebumian. Kabarnya materi seleksi ini lebih mudah dari mata pelajaran yang lain. Ternyata saya kembali terpilih menjadi tim OSN sekolah saya. Sejak seleksi OSN hingga akhir semester 1 tidak ada yang berarti. Karena saya ketinggalan jauh dari awal, peringkat saya di semester ketiga ini jatuh drastis ke posisi 48 paralel.
Memasuki semester 2, tidak ada yang berarti sebenarnya dalam kegiatan akademik saya. Namun, di bulan Februari akan dilaksanakan seleksi tahap Wilayah. Karena sekolah saya sangat mengedepankan OSN, maka saya dikirim untuk berdinas mempersiapkan diri untuk OSN dengan gabungan sekolah lain selama 5 hari. Walaupun saya meninggalkan kelas selama 5 hari, namun saya telah tertinggal banyak materi. Satu minggu kemudian, saya melaksanakan seleksi OSN tahap Wilayah. Karena saya sangat mempersiapkan diri, saya bisa mengerjakan soal seleksi dengan mudah. Alhamdulillah, setelah menunggu pengumuman selama 2 minggu, saya mendapat peringkat 1 di Wilayah saya dan 3 di seluruh Jakarta.
Karena materi OSN Kebumian yang lumayan mudah, saya tidak terlalu berkeras hati untuk mempersiapkannya sampai meninggalkan kelas. Karena saya lolos tahap Wilayah, saya harus mengikuti pelatihan selama 3 hari untuk mengikuti tahapan seleksi Praprovinsi. Seperti biasa, saya harus meninggalkan kelas lagi.
Ternyata, saya masih dipercaya untuk mewakili sekolah saya ke tahap Provinsi. Saya harus mengikuti pelatihan daerah selama 2 minggu. Diselingi dengan libur US dan UN, saya mungkin tidak berada dikelas selama sebulan penuh.
Pada saat saya melaksakaan OSP, saya mengerjakan dengan teguh, namun saya mengalami kesulitan. Hasilnya dapat ditebak, saya tidak lolos ke tahap Nasional. Awalnya saya bersedih, namun saya harus kembali berfokus mengejar materi yang tertinggal di sekolah saya. Karena kesibukan saya di semester ini, peringkat saya semakin jatuh ke peringkat 49 paralel.
Setelah memasuki kelas 12, saya menyadari bahwa saya harus mengerahkan semua sumber daya saya agar saya bisa menjadi yang terbaik. Walaupun pada tahap ini saya sudah tidak berharap lagi dengan SNMPTN karena terjun bebasnya nilai akademik saya, saya merasa tetap harus bekerja dengan baik untuk semester ini. Setidaknya inilah periode saya untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus.
Saya mulai menyusun target saya dan bersikap ambisius. Biasanya saya hanya mengikuti arus saja, tetapi mulai sekarang agar saya bisa memenuhi target saya yang luar biasa tinggi maka saya harus lebih ambisius lagi.
Saya mengikuti kelas saya dengan penuh kekhidmatan. Saya menjadi rajin mengikuti bimbingan belajar. Saya mencoba menjadi yang terbaik di segala bidang. Biasanya saya tidak seambisius ini. Namun saya mengejar salah satu yang terbaik, yaitu FKUI, sehingga saya harus meningkatkan perjuangan saya juga.
Banyak teman-teman saya yang terkaget-kaget dengan performa saya pada periode ini. Ya wajar, namanya sedang memenuhi target. Saya berhasil menaikkan hasil nilai akademik saya pada periode ini, dari yang tadinya peringkat 49 paralel menjadi peringkat 3 paralel.
Kemudian tibalah semester 2 kelas 12, semester terakhir. Banyak hal yang mengambil waktu saya di sini. Seperti US, UN, dan tentu saja SBMPTN. Ternyata perjuangan saya masih panjang juga ya.
Pada bulan Februari, proses input data PDSS dan pemeringkatan dibuka. Saya memverifikasi nilai rapor saya. Bahkan pada masa ini saya mendapat halangan. Nama saya yang diinput oleh sekolah saya ternyata salah. Padahal nama yang tercatat di PDSS akan menjadi dasar data di SNMPTN. Tapi ya sudahlah, saya inputkan saja sesuai instruksi yang diberikan.
Dua minggu kemudian, pengumuman kuota SNMPTN diberikan. Alhamdulillah saya dapat kuota SNMPTN. Ternyata saya pun juga mendapatkan kuota PPKB dan Talentscouting UI. Namun saya hanya memilih untuk menggunakan kuota SNMPTN saya, karena jurusan Pendidikan Dokter Reguler tidak ada di kedua seleksi itu.Saya akhirnya hanya menginput Pendidikan Dokter FKUI di SNMPTN saya. Ternyata banyak sekali saingan saya. Saya berada di urutan kelima peminat FKUI. Saya tetap percaya diri walaupun apa yang terjadi.
Pada hari pengumuman SNMPTN, saya sudah bisa menebak nasib saya. Teman-teman saya mendapat pengumuman hijau di layar SNMPTN. Namun saya tidak. Tapi tak apa, saya harus tetap berjuang.
Setelah mengikuti rangkaian ujian US dan UN, saya harus bersiap untuk mengikuti UTBK. Saya mengikuti bimbingan belajar intensif untuk menyiapkan diri. Rasanya sangat lelah, tetapi inilah tahapan yang harus saya lalui.
Akhirnya UTBK pertama saya tiba. Saya bisa mengerjakan soal saya, namun saya tidak begitu yakin dengan performa saya. 10 hari kemudian, saya mendapat hasil saya. Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Namun saya ingin untuk menaikkan performa saya.
Saya kembali mempersiapkan diri untuk UTBK kedua. Mungkin saya lelah atau sudah bagaimana, tapi saya mungkin teledor. UTBK kedua saya tidak setinggi UTBK pertama saya. Saya lumayan panik. Apalagi dengan kehadiran database nilai UTBK yang menampilkan hasil UTBK yang mencengangkan.
Karena saya mencari aman, setelah saya berkonsultasi dengan keluarga saya dan pihak bimbel saya menentukan bahwa saya akan mengambil Pendidikan Dokter FKUI dan Kedokteran FK Undip di SBMPTN saya. Pada saat saya memfinalisasi pilihan SBMPTN saya, teman-teman saya yang sudah diterima sedang sibuk mengurusi proses transisi ke universitas. Rasanya sangat kacau, tapi saya harus tetap bertahan.
Selama saya menunggu hasil pengumuman SBMPTN, saya mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi mandiri. Saya mendaftar seleksi mandiri SIMAK UI, UTUL UGM, UM Undip, DAN PPMB Unair. Bahkan saya sudah mengikuti proses seleksi PPMB Unair.
KESAN SESAAT SEBELUM DAN SESUDAH MENERIMA PENGUMUMAN
Seminggu sebelum pengumuman SBMPTN, saya sudah membuat janji dengan teman saya untuk membuka pengumuman SBMPTN di sebuah kafe. Saya memilih untuk membuka pengumuman SBMPTN dengan teman saya karena apapun yang terjadi, saya ingin teman saya untuk menenangkan saya. Saya melarikan diri dari ayah dan ibu saya, tidak seperti orang lain yang ingin membuka pengumuman SBMPTN dengan orang tuanya. Saya tidak siap saja dengan hasil yang akan keluar saat pengumuman.
Awalnya saya sudah tidak berharap untuk diterima di FKUI. Saya sudah sangat mempersiapkan diri untuk menghadapi SIMAK UI. Memang saya masih berharap untuk diterima di pilihan kedua saya. Saat saya membuka pengumuman SBMPTN, saya sengaja memilih mirror link pengumuman SBMPTN yang lebih sepi. Setelah saya menginput nomor pendaftaran dan tanggal lahir saya, saya mengeklik tombol enter. Alhamdulillah, ternyata ada ucapan selamat di layar saya. Namun, saya pada awalnya mengira saya diterima di pilihan kedua saya. Walaupun terpampang jelas nama Universitas Indonesia di layar saya, saya masih belum ngeh dengan hal tersebut. Setelah melihat nomor prodi tempat saya diterima barulah saya sadar bahwa saya diterima di FKUI.
Saya awalnya masih belum terlalu yakin. Saya kembali membuka mirror link yang lain. Alhamdulillah ternyata saya memang diterima. Setelah yakin dengan pengumuman SBMPTN, saya membuka penerimaan.ui.ac.id dan menginput nomor pendaftaran SBMPTN saya. Saya memang diterima di FKUI dan mendapat ucapan “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia.” Setelah itulah saya benar-benar yakin bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
HARAPAN YANG INGIN DIRAIH
Harapan yang ingin diraih untuk saya sendiri adalah berhasil menuntaskan Pendidikan Dokter saya dengan baik. Tentu saja ini adalah harapan saya yang utama saat saya berada FKUI karena inilah awal yang menjadi dasar saya untuk menjadi penolong masyarakat. Harapan saya untuk keluarga saya adalah tetap mendukung saya hingga saya sukses menjadi dokter yang bermanfaat bagi masyarakat.
Harapan saya untuk teman sejawat saya, tetaplah berjuang bersama. Kita selalu ada untuk satu sama lainnya. Mari berjuang mengarungi segala badai yang ada di hadapan kita bersama. Harapan saya untuk masyarakat adalah masyarakat mulai sadar untuk menjaga diri sendiri dan lingkungannya. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati.
RENCANA 1, 3, 10, DAN 20 TAHUN KE DEPAN
Rencana yang ingin saya capai dalam satu tahun ke depan adalah menyelesaikan studi saya pada tahun pertama. Pada tiga tahun kedepan, saya ingin menjadi anggota MWA UI Unsur Mahasiswa dan mulai mempersiapkan diri untuk memulai penulisan skripsi. Pada 10 tahun kedepan, setelah 4 tahun studi sarjana, 2 tahun koasistensi, mengikuti UKDI, mengambil Sumpah Dokter, dan 1 tahun pengabdian, saya sudah dalam studi spesialisasi saya di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Kemudian melayani masyarakat dengan lebih baik lagi, sesuai dengan pendapat saya bahwa dokter menjadi keran berkat-Nya dan membawa kesehatan bagi orang-orang sekitarnya. Pada 20 tahun kedepan, saya ingin menjadi dokter ternama yang sudah berspesialisasi tingkat 2 dan menimba ilmu yang lebih dalam lagi serta mengembangkan Ilmu Kedokteran melalui studi doktoral di bidang Ilmu Biomedik.
PESAN UNTUK YANG INGIN BERGABUNG DENGAN FKUI
Pesan saya untuk yang ingin bergabung dengan FKUI adalah tetap perjuangkan mimpi Anda. Sekeras apapun badai menghadang, kalau kita lebih keras, kita akan dapat mengalahkan badai tersebut. Jangan mudah menyerah, apalagi merasa minder. Jujur saya sempat merasa minder ketika teman-teman saya sudah diterima di perguruan tinggi impiannya, apalagi dengan teman saya yang sudah bergabung dengan FKUI lebih dulu. Namun, saya tepis rasa minder saya, saya tetap berjuang, karena saya ingat, tidak ada penyelamat bagi saya kecuali diri saya sendiri.
Namun, saya sangat-sangat tidak menyarankan Anda untuk bergabung dengan FKUI apabila Anda hanya ingin gengsi yang didapat saat bergabung dengan FKUI atau hanya coba-coba semata. Tidak mudah untuk bergabung dengan FKUI. Dan lebih tidak mudah lagi untuk bertahan seumur hidup terikat dengan lifelong learning dan berkutat dengan segala urusan hidup dan mati pada hari-hari Anda kedepannya. Mohon Anda pikirkan dengan baik-baik apa yang menjadi motivasi Anda selama ini untuk memperjuangkan mimpi Anda untuk bergabung dengan FKUI. Karena tuntutan untuk Anda tidak selesai ketika Anda menyelesaikan skripsi, atau setelah wisuda, atau selesai koasistensi, bahkan ketika Anda telah melaksanakan Ujian Kompetensi Dokter Indonesia dan Anda telah mengambil Sumpah Dokter Anda. Karena apa, kembali ke apa yang telah saya sebut sebelumnya, Anda akan terikat dengan lifelong learning, pembelajaran hingga akhir hayat. Ilmu Kedokteran selalu bermutakhir setiap detiknya, dan Anda harus memanfaatkan hal itu demi keselamatan pasien yang Anda tangani.
Walaupun menjadi Dokter terkesan suram, berkutat dengan hidup matinya manusia pada setiap hari dalam hidupnya, tetapi Anda adalah perpanjangan tangan Tuhan. Anda yang diterima untuk menjalani Pendidikan Dokter terutama di FKUI adalah orang-orang yang terpilih untuk mengobati beribu-ribu manusia di muka bumi ini. Anda menjadi keran berkat dari Tuhan kepada orang-orang di sekitar Anda. Tidak mudah memang, tetapi sangat pantas untuk diperjuangkan.
KATA-KATA MUTIARA
Apapun yang terjadi dalam perjuangan Anda, baik apabila Anda diterima untuk bergabung dengan FKUI, maupun apabila Anda ternyata harus bergabung dengan yang lain atau bahkan menunda pendidikan lanjutan Anda, jangan menyerah dan tetap berjuang.
Apapun yang terjadi dalam perjuangan Anda, baik yang buruk maupun yang baik, baik yang pahit maupun yang manis, mohon ingatlah kata-kata mutiara dari saya.
“Do not immune to your blessings. Trust in Him, so He will bless You.”
Jangan menolak berkat Anda. Percaya kepada-Nya agar Anda diberkati oleh-Nya.
Comments