Narasi Perjuangan - Arriel putra Soetyono
- FKUI 2019
- Aug 13, 2019
- 8 min read
Halo! perkenalkan, nama saya adalah Arriel Putra Soetyono. Saya adalah anak pertama dari pasangan Matari Soetyono dan Lisa Veronique Sutedjo, saya adalah anak paling tua dari 4 bersaudara yang semuanya adalah laki laki. Saya lahir pada tahun 2001, bulan juli, tanggal 14. Sejak taman kanak kanak, saya bersekolah di Santa Laurensia yang terletak di Alam Sutera, Tangerang Selatan hingga akhirnya saya tamat Sekolah Menengah Atas pada tahun ajaran 2018/2019 kemarin. Singkat cerita, pada suatu masa di tengah kelas 12, saya memutuskan untuk mencoba peruntungan saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menjadi seorang dokter. Hal ini dikarenakan, saya melihat sekilah kedokteran Universitas Indonesia adalah sekilah dokter yang terbaik di negeri ini. Saya melihat dan merasa bahwa universitas Indonesia memiliki program, nama baik, dan integritas yang sangat baik sebagai sebuah lembaga pendidikan, khususnya pada bidang kedokterannya. Saya pun juga pernah mengikuti perlombaan National Medical and General Biology Competition yang diadakan oleh AMSA UI yakni Asian Medical Students Association Universitas Indonesia pada tahun 2018 kemarin. Dalam ajang perlombaan tersebut, saya dipaparkan terhadap beberapa progam kampus, pelajaran yang diikuti bila masuk menjadi murid kedokteran, dan juga fasilitas – fasilitas di kampus Universitas Indonesia ini. Saya menjadi sangat tertari untuk medaftar di jurusan kedokteran di Universitas Indonesia, saya juga tidak ingin mendaftar di universitas lain. Oleh sebab itu akhirnya saya pun memutuskan untuk membulatkan tekat saya dan mencoba masuk Universitas Indonesia.
Tekat yang bulat ini pun tentunya didukung oleh motivasi yang kuat dari diri saya. Ada 2 motivasi utama yang telah mendorong saya untuk bisa sampai sejauh ini. Yang pertama, motivasi pertama saya sebenarnya adalah motivasi yang bersifat cukup pribadi. Motivasi ini berasal dari pengalaman saya di suatu kota kecil di jawa timur. Pada waktu itu, saya mengalami kecelakaan kecil saat sedang memancing di laut. Mata kail yang saya gunakan waktu itu tanpa sengaja menancap di kepala saya. Keluarga saya pun memutuskan untuk pergi ke sebuah rumah sakit terdekat. Sesampainya disana kami sekeluarga pun memutuskan untuk langsung ke Unit Gawat Darurat saja agar dapat langsung segera ditangani. Ketika saya akhirnya ke Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit setempat tersebut, saya berusaha menjelaskan situasi saya pada waktu itu namun, semua tenaga medis disana tidak ada yang mendegarkan dan mereka pun malah merujuk saya ke ruang operasi. Di ruang operasi ini saya pun menunggu sekitar 1 jam sebelum akhirnya kembali dsuruh ke ruang Unit Gawat Darurat. Saya sekeluarga pun dipesankan untuk diam saja dan mengikuti seluruh arahan dari tenaga tenaga medis yang ada di sana. Padahal saya hanya berusaha menjelaskan bahwa mata kail tidak dapat langsung ditarik karena memiliki barb yang bertujuan untuk encegah kail tersebut agar tidak dapat terlepas dengan mudah ketika sudah menancap dalam. Mereka hanya menjawab bahwa mereka mengerti dan tetap meminta saya untuk diam saja karena mereka sudah professional dan lebih tau. Bila saya yang berbicara terus, mereka bilang hanya akan menggangu saja karena banyak maunya. Jadi kami pund akhirnya diam saja dan kembali ke Unit Gawat Darurat. Ternyata, dokter - dokter di sana sebenarnya tidak bisa menangani luka tersebut secara tepat, mereka hanya membius kepala saya dan main mencabut mata kail tersebut dengan tang, hingga akhirnya terjadi pembengkakan di kepala saya. Pada saat itu, saya pun kecewa dan akhirnya bertekat ingin menjadi seorang dokter sehingga dapat berjuang melawan inkompetensi seperti pada kasus di atas. Motivasi kedua saya adalah motivasi untuk membantu menyehatkan keluarga saya. Karena keluarga saya memiliki beberapa riwayat penyakit seperti stroke, darah tinggi, dan diabetes. Kasus ini khususnya terjadi pada ayah dan nenek saya sendiri, saya sudah secara berkala memeriksa tekanan darah anggota keluarga saya (khusunya mereka berdua) dan saya ingin dapat melakukan hal yang lebih bagi mereka, contohnya ketika oma saya menderita stroke pada matanya sehingga matanya mengeluarkan dara, saya merasa sangat khawatir, meski akhirnya dapat ditangani oleh dokter – dokter namun, di Singapura dokternya ternyata sangatlah komersil sehingga saya tetap saja tidak dapat berbuat banyak ketika oma saya dipaksa menjalani prosedur - prosedur yang tidak jelas dan dipaksa membeli obat – obat yang banyak, tidak jelas, dan sangat mahal harganya. Saya pun kecewa pada diri saya dan bertekat pada diri saya untuk mengubah keadaan ini. Sehingga hal ini pun menjadi motivasi yang cukup kuat untuk saya menjadi seorang dokter.
Setelah tekat saya bulat dan motivasi terkumpul, saya pun mulai belajar dengan membeli buku kumpulan soal soal simak Universitas Indonesia. Saya juga memonta bantuan dri guru bimbel saya untuk belajar dan mempersiapkan diri selama 1 bulan. Namun, menjelang ujian saya baru tahu bahwa buku yang saya gunakan untuk belajar adalah salah. Buku yang saya kerjakan selama ini ternyata adalah buku untuk SIMAK UI dan bukan untuk SIMAK KKI. Saya pun terdiam sejenak ketika sadar bahwa saya salah belajar dan merasa stress. Saya sempat down dan kecewa, saya merasa tidak serasa tidak ingin melanjutkan perjuangan saya untuk kembali belajar ulang dan mempersiapkan diri lagi. Namun, saya tidak patah semangat dan memutuskan untuk bangun pada hari tes tersebut, saya tetap bangun jam 4 untuk pergi ke depok dan saya tetap mengikuti tes SIMAK di kampus Universitas Indonesia yang di Depok pada tanggal 14 Juli kemarin, diantar oleh kedua orangtua saya. Ajaibnya, ternyata usaha saya tidak sia - sia. Saya dapat mengerjakan ujian dengan baik. Bahkan saya merasa lebih bisa dari pada saat saya mengerjakan latihan – latihan yang saya coba di buku yang saya beli di gramedia. Oleh karenanya, saya pun mendapat kesempatan untuk melanjutkan seleksi hingga ke tahap MMPI test dan multiple mini interview. Kedua tes tersebut pun akhirnya juga mampu saya lewati dengan cukup baik dan tanpa halangan yang berarti dengan dan atas kehendak Tuhan tentunya. Meski begitu, pada kala itu, saya belum sepenuhnya percaya diri bahwa saya dapat diterima di kampus paling bergengsi di indonesia ini. Oleh sebab itu, saya sudah memiliki cadangan berupa kuliah di Universitas Prasetiya Mulya jurusan renewable energy engineering atau teknik energi terbarukan. Di universitas tersebut saya sudah mendapatkan beasiswa penuh dan saya pun sudah mengikuti orientasi di universitas tersebut karena pengumuman SIMAK KKI datang bersamaan dengan hari pertama orientasi di Universitas tersebut. Seharian itu, saya tidak dapat fokus mengikuti segala rangkaian acara sebab saya sangat menantikan datangnya pengumuman KKI tersebut. Hingga akhirnya tepat pukul 2 siang di jam yang dijanjikan bahwa pengumuman itu tiba, saya tertahan oleh acara dan tidak dapat membuka dan melihat pengumuman tersebut. Saya pun semakin gelisah dan deg - degan. Hingga jam 5 hari itu, saya terus menerus mengeluarkan keringat karena antisipasi yang sangat tinggi. Hingga pada akhirnya, saya dapat membuka HP saya. Ketika membuka pemgumumannya pun saya masih takut dan tubuh saya gemetaran. Ketika pada akhirnya saya memasukan nomor tes saya dan melihat bahwa saya diterima, perasaan yang campur aduk pun saya rasakan. Saya merasa sangat senang namun tidak dapat mempercayai apa yang saya baca waktu itu. Saya juga merasa sangat bangga dan puas karena usaha saya selama satu bulan terakhir itu ternyata terbayarkan. Saya pun segera memberi kabar kepada orang tua saya dan mereka ikut bahagia untuk saya. Sayangnya, waktu itu sedang mati lampu sehingga kami tidak bisa merayakan dan hanya bersyukur di rumah saja. Setelah saya diterima dan melalui proses cek kesehatan serta pendaftaran ulang yang cukup panjang dan melelahkan, saya pun akhirnya dapat dengan bangga menyatakan bahwa saya telah bergabung dalam keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ke depannya, saya berharap untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan kampus dengan sebaik mungkin dan secepat mungkin sehingga tanpa membuang waktu dapat segera mempersiapkan diri untuk menjadi mahasiswa kedokteran yang baik. Saya berharap saya dapat mengikuti segala proses di Fakultas Kedokteran UI sehingga pada akhirnya saya dapat menjadi dokter yang kompeten serta berintegritas, dan pada akhirnya mimpi saya untuk memajukan dunia kesehatan di indonesia untuk menuju kea rah yang lebih baik dan menghapuskan inkompetensi – inkompetensi yang sering terjadi di desa – desa ataupun daerah terpencil di Indonesia (mulai dari dalam lingkungan kerja saya sendiri) seperti yang saya nyatakan di awal tadi. Harapan saya bagi keluarga dan teman teman saya, saya berharap mereka mendukung saya selama saya menjalankan studi saya yang terbilang cukup lama ini sehingga saya dapat tetap semangat dan memperoleh hasil yang terbaik dan membanggakan. Saya juga berharap bahwa mereka dapat sabar menanti diri saya ini yang akan lama mengenyam pendidikan di kampus ini sebelum akhirnya dapat kembali berkumpul bersama mereka dan kembali dalam masyarakat sebagai seorang tenaga profesional yang dapat berkeluarga dan mencari nafkah. Hal ini juga berlaku untuk pacar saya karena saya ingin hubungan kami dapat bertahan sampai saya lulus kuliah. Namun, apa daya kuliah kedokteran, seperti yang kita ketahui memakan waktu yang sangat lama yakni 5 tahun, belum lagi saya mengambil kelas khusus internasional dimana ada tambahan 1 tahun yang harus kami jalankan di luar negeri. Sehingga total waktu saya kuliah akan memakan waktu 6 tahun. Sedangkan, pacar saya kuliah hanya 2 tahun, jadi saya berharap bahwa pacar saya tetap setia menunggu saya, sebab saya juga akan setia dengan dia, sehingga kita dapat melanjutkan hubungan ini tanpa harus menjalani hubungan jarak jauh sehingga kita bisa bahagia. Ketiga, harapan yang ketiga ini adalah harapan saya untuk masyarakat. Saya memiliki 2 harapan utama untuk masyarakat yakni harapan saya untuk masyarakat saat ini dan nanti pada saat saya telah terjun ke tengah - tengah masyarakat luas sebagai tenaga medis yang profesional. Harapan pertama, harapan pertama saya adalah bagi masyarakat sekarang yakni agar masyarakat dapat lebih menghargai kesehatan mereka masing masing sehingga tingkat penyakit dapat dikurangi. Selain itu, saya juga berharap bahwa masyarakat dapat lebih menghargai pentingnya peran tenaga medis di negara berkembang ini. Kedua, harapan saya untuk masyarakat ke depannya adalah agar lebih banyak dari mereka yang mau berbakti kepada negeri dan menjadi tenaga medis agar dapat bersama sama menyehatkan bangsa Indonesia yang sedang berkembang ini. Terakhir, harapan saya untuk teman teman seangkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019 ini yakni agar kami semua dapat melewati susah senang, asam garam, dan gelap terang dunia kuliah kedokteran bersama sama, sebagai satu keluarga yang utuh dan saling toleran serta bahu membahu menuju suatu kesuksesan kolektif dimana semua mahasiswa dari angkatan 2019 dapat bahu membahu juga dengan angkatan angkatan lainnya dalam perjalanan menuju menjadi dokter yang hebat di masa depan nanti, dan tentunya saya berharap semua dari angkatan 2019 dapat sukses selalu ke depannya.
Berikutnya, saya ingin memaparkan beberapa rencana saya untuk tahun tahun yang akan datang. Untuk tahun pertama (satu tahun ke depan) saya ingin fokus dalam beradaptasi terlebih dahulu, memfokuskan seluruh daya dan tenaga saya pada segala tugas tugas serta kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kampus. Hal ini ingin saya terapkan agar saya dapat lebih terbiasa terhadap beratnya dunia perkuliahan sehingga saya dapat membangun fondasi yang kuat dalam kehidupan perkuliahan saya. Sebab saya yakin bahwa kesuksesan dapat ditentukan dari fondasi yang kuat. Untuk 3 tahun dari sekarang, karena saya masuk dalam KKI dan akan menjalani pertukaran pelajar ke luar negeri, saya ingin ikut pertukaran pelajar ke Melbourne university di Melbourne, Victoria, Australia. Saya ingin pertukaran ke australia sebab dari sana, gelar yang di dapat meski hanya bachelor namun by course work, sehingga menurut saya hal itu akan lebih menguntungkan bagi saya karena mendapatkan pengalaman yang lebih komperhensif dan berguna. Untuk 10 tahun ke depan, saya ingin mengalami rasanya bekerja sebagai dokter di UGD sebelum akhirnya mengambil S2 manajemen rumah sakit. Selain itu saya juga mau bekerja dan menabung uang untung menikah sebab saya berencana menikah sebelun umur 30 tahun. Terakhir, untuk 20 tahun ke depan, saya terutama ingin menikah dan berkeluarga terlebih dahulu. Setelah itu, saya bermimpi untuk memiliki runah sakit ataupun perusahaan yang menyuplai rumah sakit itu sendiri. Saya ingin merintis usaha sendiri dalam bidang kesehatan dan semoga bisa sukses sebelum umur saya mencapai 40 tahun.
Setelah membaca esai perjuangan di atas, calon calon murid kedokteran baru saya harap semakin termotivasi dan tidak patah semangat. Jangan menyerah hanya karena segalanya terlihat susah, tetap semangat, tetap berjuang, karena pasti hasil tidak akan mwngkhianati usaha.
Akhirnya, setelah segala proses, kesan motivasi, rencana, dan harapan harapan saya, biarkan saya memberi beberapa patah kata kata mutiara untuk calon calon murid kedokteran di masa depan. Jangan pernah takut pada hari esok, jalani saja dulu hari ini dengan penuh semangat, dengan hati yang ikhlas niscaya engkau akan sukses, karena sukses sudah ditentukan jalannya oleh Yang Maha Kuasa.
Comments