top of page
Search

Narasi Perjuangan - Aurora Dhea Vanessa

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Nama saya Aurora Dhea Vanessa dan saya biasa dipanggil dengan nama Ola. Saya lahir di Jakarta, 22 November 2000 ke dalam keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan tiga anak. Entah kebetulan seperi apa, saya adalah anak tengah di dalam keluarga saya dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Saya adalah salah satu anggota dari Mahasiswa Baru Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter tahun 2019. Saya adalah lulusan dari SMA Negeri 8 Jakarta angkatan 2019.

Sedari kecil, ibu saya telah menekankan dan menjelaskan kepada saya apa itu dokter dan betapa mulianya pekerjaan seorang dokter itu. Karena itu, sejak saya masih menduduki bangku Sekolah Dasar saya sudah ditekankan untuk belajar dengan rajin agar bisa mendapatkan nilai yang baik dan bisa menjadi dokter nantinya. Ibu saya juga kerap kali mengatakan bahwa Universitas Indonesia memiliki Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia. Karena itu, saya pun mulai berusaha dan belajar agar dapat memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Memang awalnya saya menolak karena saya menemukan ketertarikan di bidang lain, namun seiring berjalannya waktu saya akhirnya memilih untuk menjadikan dokter sebagai cita-cita saya karena saya menyadari betapa mulianya seorang dokter itu dan betapa saya pun ingin dapat membantu dan melayani masyarakat secara pribadi di bidang kesehatan.

Menurut saya, melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah mimpi yang sangat ingin saya capai karena Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah tempat belajar Ilmu Kedokteran yang terbaik di Indonesia. Dengan lulusan yang sudah pasti dikenal—sebut saja Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, SpM, Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dr. dr. Siti Fadilah Supari , dan Mantan Ibu Negara dr. Hj. Hasri Ainun Besari—Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sudah terjamin kualitasnya sebagai tempat belajar yang baik bagi calon-calon dokter kebangaan Indonesia di masa depan. Selain itu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terkenal sebagai fakultas yang paling sulit untuk dimasuki se-Indonesia. Selama ini, saya selalu menganggap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai sesuatu yang sulit untuk digapai, namun bukan berarti tidak mungkin. Saya selalu beranggapan bahwa apabila saya sudah berusaha sekuat tenaga dan berdoa dengan khusyuk, dengan bantuan doa dari teman-teman sanak saudara saya akan dapat melanjutkan studi di Universitas Indonesia.

Sejak saya menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama, saya sangat ingin memasuki SMA Negeri 8 Jakarta agar memiliki kesempatan yang lebih besar untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya pun mulai mengikuti bimbingan belajar untuk Ujian Nasional ketika memasuki kelas IX SMP agar dapat meraih nilai yang cukup untuk dapat masuk ke SMA Negeri 8 Jakarta. Meskipun demikian, ternyata Nilai Ujian Nasional saya ternyata tidak setinggi nilai teman-teman saya, sehingga saya tidak percaya diri bahwa saya akan bisa masuk ke SMA Negeri 8 Jakarta. Ternyata, saya akhirnya dapat masuk ke SMA Negeri 8 Jakarta meskipun hampir saja ditolak.

Selama di SMA Negeri 8 Jakarta, saya sudah mengenal program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang menggunakan nilai rapot semester pertama sampai kelima sebagai pertimbangan masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Termotivasi oleh adanya program tersebut dan betapa ketatnya persaingan di SMAN 8, saya pun akhirnya mulai belajar dengan serius. Saya mulai mengikuti bimbingan belajar meskipun belum kelas XII, mulai belajar sampai larut malam meskipun bukan hari ujian, mulai mengerjakan tugas jauh sebelum deadline yang diberikan. Selama masa belajar saya di SMAN 8 juga saya mengenal organisasi dan cara membagi waktu agar nilai saya tidak tertinggal dan peran saya di organisasi sebagai Wakil Ketua Rohani Kristen dapat terlaksanakan dengan lancar.

Ketika memasuki kelas XII, ketegangan belajar pun semakin terasa dan semua orang yang tadinya masih lumayan santai pun mulai belajar dengan sangat serius. Melihat keadaan yang sedemikian rupa, saya tidak mau tertinggal dan mulai belajar. Saya mengusahakan untuk mengikuti bimbingan belajar sampai setiap hari agar tidak ketinggalan mata pelajaran yang diajarkan pada hari tersebut. Ketika dilaksanakan uji coba ujian di tempat bimbingan belajar, saya berusaha agar dapat mengerjakan soal dengan kemampuan terbaik saya. Semua tugas yang guru saya berikan kepada saya selalu saya usahakan untuk kerjakan dengan usaha terbaik saya, meskipun ada satu-dua kali di mana saya tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.

Tapi kenyataannya usaha saya tersebut belum cukup. Pada saat pengumuman nilai dan peringkat semester kelima, ternyata di antara peminat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, nilai saya masih relatif rendah. Saat itu terbersit di pikiran saya untuk mendaftar di universitas lain dengan program studi yang berbeda agar saya diterima. Namun, ketika saya berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling, guru tersebut berkata kepada saya, “Kalau kamu memang mau menyerah sekarang nggak apa-apa, tapi apa kamu nggak menyesal nantinya?” Saat itu saya merasa bahwa saya melupakan satu aspek penting dalam perjalanan saya. Saya saat memasuki SMA Negeri 8 juga hampir tidak diterima, lalu mengapa saya harus menyerah hanya karena saya takut? Karena itu, saya akhirnya mendaftarkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai satu-satunya pilihan saya dalam SNMPTN.

Pengumuman SNMPTN dilakukan pada tanggal 22 Maret 2019. Saat itu, ketika saya sampai di sekolah, beberapa orang sudah bisa membuka hasil SNMPTN. Sebagian orang juga telah mendapatkan kuliah di tempat yang memang diimpikan sejak dulu. Sebagian lain, bagaimanapun juga, tidak. Saya mencegah diri saya sendiri dari membuka pengumuman sebelum waktu resmi karena saya sudah berfirasat bahwa saya tidak akan dapat SNMPTN. Saya mencoba meyakinkan diri saya sendiri bahwa masih ada jalur lain untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, namun tetap saja, waktu saya membuka pengumuman dan menemukan tulisan merah berkata “Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2019. SIlakan mengikuti SBMPTN 2019.” Awalnya saya tidak menangis. Namun, melihat teman-teman yang mendapatkan dan tidak mendapatkan, akhirnya saya jadi sedih sendiri. Saya pun akhirnya menangis selama beberapa jam mulai dari siang hari ketika masih di sekolah sampai sebelum saya tidur.

Selama masa-masa sedih saya, saya tidak dapat belajar dengan benar. Saat guru di sekolah maupun di bimbingan belajar mengajar, saya tetap mencatat dan mendengar, tapi ada kala di mana saya jadi sedih sendiri dan melamun sendiri. Namun berkat bantuan teman-teman yang saat itu ada dan membantu saya, akhirnya saya dapat melalui masa-masa tesebut dan mulai belajar dengan giat kembali untuk menghadapi Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK). Seusai Ujian Nasional SMA, saya mulai datang ke bimbingan belajar dan menetap di sana dari pagi hari sampai sore hari, mengikuti kelas-kelas tambahan, dan mengerjakan soal-soal agar dapat mengerjakan UTBK dengan baik. Ketika mengikuti UTBK pertama pada tanggal 27 April 2019, saya sangatlah gugup dan takut, sehingga tidak dapat mengerjakan dengan maksimal. Hasil yang saya dapatkan bisa dibilang mengecewakan dan lumayan rendah dibandingkan dengan hasil UTBK teman-teman saya. Saya pun mencoba untuk belajar lebih giat untuk UTBK kedua, namun ternyata hasil yang saya dapatkan juga tidak jauh berbeda dari UTBK pertama.

Kedua orang tua saya sudah mulai kecewa dengan saya, namun akhirnya setelah pertimbangan yang cukup berat, akhirnya saya tidak meletakkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai salah satu pilihan dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) karena nilai saya tidak cukup tinggi dibandingkan peserta-peserta lainnya. Ketika pengumuman SBMPTN, ternyata saya diterima masuk ke dalam Fakultas Kedokteran di universitas lain. Entah mengapa, saya merasa bahwa saya ingin tetap mengejar impian saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat itu, saya mulai datang ke bimbingan belajar lagi setiap hari, mulai mengerjakan soal-soal lagi, mulai mengikuti kelas-kelas tambahan lagi. Saya mulai memantapkan diri saya sendiri untuk menghadapi Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI).

Saat hari pengerjaan SIMAK UI, pada tanggal 21 Juli 2019, saya entah kenapa pada hari itu merasa sangat nyaman. Saya tidak sepanik ketika mengerjakan UTBK. Entah kenapa, hari itu saya merasa seperti sedang mengerjakan uji coba ujian di bimbingan belajar. Padahal, banyak soal yang tidak dapat saya kerjakan karena faktor tidak sempat atau tidak saya mengerti. Pada saat mengerjakan esai, saya juga merasa lumayan lega dan dapat berpikir dengan jernih. Jujur saja, saya tidak menyangka akan dapat lulus seleksi masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena saya tidak merasa mengerjakan dengan sangat baik. Namun, saya rasa karena bantuan doa dari kedua orang tua saya, segenap sanak saudara, dan teman-teman serta guru-guru yang tidak pernah ragu dan berhenti mendoakan, akhirnya saya diterima ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ketika membuka pengumuman SIMAK, yang saya lakukan pertama adalah teriak dan menangis. Reaksi dari keluarga dan teman-teman saya pun sangat Bahagia. Bahkan, salah satu teman saya sangat terharu sehingga ia langsung menelpon saya dan menangis. “Akhirnya, La, setelah semua kerja keras lo selama ini, lo berhasil masuk FKUI!” katanya. Ibu saya juga langsung pulang cepat meskipun pimpinannya meminta beliau untuk tetap tinggal di tempat kerjanya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama, saya merasa puas dan bangga akan diri saya sendiri. Akhirnya saya mengerti bagaimana cara Tuhan bekerja dalam membuat semuanya indah pada waktunya. Akhirnya saya mengerti bagaimana semua yang telah saya lalui dan lakukan telah mengarah kepada satu momen di mana saya akhirnya diterima. Akhirnya saya mengerti bahwa semua yang saya lakukan bukanlah suatu hal yang sia-sia, namun ada makna dalam itu semua.

Dapat masuk dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah sesuatu hal yang sangat saya banggakan dan saya hargai karena saya tahu betapa sulitnya perjuangan seseorang untuk dapat diterima untuk melanjutkan studi ke sana. Karena itu, saya berharap agar saya sendiri dapat menjadi pribadi yang lebih baik di dalamnya. Saya berharap agar saya dapat menghargai setiap detik saya menjadi bagian darinya dan saya juga mengharapkan hal yang sama bagi teman-teman seangkatan saya nantinya. Saya berharap agar kami semua Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019 dapat menjadi dokter-dokter yang membanggakan dan berbakti bagi Indonesia di masa depan.

Rencana saya dalam satu tahun ke depan adalah untuk mengenal lingkungan Universitas Indonesia, terlebih lagi dalam Fakultas Kedokteran dan Rumpun Ilmu Kesehatan, dengan baik dan mendapatkan IP yang memuaskan. Saya juga berencana untuk belajar membagi waktu dan mengikuti salah satu atau dua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Indonesia agar aspirasi saya di bidang non-akademik juga dapat terasah. Untuk tiga sampai empat tahun ke depan, saya berencana untuk dapat mengikuti lomba-lomba mewakili Universitas Indonesia dan tetap menjaga IP saya. Saya juga berencana untuk dapat menyelesaikan skripsi dan meraih gelar Sarjana Kedokteran dengan lancar dan tepat waktu.

Rencana saya untuk sepuluh tahun ke depan adalah untuk menjadi dokter yang baik dan sudah atau sedang melanjutkan studi untuk mengambil gelar spesialis. Untuk spesifiknya saya belum dapat menentukan, jadi saya rasa saya akan menentukannya nanti ketika saya sudah mengetahui di bidang spesialisasi apakah saya nantinya cocok dan unggul. Saya juga berencana untuk mungkin sudah mendapatkan pasangan hidup yang dapat mendampingi saya dalam sisa hidup saya nantinya. Sementara itu, saya berencana untuk meraih gelar strata-3 untuk kedokteran atau meraih gelar dalam Manajemen Rumah Sakit agar dapat membangun rumah sakit untuk masyarakat umum. Besar keinginan saya agar semua yang saya telah paparkan di atas dapat tercapai di masa yang akan datang.

Perjuangan yang telah saya lakukan selama kurang lebih empat sampai lima tahun ke belakang ini bukanlah hal yang mudah. Terdapat lika-liku dan banyak masalah yang saya hadapi. Banyak orang yang menganggap remeh mimpi saya dan berkata bahwa saya tidak akan bisa menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya berkali-kali hampir menyerah dan berpikir untuk memilih jalan mudah menuju dunia perkuliahan. Saya berkali-kali mempertanyakan mengapa saya masih berjuang untuk sesuatu yang sepertinya sia-sia. Saya berkali-kali digoyahkan imannya oleh teman-teman yang kasihan melihat saya belajar keras. Namun, dari perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan ini, saya belajar banyak hal.

Pelajaran yang dapat saya ambil dari perjalanan menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah untuk tidak menyerah terhadap diri sendiri. Saya tidak pernah percaya diri dalam mengerjakan ujian dan tidak pernah merasa cukup dengan diri saya sendiri. Memang merasa tidak puas adalah hal yang baik untuk memacu diri agar terus maju ke arah yang lebih baik. Tapi, terkadang pikiran seperti itu akan melelahkan diri kita sendiri dan membuat buyar persiapan kita ke depannya. Seseorang dapat berusaha sekuat tenaga dan tidak mencapai impiannya karena menyerah di tengah jalan. Saya mengambil kesimpulan bahwa dengan saya tidak pernah menyerah, saya akhirnya dapat memulai perjalanan saya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pelajaran yang tidak kalah pentingnya adalah untuk selalu mengandalkan kekuatan Tuhan. Mungkin Tuhan tidak akan menjawab doa kita sekarang. Tapi, saya rasa semua yang kita lakukan, semua yang Tuhan biarkan terjadi, akan terangkai menjadi sesuatu yang indah dan merupakan hal yang terbaik dalam hidup kita. Dalam mengandalkan Tuhan, kita juga tetap harus berusaha sekuat tenaga kita.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya hingga saat ini. Pertama kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilanjutkan dengan kedua orang tua saya, kakak, adik, dan segenap keluarga saya. Selanjutnya, kepada guru-guru yang tanpa lelah telah mengajari saya serta teman-teman yang tidak pernah menyerah kepada saya dan terus percaya bahwa saya bisa meraih impian. Lalu, kepada orang-orang terlebih lagi adik-adik yang ingin melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Perjuangan kalian bukanlah hal yang mudah. Namun, saya yakin bahwa kalian akan bisa meraih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menjadi dokter-dokter kebanggaan Indonesia dalam tahun-tahun ke depannya. Jangan pernah menyerah dalam berjuang dan berdoa.

Akhir kata, saya ingin mengutip salah satu perkataan yang saya ingat dalam perjuangan saya ketika saya merasa ingin menyerah untuk memperjuangkan mimpi untuk meraih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kata-kata ini berasal dari Mahatma Gandhi. “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.”

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentarios


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page