NARASI PERJUANGAN - - AZIZA HANA SALSABILA
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 11 min read
Perkenalkan nama saya Aziza Hana Salsabila, saya biasa dipanggil dengan nama Hana oleh teman. Saya lahir di Jakarta, 30 November tahun 2000. Sebelum menjadi mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran UI, saya merupakan salah satu siswi di SMAN 34 Jakarta. Menurut saya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menghasilkan lulusan yang bagus dan terbukti dalam lapangan pekerjaan. Menjadi salah satu lulusannya yang berkualitas menjadi hal yang saya sangat inginkan. Dengan biayanya yang terjangkau bagi keluarga saya, kelengkapan fasilitas, kualitas dosen yang tinggi dan fakta bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas kedokteran tertua membuat FK UI menjadi pilihan terbaik bagi saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Melanjutkan pendidikan saya di salah satu universitas terbaik di Indonesia sudah menjadi impian dan tujuan saya ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Atas. Saya masih sangat jelas mengingat spanduk berisikan foto-foto siswa dan siswi terbaik yang di pajang tegak di depan sekolah saya. Di spanduk itu tertampang wajah-wajah kakak kelas saya yang telah berhasil, berjuang dan berkomitmen terhadap impian mereka selama belajar di SMA secara maksimal. Di mana salah satu wajah yang terpajang di spanduk itu adalah wajah kakak saya, yang telah menjadi panutan hidup saya sejak kecil. Dia berhasil melanjutkan pendidikannya di salah satu PTN favorit di Indonesia melalui jalur undangan. Saat itu saya tahu, hanya orang-orang terpilih yang mampu diungdang untuk melanjutkan pendidikannya di PTN favorit tanpa ujian tertulis. Hanya orang dengan kemampuan mental, pikiran dan religi yang bagus saja yang mampu mencapai hal tersebut.
Setiap pulang sekolah saat sedang menunggu gojek, saya selalu melihat kembali wajah-wajah itu. Mulai dari nama, rambut, wajah, ekspresi dan yang paling penting adalah di mana mereka akhirnya akan melanjutkan perjuangan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Hingga pada suatu hari, spanduk itu akhirnya diturunkan. Pada saat itu saya sudah menginjak kelas 11 SMA, dan saat saya masuk sekolah melihat spanduk itu sudah hilang saya langsung berjanji dan membuat target bahwa saya harus bisa masuk PTN favorit lewat jalur undangan. Saya harus bisa menjadi yang terbaik, memberikan yang terbaik dan berusaha secara maksimal karena pada hari itu saya berjanji bahwa 2 tahun lagi saya harus bisa menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran UI yang masuk lewat jalur undangan.
Saya akui target itu bagi saya sangatlah sulit, akan ada banyak pengorbanan yang mungkin membuat masa SMA saya sebagian besar dipenuhi oleh jadwal belajar, kesempurnaan yang harus dikejar terus-menerus dan nilai yang harus tinggi dan selalu meningkat. Tapi saya yakin saya bisa karena Allah SWT pasti akan selalu ada untuk saya, membimbing saya dan membantu saya berdiri kembali ketika saya jatuh. Saya ingin bisa menyusul kesuksesan kakak saya dan membanggakan ibu saya yang telah berkorban banyak untuk menghidupi saya beserta kakak dan adik. Saya ingin bisa membuktikan kepada guru dan teman serta ibu saya kalau saya bisa dan mampu mewujudkan cita-cita saya.
Bisa dibilang awal usaha saya bermula saat saya menduduki kelas 11 SMA. Dibandingkan di kelas 10 yang masih penuh dengan banyak aktivitas non akademis, di kelas 11 saya mulai sedikit demi sedikit mengurangi hal tersebut dengan berat hati. Saya ingin mencoba untuk fokus dalam meningkatkan nilai dan belajar dengan lebih mendalam. Pada saat itu saya mengikuti ekstrakulikuler paduan suara, aktif saat kelas 10 hingga dapat mengikuti lomba ke luar negri dan untuk kelas 11 seharusnya saat itu bisa ikut seleksi untuk tim lomba namun saya memilih untuk fokus belajar. Saya merasa waktu latihan yang padat dan tuntutan keseriusan dalam melaksanan latihan dapat membuat fokus saya terpecah sehingga akhirnya saya menjadi anggota pasif paduan suara dan tidak mengikuti lomba lagi.
Belajar dan tugas menjadi prioritas utama. Membedakan mata pelajaran wajib dan perminatan dalam usaha belajarnya mempermudah saya dalam meningkatkan nilai. Mata pelajaran seperti matematika wajib, matematika minat, fisika, kimia dan biologi menjadi hal yang pertama kali saya persiapkan secara matang baik dalam belajar ataupun mengerjakan tugas. Pelajaran yang lain tetap saya pelajari dan kerjakan namun tidak terlalu mendalam seperti pelajaran IPA kecuali pelajaran seni seperti seni rupa karena setelah saya melepas seni suara, tempat saya menumpahkan rasa penat dan kreatifitas adalah seni rupa. Metode belajar saya tekankan pada penerapan pemahaman materi seperti latihan soal. Untuk mencapai pemahaman yang baik, mendalam dan menyeluruh tentang materi yang akan diuji biasanya saya menonton video pembelajaran di internet atau merangkum buku paket terkait materi yang ingin dipahami. Saat Kelas 11 saya tidak mengikuti bimbel dan memilih belajar sendiri di rumah.
Belajar sendiri adalah metode yang sejak dulu saya senangi karena tidak perlu keluar dari rumah ke tempat bimbel untuk belajar dan bisa mempelajari suatu topik dengan lebih mendalam. Jika ada pertanyaan ataupun kendala dalam memahami materi saya biasanya bertanya kepada teman atau mencari sumber-sumber di internet yang berasal dari internet untuk memperluas pandangan terhadap materi. Di semester 1 kelas 11 saya berhasil menaikkan beberapa nilai dan rata-rata walaupun sedikit. Saya sedikit kecewa ketika melihat rapot semester 1 saya pada saat itu karena rata-rata belum mencapai target dan beberapa pelajaran masih mendapat nilai di angka yang sama.
Semester 2 kelas 11 menjadi semester tersulit yang saya hadapi selama masih menjadi siswi di SMAN 34 Jakarta. Pada saat itu bulan Februari tahun 2018 ibu saya didiagnosis kanker payudara stadium 3B. Saat itu saya benar-benar terpukul dan sedih. Perasaan saya menjadi tidak stabil, sering melamun dan kadang menangis tanpa disadari. Belajar menjadi sangat sulit untuk dilakukan padahal pada saat itu saya harus menghadapi beberapa ulangan harian mata pelajaran IPA. Saya menjadi merasa sangat tidak berdaya karena apa yang ada dipikiran saya hanyalah pikiran yang negatif. Saya meninggalkan belajar untuk berada di samping ibu melalui musibah yang menimpanya. Setiap pulang sekolah saya berkunjung ke rumah sakit hingga larut malam, membantu ibu saya melakukan aktivitas sehari-hari yang masih dalam masa pemulihan setelah melakukan operasi pengangkatan payudara total. Kadang saya menginap di rumah sakit sambil belajar dan mengerjakan tugas di sana. Setelah beberapa minggu di rumah sakit akhirnya ibu saya diizinkan pulang.
Waktu-waktu itu dapat dikatakan saya mencapai titik terendah saya dan sempat terlintas di pikiran saya untuk membuang mimpi saya masuk ke kedokteran. Saya takut ibu akan merasa keberatan untuk membiayai saya sekolah dan yang paling saya takuti adalah beliau mungkin bisa meninggalkan saya sebelum perjalanan kedokteran saya selesai. Tetapi melihat tegarnya ibu saya dalam menghadapi masalahnya membuat semua keraguan itu hilang dan meredup. Semangat saya menjadi lebih membara karena melihat kondisi yang sedang saya hadapi. Jika sewaktu-waktu ibu saya pergi saya harus bisa menyakinkan beliau kalau saya akan berhasil dan sukses. Saya akan memperlihatkan kepada beliau setiap hari usaha terbaik saya baik dalam hal akademik ataupun saat berbakti kepadanya.
Setelah itu saya mengganti strategi belajar saya, lebih mengedepankan kesehatan dibanding belajar. Saya melihat dengan perubahan tersebut belajar menjadi lebih mudah dan mengurangi stress pikiran dan fisik. Saya mulai mengejar ketertinggalan saya dalam pendalaman materi. Setiap sujud terakhir shalat dan setiap setelah shalat saya selalu berdoa untuk yang terbaik, kemudahan, kesuksesan, kekuatan dan ketabahan serta memohon kesembuhan ibu saya dari penyakitnya. Saat ujian akhir semester 2 kelas 11 saya alhamdulillah mendapatkan nilai bagus dan kebanyakan mencapai angka 9 keatas, pembagian rapotpun menjadi hal yang paling saya tunggu untuk melihat seberapa besar peningkatan hasil belajar saya karena saya yakin rata-rata nilai saya seharusnya naik. Alhamdulillah nilai saya bisa akhirnya bisa naik.
Semester 2 kelas 11 akhirnya pun berakhir, dan tibalah di penghujung kelas SMA yang terkahir yaitu kelas 12. Kelas 12 bagi saya adalah masa di mana siswa diuji ketahanannya dalam berusaha dan berujuang karena ini merupakan penghujung SMA ada 2 hal yang pasti, yaitu akan semakin semangat untuk berjuang atau semangat akan menurun karena capek akan beban mental dan tuntutan nilai sempurna setelah 2 tahun berturut-turut dilakukan. Di sini saya mulai mengikuti bimbel untuk mempersiapkan secara matang rencana cadangan saya apabila tidak diterima melalui jalur undangan, yaitu mengikuti ujian tulis.
Untuk pertama kalinya saya mengikuti bimbel untuk membantu pemahaman belajar saya, dan menurut saya yang paling melelahkan adalah stress fisik yang saya dapatkan. Setelah pulang sekolah langsung ke tempat bimbel hingga malam saat pulang kadang tidak sempat belajar lagi atau mengerjakan tugas karena lelah lalu akhirnya langsung tidur. Kadang saya bangun tengah malam untuk belajar dan mengerjakan tugas sampai pagi lalu berangkat sekolah. Semester 1 kelas 12 terasa amat panjang bagi saya karena perlunya ketelitian dalam berencana untuk menaikkan nilai dan rata-rata yang sudah terlanjur tinggi. Tapi saya tetap menikmati masa-masa SMA terakhir ini karena teman-teman yang menjadi teman seperjuangan saya selalu mendukung satu sama lain untuk terus semangat mencapai cita-cita.
Di semester 1 kelas 12 ini saya melihat teman-teman saya mulai menetapkan secara matang jurusan serta perguruan tinggi mana yang ingin mereka capai. Pada saat itu saya sempat mendapat keraguan antara memilih kedokteran atau teknik. Saya sejak dulu paling menyukai mata pelajaran fisika dan matematika, di atas fakta bahwa mata pelajaran tersebut sebenarnya sedikit sulit untuk saya tapi saya senang mempelajarinya. Ketika menyukai sesuatu, belajar menjadi hal yang mudah. Kata-kata kedokteran sempat hilang dari pikiran saya selama beberapa bulan penuh karena hal itu, tetapi tidak mengurangi usaha saya untuk mencapai peringkat terbaik di sekolah.
Saya sempat down karena merasa tidak bisa konsisten dan komitmen terhadap impian saya. Sempat mempertanyakan sebenarnya apa yang saya inginkan untuk masa depan saua. Saya lupa akan tujuan dan cita-cita saya serta janji saya yang saya tetapkan dalam hati saat pertama kali masuk ke SMA. Saat mengikuti try out bimbel tentang soal-soal SBMPTN saya lakukan secara kurang maksimal padahal saya seharusnya tau jika ini bukanlah usaha seseorang yang ingin masuk kedokteran apalagi kedokteran UI. Banyak teman-teman saya yang ingin masuk kedokteran dan jauh lebih baik dari saya dan semuanya sangat berdeterminasi untuk bisa masuk lewat jalur undangan maupun ujian tertulis. Pada waktu-waktu sulit itu saya mulai melakukan ibadah sunnah dan berdoa memohon petunjuk dan jawaban atas semua cobaan yang saya alami.
Akhirnya rapot semester 1 kelas 12 dibagikan dan saya mendapatkan peringkat yang menurut saya saat itu sedikit mengkhawatirkan. Saya masuk 10 besar angkatan namun tidak di 5 besar angkatan, saat itu saya pupus harapannya untuk bisa masuk kedokteran lewat jalur undangan apalagi FK UI. Pendaftaran jalu SNMPTN pun akhirnya dimulai setelah sekian lama menunggu hingga detik-detik terakhir saya masih bingung akan memilih kedokteran atau teknik. Sekolah saya tahun lalu ada 3 orang yang diterima di FK UI lewat jalur SNMPTN dan saya ada di urutan ke-3 dari keseluruhan orang yang ingin mendaftar di kedokteran. Saat itu ada juga teman saya yang sudah pernah mengikuti OSN biologi dan mendapatkan medali hingga tingkat nasional menuju internasional. Peluang saya untuk bisa diterima sangatlah tipis jika dalam hitungan manusia, namun saya tidak tahu bagaimana penilaian Allah seperti apa sampai semua itu terjadi.
Saya sering bertanya dengan ibu saya pilihan mana yang terbaik untuk saya, dan sayapun disarankan untuk melakukan shalat tahajud selma 10 hari berturut-turut sebelum melakukan pemilihan lewat komputer karena di tingkat ini hanya kehendak dan keputusan Allah SWTlah yang sebenarnya bermain. Bukan komputer ataupun sistem, di saat inilah Allah SWT menilai usaha hambanya. Saya akhirnya memilih sesuai dengan pilihan ibu saya, pilihan pertama FK UI dan pilihan kedua teknik elektro UI. Mungkin orang bilang kalau undangan pasti tidak pernah diterima di pilihan kedua, namun tidak ada salahnya mencoba karena kita tidak tahu pasti kehendak Allah SWT. Saat itu ketegangan bertambah ketika sempat terjadi down sistem pendaftaran SNMPTN hingga hanya siswa ataupun siswi hanya bisa mengakses pada jam-jam tertentu sesuai dengan nomor peserta mereka yaitu ganjil dan genap. Sempat saya harus bolak-balik membuka laptop untuk mendaftar dan terus-terusan gagal, tetapi alhamdulillah saya akhirnya dapat melakukan pendaftaran di hari-hari terkahir. Tibalah masa penungguan pengumuman dan untuk mengisi waktu penantian saya mempersiapkan untuk SBMPTN di bimbel jika terjadi kemungkinan terburuk.
Saat hari pengumuman, saya berdoa dan memohon untuk dilapangkan hatinya jika memang saya tidak diterima lewat jalur undangan. Saya dengan sabar menunggu hitungan mundur hingga pengumuman dilakukan. Beberapa jam sebelum pengumuman saya sempat menangis karena merasa akhirnya Allah SWT akan memberi tahu bagaimana penilaiannya tentang usaha saya dan saya takut semuanya bisa jadi tidak sesuai dengan harapan saya. Tapi anehnya walaupun saya takut saya merasa tenang dan yakin bahwa saya diterima di FK UI. Setelah itu saya ketiduran karena lelah sehabis menangis dan sebelum itu saya melihat hitung mundur pengumuman masih 2 jam lagi. Saya terbangun tiba-tiba dan melihat grup line sudah ramai membicarakan bahwa hasil pengumuman sudah bisa dilihat di website. Saya langsung buru-buru membuka dan hasilnya langsung keluar. Saya langsung melihat kotak berwarna hijau dan tulisan ‘selamat, anda dinyatakan lulus SNMPTN 2019 pada PTN Univeristas Indonesia program jurusan pendidikan dokter’. Pada awalnya saya mengira itu website palsu, tetapi ternyata tidak. Saya pada akhirnya diterima di fakultas yang saya sudah dambakan sejak awal masuk SMA. Saya sudah tidak bisa menangis terharu karena sebelumnya mata saya sudah sembab sehabis menangis. Hanya senyuman dan tawa senang yang tergambar di wajah saya serta ucapan syukur kepada tuhan yang terucap. Saya langsung memberi tahu ibu saya dan beliau langsung menangis terharu dan bangga karena saya bisa mewujudkan impian saya. Pada hari itu saya pergi ke tempat bimbel dengan wajah ceria, beberapa guru bimbel saya kaget karena di bimbel saya biasa-biasa saja tidak terlalu pintar tetapi mereka tetap mengucapkan selamat dan itu sudah cukup bagi saya untuk mengerti rasa bangga mereka terhadap pencapaian ssya. Saya tahu ini bukan akhir perjuangan saya, melainkan awal dari sebuah perjuangan baru yang lebih keras dan menantang bukan hanya untuk meraih impian tetapi untuk mewujudkan cita-cita.
Harapan saya di FK UI ini saya dapat mengembangkan potensi saya baik secara akademis maupun non akademis dan mendapatkan ilmu pengetahuan beserta wawasan yang diperlukan bagi saya untuk menjadi seorang dokter yang tidak hanya bisa mendiagnosis penyakit pasien dan memberi obat kepada pasien saja, tetapi menjadi seorang dokter yang peduli, penyayang dan menghargai pasiennya seperti keluarganya sendiri. Untuk keluarga saya, harapan saya semoga di sepanjang perjalananan saya sebagai mahasiswa kedokteran FK UI 2019 tetap mendukung saya di kala saya merasa ingin menyerah, mengalami masalah dan terbentur tembok kegagalan. Saya beraharap mereka akan selalu ada di sisi saya dana saya berharap bisa selalu ada di sisi mereka.
Untuk masyarakat saya berharap mereka meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan mereka. Peran mereka bagi negara sangatlah penting untuk membangun, membimbing dan menyatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia di mana hal tersebut tidak dapat dilakukan apabila mereka jatuh sakit. Kesehatan mereka sangatlah penting bagi keluarga mereka. Untuk teman-teman seperjuangan FK UI 2019 harapan saya adalah tetaplah mendukung satu sama lain teman seperjuangan, jangan saling menjatuhkan, dan selalu semangat. Selalu ingat bahwa Tuhan selalu menyertai usaha teman-teman dan Dia tidak menempatkan teman-teman di FK UI 2019 atas kesalahan tetapi karena teman-teman sudah bekerja keras dan pantas menjadi dokter masa depan Indonesia.
Setelah saya sudah berhasil masuk ke FK UI dengan susah payah, tentu saya harus bisa menerapkan strategi belajar yang baru. Untuk 1 tahun banyak target yang saya harus capai namun yang paling penting adalah berhasil mendapatkan awal nilai yang bagus dengan mempelajari materi-materi yang ada dengan sebaik-baiknya. Kedokteran penuh dengan materi yang harus di hafal dalam waktu singkat dan banyak sekali detail-detail penting yang tidak boleh dilewatkan maka dari itu selama 1 tahun itu saya akan mencari cara belajar yang cocok bagi saya demi mencapai target saya.
Untuk 3 tahun kedepan saya ingin melihat diri sudah menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang aktif dan berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Saya ingin setelah 3 tahun belajar sebagai seorang mahasiswa, saya dapat mempersiapkan kelulusan di tahun yang akan datang secara maksimal karena saya ingin bisa mendapatkan IPK cumlaude.
Untuk 10 tahun kedepan, saya ingin melanjutkan pendidikan Spesialis Obstetri & Ginekologi di FK UI.
Untuk 20 tahun kedepan saya ingin menjadi dokter yang melakukan praktik di 3 rumah sakit yaitu RS Puri Cinere, RS Pondok Indah dan RS Siloam. Saya ingin pada saat itu saya sudah mempunyai gelar spesialis di Indonesia dan dari luar negri.
Pesan saya untuk mereka yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran UI pastikan menjadi dokter adalah benar-benar keinginan kalian, bukan atas dasar paksaan orang tua, saudara atau mungkin karena gengsi semata. Kedokteran adalah perjalanan yang tidak mudah dan panjang dengan tanggung jawab yang besar. Jika keinginan menjadi dokter hanya setengah hati ataupun karena terpaksa akhirnua segala sesuatu akan kalian hadapi dengan berat. Menjadi ikhlas mengerjakan tugas dan belajar akan menjadi sangat sulit. Persiapkan diri dari semester pertama SMA, dan fokus pada mata pelajaran IPA seperti fisikia, kimia, biologi dan matematika terutama jika kalian mengejar target bisa masuk lewat jalur undangan. Incar SMA dengan akreditas yang bagus dan memiliki kuota undangan yang banyak sehingga peluang kalian bisa diterima melewati jalur undangan semakin tinggi. Menjaga kestabilan nilai adalah hal yang paling penting, buat grafik nilai ataupun rata-rata nilai meningkat mulai dari semester 1. Targetkan nilai kalian harus selalu di angka 90 keatas. Belajar yang sungguh-sungguh jauh sebelum waktu ujian sehingga persiapan kalian lebih matang dan meringankan beban belajar semalam sebelum ujian. Punya target nilai akan memotivasi kalian untuk mendapatkan nilai bagus, kelilingi diri kalian dengan orang-orang yang punya target yang sama dengan kalian sehingga kalian bisa saling mendukung untuk mencapai tujuan kalian. Jangan lupakan ibadah, banyak yang akhirnya lupa ibadah karena waktunya termakan untuk belajar tapi itu adalah kesalahan besar. Saya yakin saya bisa masuk bukan semata karena usaha saya, tetapi karena kehendak Allah SWT yang menggerakkan hati saya sedemikian rupa sehingga saya bisa belajar hingga larut malam, menuntun tangan saya ketika mengerjakan soal sehingga jawaban saya tepat, dan menguatkan hati saya atas pilihan saya untuk masuk ke FK UI.
Comentários