top of page
Search

Narasi Perjuangan -- Bernadine Gracia Duindrahajeng

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 9 min read

Seperti awalan dari setiap cerita, izinkan saya memperkenalkan diri saya sendiri. Nama saya Bernadine Gracia Duindrahajeng. Saya berasal dari SMA Santa Ursula BSD. Saya lahir di Sleman, Yogyakarta. Baru tiga tahun terakhir ini saya tinggal di daerah Jakarta. Sebelumnya, saya harus tinggal di Riau lalu melanjutkan studi ke Amerika Serikat karena kewajiban Papa bekerja di sana demi perusahaannya. Dari kecil, saya sudah terbiasa beradaptasi dengan keadaan baru dan bertemu teman-teman yang berbeda-beda latar belakangnya. Segala hal ini tanpa saya sadari banyak mempengaruhi cara saya berpikir dan memandang diri saya sendiri. Saya juga menjadi semakin bimbang mengenai berbagai aspek kepribadian saya. Tetapi, puji Tuhan ada satu hal yang saya selalu yakini. Hal itu adalah keinginan saya menjadi dokter. Keinginan saya itu diawali sejak kecil, yang awalnya hanya sekedar rasa antusias setiap melihat dokter dokter bekerja di rumah sakit- rasa yang berbeda dengan anak anak seumuran saya waktu itu ketika datang ke rumah sakit- dan lama lama menjadi rasa terharu dan kagum akan dokter- dokter yang memperjuangkan hidup seseorang dan selalu menjawab setiap kata terimakasih dengan “itu sudah pekerjaan saya”.


Oleh karena itu, saya sudah memiliki determinasi untuk masuk menjadi siswa di Fakultas Kedokteran. Namun, pilihan saya tidak berhenti hanya disitu. Selama hidup saya, ada satu prinsip yang sudah saya pegang dengan kuat. Hal itu adalah bahwa segala impian ada di balik semua rasa takut saya. Oleh karena itu, kenapa saya tidak mengejar impian melalui sarana yang paling berkualitas dengan tantangan yang tidak perlu ditanyakan lagi beratnya, namun pasti akan berguna suatu hari? Di akhir semua pemikiran saya, akhirnya saya memutuskan dengan bulat bahwa kedokteran Universitas Indonesia adalah sekolah yang saya ingin tuju. Motivasi saya semakin kuat mendengar cerita cerita kakak kelas yang berada di FKUI, contohnya ketika datang open house FKUI. Kualitas Universitas Indonesia yang sangat baik membuat saya yakin bahwa tempat terbaik bagi saya untuk mengejar cita-cita adalah belajar disitu. Ditambah lagi, saya mempelajari mengenai adanya program gelar ganda yang diberikan oleh Kelas Khusus Internasional Fakultas Kedokteran UI, dimana saya mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri antara Inggris atau Australia. Program KKI ini juga menjadi pemicu motivasi yang sangat tinggi bagi saya untuk mengemban cita di Universitas Indonesia.


Karena keinginan tersebut, saya benar benar memfokuskan diri dalam belajar di masa SMA. Saya berusaha menjadi seorang pribadi yang ambisius dan mengejar nilai-nilai yang baik. Oleh karena itu, nilai kelas 10 saya mendapatkan hasil yang cukup tinggi. Karena SMA saya menggunakan KTSP 2006, penjurusan SMA baru dimulai kelas 11. Sedikit latar belakang mengenai diri saya sendiri, saya adalah seseorang yang tidak sepenuhnya berjiwa IPA. Jiwa sosial saya cukup tinggi dan saya sangat senang berorganisasi dalam komunitas. Tidak hanya itu, saya juga menyukai belajar konsep-konsep sosial yang berhubungan dengan dinamika manusia. Oleh karena itu, pelajaran yang penuh IPA menjadi sedikit menguras tenaga karena tidak adanya konsep sosial yang mampu menyeimbangkan. Karena itu, saya memutuskan untuk mengikuti organisasi. Teman-teman saya turut mendukung saya untuk ikut OSIS, bahkan saya memberanikan diri untuk maju sebagai calon ketua OSIS. Pada akhirnya, saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi ketua OSIS. Impian saya untuk menjadi dokter cukup sulit untuk diraih bila tidak fokus belajar, dan menjadi ketua OSIS di SMA juga bukanlah tugas yang mudah. Oleh karena itu, saya sempat kehilangan motivasi dalam proses akademis saya dan lebih menfokuskan diri terhadap OSIS. Alhasil, nilai saya naik turun dan tidak stabil, sesuatu yang tidak baik untuk saya yang ingin untuk mengikuti SNMPTN ataupun talent scouting. Melihat hal tersebut, saya meyakinkan diri untuk belajar dengan giat.

Saya mengikuti bimbel BTA 45 seperti beberapa teman saya yang lain. Di tempat itu, saya belajar dengan serius mengenai tipe tipe soal yang akan dihadapi dalam SBMPTN dan SIMAK. Namun, sangat disayangkan tahun ini sistem berubah menjadi UTBK yang baru disosialisasikan bulan Januari.


Banyak penyesuaian yang harus dilakukan mulai dari konsep konsep soal yang dikerjakan dan melakukan pembagian waktu sempit yang diberikan untuk mengerjakan soal soal UTBK tersebut. Kepercayaan diri saya terhadap kemampuan sendiri menjadi berkurang. Di tengah itu, saya juga merasa kurang maksimal dalam mengerjakan tugas tugas sekolah. Namun, tiba-tiba saya mendapatkan semangat tinggi di kelas 11 semester 2 untuk mengejar apa yang kurang baik di semester 1. Puji Tuhan, saya bisa mengejar nilai dengan baik kembali. Untungnya lagi, saya diberi kesempatan untuk ikut SNMPTN dan talent scouting KKI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ketika mendaftar, saya mengerti betul bahwa nilai saya tidaklah cukup stabil untuk berharap mendapatkan FKUI. Sekolah saya yang swasta juga belum menghasilkan banyak mahasiswa FKUI, sehingga indeks sekolah mungkin juga tidak cukup mendukung. Tetapi, suatu hari saya mendapatkan email dari Universitas Indonesia seleksi talent scouting FK UI KKI. Ternyata, saya diberitahukan untuk mengikuti tahap interview. Disitu saya sangat senang dan sangat percaya diri. Saya berlatih setiap hari untuk memaksimalkan performa saya di hari-h. Di hari-h, saya merasa sangat yakin dengan performa saya. Itu mengapa ketika hari pengumuman datang, saya tidak terlalu ragu akan hasilnya. Memang, hal itu sangatlah sombong jika dilihat kembali dari saat ini. Hasil pengumuman tanggal 24 Maret tersebut menunjukkan kata “Sorry, you did not pass the selection test”. Jujur, saya merasa sangat sedih dan hancur. Meskipun saya tahu saya sudah belajar dengan baik, saya merasa tidak mampu untuk mengerjakan utbk dengan baik. Ditambah lagi, saya merasa tidak sabar dan terlalu riskan apabila saya menunggu hasil SIMAK dan SIMAK KKI, yang waktu itu dijadwalkan pada tanggal 5 Agustus 2019. Saya menjadi sangat takut dan langsung mencari cadangan sekolah. Saya pun mencoba mendaftar ke Georgia Tech di Amerika Serikat dan University of Toronto di Kanada. Semua jenis tes pun sudah saya laksanakan untuk memenuhi kriteria pendaftaran. Ternyata saya mendapatkan kata “Selamat” dari kedua universitas tersebut di jurusan teknik lingkungan. Hal ini membuat saya bertanya, “Apakah Tuhan menginginkan saya disini?” Saya yang sering berdoa hanya meminta satu hal kepada Tuhan, yaitu untuk mengarahkan saya kepada jalan yang terbaik. Saya menjadi bingung, sebenarnya apa yang cocok buat saya. Semua gairah dan semangat saya mengejar kedokteran mulai menjadi blurry.


Karena ketidakpastian diri saya, akhirnya saya memutuskan bahwa sekolah di AS adalah kesempatan yang baik pula. Georgia tech juga adalah sekolah yang sangat bagus dan membanggakan. Saya mulai menata hidup saya ke arah tersebut. Saya mulai mengurus visa F-1 dan hanya dengan satu pertanyaan, visa saya langsung disetujui. Saya membeli berbagai macam peralatan sekolah yang diperlukan disana, saya mencari teman sekamar dan mendapatkan seseorang yang sangat cocok dengan saya, serta tidak lupa saya membeli tiket untuk berangkat ke Atlanta, Georgia. Sekolah di sana sudah dimulai tanggal 19 Agustus. Tanggal 9 Agustus, saya sudah seharusnya berada di dalam pesawat menuju ke dunia yang baru, kehidupan yang bagi saya akan sangat mengubah diri saya dan menambah pengalaman hidup saya secara signifikan.


Tetapi di tengah-tengah semua itu, saya masih merasa tidak tenang. Impian masa kecil saya untuk mengabdi demi pelayanan kesehatan dengan menjadi dokter bukanlah sesuatu yang insignifikan di mata saya. Oleh karena itu, saya tetap mencoba SIMAK regular dan SIMAK KKI untuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Hal itu saya lakukan sebagai penenang diri, bahwa jika saya ditolak hal itu semakin meyakinkan saya bahwa mungkin jalan menjadi dokter bukanlah yang paling tepat bagi saya.


Karena pemikiran tersebut, saya tidak semangat untuk belajar. Bagi diri saya, menunggu berangkat ke Amerika adalah satu-satunya hal yang perlu saya lakukan saat itu. SIMAK KKI saya kerjakan pada tanggal 14 Juli 2019. Dengan segala pembelajaran yang saya terima di BTA dan sedikit pengulangan di malam sebelumnya, saya pergi mengerjakan tes di RIK FK UI tanpa ada persiapan belajar mati-matian seperti banyak orang lainnya. Ketika menunggu, saya hanya bisa berdoa, sekali lagi meminta bantuan kepada Tuhan untuk menuntun saya ke jalan yang paling benar bagi saya. Tes tersebut berjalan dengan lancar. Saya pun kembali mendapatkan email dari Universitas Indonesia mengundang saya untuk mengikuti tes MMPI dan MMI. Wawancara pun saya lewati dengan penuh kegelisahan dan keraguan akan diri sendiri. Jujur, saya merasa tidak maksimal dalam melakukan tes wawancara tersebut. Ada banyak bagian dimana saya terbata-bata. Saya menangis malam itu, merasa saya telah menggagalkan satu-satunya kesempatan saya.


Tidak terasa hari Minggu tanggal 4 Agustus datang. Sehari sebelum pengumuman KKI, saya berkesempatan berkumpul Bersama teman-teman saya yang sungguh mengenal saya. Pilihannya berkisar antara saya berangkat di akhir minggu ke negara yang sungguh jauh dari Indonesia atau saya mengejar impian saya sejak kecil di UI. Teman-teman saya tahu bahwa saat itu, saya tidak butuh untuk ditenangkan. Saat itu yang saya butuhkan adalah dorongan kuat untuk benar-benar percaya diri dan tidak takut akan hasil apapun. Seberapa ragu dan khawatirnya saya terhadap pengumuman, saya berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dimanapun nantinya saya berada. Ketika tanggal 5 datang, saya bersembunyi di kamar sampai jam menunjukkan pukul dua siang. Ketika jam dua datang, saya segera bergerak ke arah komputer. Sewaktu itu, saya sedang sendiri di rumah. Saya berdiam diri di depan komputer yang membuka situs pengumuman seleksi UI ragu untuk menekan enter selama lima belas menit. Betapa gilanya, pengumuman tersebut akan menentukan jalan hidup saya akan dibawa kemana. Dengan gemetaran saya menekan tombol log in dan membuka hasil seleksi. Betapa bingung dan kagetnya saya membaca kalimat “Selamat, anda resmi diterima menjadi mahasiswa baru Universitas Indonesia.” Tidak ada kata-kata yang mampu menjelaskan betapa leganya saya melihat pengumuman tersebut. Saya langsung menelfon kedua orangtua saya dan semua teman saya yang meminta dikabari setelah pengumuman. Banyak tangisan yang seakan-akan tertahan keluar karena kaget yang luar biasa. Sampai detik inipun, masih ada perasaan senang yang belum secara utuh terungkapkan. Semua rasa takut yang saya rasakan menjadi hilang begitu saja.


Pada akhirnya, di tempat inilah saya akan melanjutkan pendidikan saya. Pada akhirnya, saya berhasil mewujudkan doa masa kecil saya. Saya merasa tenang mendapatkan kesempatan untuk belajar menjadi dokter di Universitas terbaik di Indonesia. Tentunya, saya memiliki harapan tinggi terhadap diri saya sendiri dan teman-teman angkatan saya. Saya ingin agar saya selalu mengingat bahwa di antara semua tantangan dan keraguan diri saya terhadap kemampuan saya, pada akhirnya semua itu terbalas dengan kesempatan ini. Saya berjanji akan memberikan yang terbaik dan belajar dengan tekun, tidak memotivasi diri dengan kekayaan yang akan diperoleh, melainkan dengan pengabdian dan pelayanan mulia yang akan saya lakukan nantinya. Saya siap untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Tak hanya itu, saya memiliki harapan untuk dapat membanggakan saya. Di keluarga terdekat saya belum ada yang menjadi dokter. Saya harap dengan menjadi dokter pertama akan banyak keturunan saya yang mampu mengikuti jejak saya dan mengemban profesi menjadi pelayan kesehatan. Saya juga berharap suatu saat nanti, saya mampu mempengaruhi dan merangkul masyarakat di sekitar. Semoga mereka dapat menerapkan gaya hidup yang sehat di dalam kehidupan sehari-hari dan semoga dengan semakin banyak dokter penerus bangsa, semakin banyak masyarakat di pedalaman yang dapat dirangkul dan diobati. Untuk teman-teman angkatan FKUI 2019, hal paling utama yang saya harapkan dari mereka adalah solidaritas dan kekeluargaan yang tinggi. Saya sungguh berharap untuk menemukan rumah kedua yang setia dengan teman-teman. Saya juga berharap bahwa segala kesulitan yang dialami masing-masing anggota angkatan dapat dibantu dan dirangkul oleh semua orang yang mau membantu. Sebagai satu angkatan, saya tentu menginginkan semuanya berjuang bersama demi mencapai impiannya masing-masing


Harapan saya setahun kedepan adalah semoga saya masih semangat belajar dan sudah sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan baru di Fakultas Kedokteran UI. Saya juga berharap sudah menemukan kelompok teman yang cocok dengan saya dan orang-orang yang bisa diandalkan jika saya membutuhkan bantuan. Tidak hanya itu, semoga saya sudah menemukan dinamika belajar dan rutinitas yang paling baik bagi saya. Tiga tahun lagi, saya seharusnya sudah memulai perjalanan ke salah satu Universitas Internasional yang menjadi sponsor Universitas Indonesia dalam program KKI. Saya sangat menginginkan melanjutkan studi di Newcastle University mengejar S2 dalam bidang research. Semoga nilai saya cukup baik dan pengalaman saya aktif di organisasi selama tiga tahun ke depan cukup menghasilkan CV yang memuaskan dan bisa membuat saya diterima di Universitas tersebut. Semoga pula saya dapat belajar segala budaya dan seluk-beluk kehidupan di Inggris dengan baik. Sepuluh tahun setelah ini, saya memiliki harapan sudah menyelesaikan spesialisasi di ranah kedokteran anak atau penyakit dalam. Saya sungguh menyukai berhubungan dengan anak kecil atau membangun relasi yang baik dengan pasien. Saya juga ingin mempengaruhi banyak orang untuk meningkatkan kualitas hidup. Sepuluh tahun lagi saya membayangkan diri saya sudah mulai melakukan praktik pengobatan sebagai dokter yang baik dan setia dalam pengabdiannya. Harapan saya untuk dua puluh tahun dari sekarang adalah sesuatu yang menjadi impian pelayanan hidup saya suatu hari nanti. Hal itu adalah berkontribusi untuk World Health Organisation dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang paling membutuhkan, terutama di Indonesia. Lewat organisasi dunia, tentunya lebih banyak orang yang dapat saya rangkul dan saya temui. Tidak hanya itu, berkontribusi dalam program seperti Doctors Without Borders adalah sesuatu hal mulia yang juga ingin saya lakukan. Semua hal itu menjadi panduan hidup saya dan motivasi mendalam.


Untuk teman-teman para pejuang FKUI, saya yakin bahwa semangat kalian semua sangat membara. Motivasi kalian tentunya berbeda-beda, namun semoga menjalani hidup penuh pelayanan menjadi tujuan utama ingin menekuni profesi ini. Tanpa motivasi ini, tentu melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran akan menjadi sangat hambar dan membosankan. Hal paling penting yang perlu diingat adalah Tuhan senantiasa selalu akan mengarahkan kita ke jalan yang paling benar. Jawaban iya tidak selalu langsung didapatkan. Terkadang, Ia membuat kita menunggu untuk memastikan betapa yakinnya kita dengan pilihan hidup kita sendiri. Tetaplah percaya dengan diri sendiri dan selalu yakin atas semua langkah yang di ambil. Keraguan hanya akan menahan semua potensi diri.


Ada dua hal yang selalu menjadi pedoman hidup saya. Pertama adalah kesuksesan ada di balik rasa takut. Hal yang kedua adalah untuk “do your best, let God do the rest.” Kedua hal ini selalu mengingatkan saya bahwa apapun yang saya inginkan akan ad acara jika saya selalu percaya pada diri sendiri dan mengusahakan yang terbaik. Saya harus berjuang dengan penuh motivasi demi meraih masa depan yang saya dambakan, bekerja demi kepentingan banyak orang.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page