top of page
Search

Narasi Perjuangan - Callista Qonita Putri Nabila

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 9 min read

Assalamualaikum, Halo semuanya ! Perkenalkan nama saya Callista Qonita Putri Nabila dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2019, salam INTEGRITAS !

Saya lahir pada tanggal 10 Mei 2001 di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebelumnya saya berasal dari jurusan IPA di salah satu SMA favorit sekaligus menjadi sekolah rujukan di Kota Mataram, yaitu SMA Negeri 1 Mataram, sehingga tidak heran jika SMAN 1 Mataram melahirkan alumnus-alumnus hebat. Saya bertempat tinggal Jalan Bung Hatta Nomor 37B Monjok, bersama dengan kedua orang tua saya, satu kakak perempuan, dan satu adik perempuan. Pada tulisan ini, saya akan menceritakan tentang perjuangan saya selama tiga tahun hingga akhirnya saya bisa masuk pada salah satu fakultas di Universitas Indonesia dengan simbol makara berwarna hijau, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia adalah perguruan tinggi tertua dan terbaik di Indonesia yang memiliki berbagai pilihan fakultas favorit, dan salah satunya adalah fakultas kedokteran. FKUI sendiri juga merupakan Fakultas kedokteran tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1849 dan sampai sekarang sudah meluluskan ratusan ribu dokter terbaik bangsa yang sangat kompeten dan ahli di bidangnya massing-masing serta banyak dari mereka yang sudah mengharumkan nama almamaternya baik di dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, tidak heran jika FKUI menjadi incaran utama sebagian besar putra-putri bangsa di seluruh pelosok negeri sebagai tempat menimba ilmu. Banyak lulusan SMA yang bercita-cita menjadi dokter dan ingin melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Banyaknya peminat menyebabkan persaingan untuk dapat memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi sangat ketat. Hampir semua pelajar terbaik dari setiap sekolah negeri maupun swasta di Indonesia harus “bertarung” melalui jalur undangan maupun tes tertulis dan menargetkan kedokteran UI sebagai tujuan utamanya untuk berkuliah. Oleh karena itu, untuk dapat menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia dibutuhkan perjuangan yang sangat serius. Selain itu, niat, tekad yang kuat serta doa akan mendorong seseorang untuk menggapai impiannya.

Sejak kecil keinginan menjadi seorang dokter sudah tertanam dalam diri saya. Saya dilahirkan oleh seorang ibu yang hebat, beliau bukanlah seorang dokter, melainkan salah seorang dosen yang mengajar ilmu gizi di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Mataram atau biasa dikenal dengan Poltekkes Kemenkes Mataram. Saya mulai tertarik di bidang kesehatan ketika saya iseng membaca buku-buku milik ibu saya. Pernah ketika duduk di bangku SMP kelas 3 saya membaca salah satu buku Campbell jilid 1 milik ibu saya. Saat itu saya memang sedang senang-senangnya dengan pelajaran IPA di sekolahan. Minat saya semakin besar setelah membaca mengenai sel dan molekuler pada buku Campbell, walaupun saat itu saya tidak paham betul. Seiring berjalannya waktu, saya lulus dari salah satu SMP di Kota Mataram dengan Nilai Ujian Nasional 36,10. Pada awalnya saya berniat untuk mendaftarkan diri di SMA Negeri 1 Mataram, namun syukur Alhamdulillah saat itu saya sangat senang ketika mengetahui bahwa saya diundang oleh salah satu SMA negeri favorit di Kota Mataram yang merupakan sekolah tujuan saya. Saya mendapat jaminan masuk di SMA Negeri 1 Mataram bukan tanpa alasan, melainkan karena saya pernah mendapat juara 5 OSK di bidang matematika. Di sinilah saya memulai serius memikirkan cita-cita dan masa depan saya. Keinginan saya menjadi seorang dokter semakin besar. Oleh karena itu, saya mulai mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Pada saat pembagian kelas, Alhamdulillah saya mendapat kelas X MIPA 1 sesuai dengan harapan saya untuk bisa masuk di kelas IPA. Pada awalnya ketika kelas 10, saya tidak mengetahui bahwa ada jalur bernama SNMPTN sebagai salah satu jalur masuk perguruan tinggi. Di kelas 10 saya hanya fokus belajar agar bisa masuk peringkat sepuluh besar di kelas. Di sekolah, saya belajar dengan serius. Saya mendengarkan, mencatat, memperhatikan guru yang mengajar, mengerjakan tugas sebaik mungkin, aktif bertanya jika tidak mengerti, dan aktif mengerjakan soal yang saya bisa di papan tulis. Selain itu, saya memilih duduk di bangku paling depan. Alasannya sih supaya bisa fokus dan yang paling penting adalah karena saya pakai kacamata. Saya selalu memaksimalkan waktu belajar di sekolah, sehingga setelah sampai di rumah saya bisa istirahat dengan tenang dan hanya perlu mengulang sedikit pelajaran pada malam harinya. Di kelas 10 saya juga mengikuti salah satu ekstrakulikuler yang saya kira bisa mendukung cita-cita saya menjadi seorang dokter, yaitu ekskul gemar biologi yang diadakan setiap hari sabtu sepulang sekolah.

Tidak terasa dua semester atau satu tahun telah saya lewati di SMA, tiba hari pembagian rapor, Alhamdulillah saat itu saya bersyukur sekali bisa mendapat peringkat 2 di kelas, peringkat yang lebih dari harapan saya. Hingga saya naik ke kelas 11, saya berusaha maksimal untuk bisa tetap mempertahankan nilai saya agar tidak turun, di kelas sebelas saya juga mengikuti banyak lomba-lomba olimpiade biologi untu mewakili sekolah. Saat itu, saya ditunjuk untuk mewakili OSK bidang biologi bersama dua teman saya. Selama hampir sebulan saya selalu meninggalkan kelas dan menelantarkan berbagai mata pelajaran penting di kelas hanya untuk melakukan pembinaan bersama dosen. Hingga hari-H lomba tiba, saya berusaha memaksimalkan kerja otak saya, mencurahkan pikiran saya untuk mengahadapi perlombaan tersebut dan membawa nama sekolah. Hari pengumuman peserta yang lolos ke tingkat provinsi pun tiba, saya merasa kecewa ketika tidak bisa membawa nama sekolah, namun saya juga merasa bahagia dan bangga karena masih ada satu teman saya yang lolos ke tingkat provinsi. Hari demi hari saya lewati tanpa putus asa, sebagian hidup saya habiskan untuk belajar mengejar ketertinggalan materi. Dua tahun sudah saya lewati sebagai siswa SMA, Alhamdulillah walaupun saya banyak meninggalkan kelas namun saya masih bisa mempertahankan nilai rapor dan mendapat peringkat 2 di kelas.

Satu lagi kabar bahagia, yaitu ketika mendengar pengumuman bahwa kakak perempuan saya diterima di Universitas Indonesia Fakultas MIPA jurusan Statistika Angkatan 2018, saya merasa sangat bahagia. Saat itu juga saya menargetkan bahwa saya harus bisa meraih cita-cita saya menjadi dokter dengan memilih Universita Indonesia sebagai tempat untuk mengemban ilmu. Saya mulai mencari tahu informasi-informasi mengenai fakultas kedokteran di Universitas Indonesia. Saya sangat tertarik untuk memilih belajar di UI karena biaya UKT yang murah dibanding universitas lain, namun tetap menyediakan fasilitas yang luar biasa. Universitas Indonesia menyediakan fasilitas seperti asrama mahasiswa yang murah meriah. Seperti yang diceritakan oleh kakak saya bahwa di asrama kita akan bertemu dengan tetangga-tetangga yang berasal dari suku, ras, dan agama berbeda yang tersebar dari ujung barat sampai ujung timur Negara Indonesia. Selain itu, Universitas Indonesia juga menyediakan sarana transportasi gratis bagi mahasiswanya, yaitu bis kuning atau biasa dikenal dengan sebutan ‘Bikun’. Ada juga sepeda kuning atau ‘Spekun’ yang bisa dipakai tanpa dipungut biaya sepeserpun. Universitas Indonesia juga menyediakan fasilitas perpustakaan sebagai pusat layanan bagi mahasiswa. Perpustakaan di UI dikenal dengan Perpusat (Perpustakaan Pusat), yaitu perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara dengan lahan seluas 2,5 hektar dan terdiri dari 8 lantai sehingga perpustakaan ini mengusung filosofi Crystal of Knowledge , perpus ini juga dibangun dengan konsep green campus.

Melihat banyaknya fasilitas yang disediakan oleh Universitas Indonesia membuat saya tertarik untuk melanjutkan studi kedokteran pada universitas ini. Tekad saya semakin kuat untuk bisa masuk di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Hingga akhirnya saya naik ke kelas 12 SMA. Pada tahun ketiga di SMA saya mulai mempersiapkan diri, salah satu caranya yaitu dengan mengikuti bimbingan belajar yang ada di kota mataram. Setiap hari Senin dan Kamis mulai pukul 5 sore sampai pukul 9 malam saya belajar di bimbel. Saya juga belajar kelompok dan saling berbagi ilmu dengan teman-teman. Saya dan teman-teman juga rajin mengikuti pengayaan hingga pukul 4 sore bahkan terkadang ada dari kami siswa-siswi kelas 12 yang rela tidak pulang langung ke rumah hanya untuk pergi belajar tambahan di bimbel. Kami mengerjakan berbagai simulasi Ujian Nasiona dan Try Out untuk mengevaluasi hasil belajar kami. Kami juga aktif konsultasi ke guru bimbingan konseling untuk membahas mengenai cita-cita masing-masing dari kami. Belum lagi saat itu terjadi musibah bencana alam gempa bumi yang melanda Pulau Lombok dan Bali. Banyak rumah, sekolah, kantor, dan hotel mengalami kerusakan bahkan ada juga yang runtuh, sehingga kegiata belajar dan mengajar di sekolah terpaksa pasif untuk kurun waktu sekitar hampir satu bulan lamanya. Padahal sebentar lagi semua siswa 12 akan menghadapi Ujian Nasional. Walaupun kegiatan sekolah dinonaktifkan untuk sementara waktu, saya tetap belajar di tempat pengungsian. Saya belajar karena sebelum terjadi bencana, saya bersama dua adik kelas saya dipercaya untuk mewakilkan olimpiade di UIN Mataram, sehingga tidak ada waktu bagi saya untuk berleyeh-leyeh. Setelah sebulan lamanya, perlahan kegiatan sekolah mulai aktif. Tiba di mana hari-H saya lomba dengan persiapan yang seadanya. Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk sekolah. Pada sore hari, tiba pengumuman pemenang lomba. Syukur Alhamdulillah saya tidak menyangka ketika nama saya dipanggil sebagai juara 3 lomba olimpiade biologi.

Waktu berjalan begitu cepat dengan berbagai kesibukan siswa kelas 12. Tiba waktunya pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN. Sebelum itu saya saya sudah banyak berdiskusi mengenai pilihan jurusan dan perguruan tinggi negeri bersama kedua orang tua saya. Saya sangat senang ketika kedua orangtua saya mendukung pilihan saya. Saudara-saudara, guru-guru, dan teman-teman juga selalu menyemangati saya. Saya betul-betul meyakinkan pilihan saya, walaupun nantinya saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Saya memilih Pendidikan Dokter Universitas Indonesia sebagai pilhan pertama dan Pendidikan Dokter Gigi Universitas Indonesia sebagai pilihan kedua. Saya hanya memilih di Universitas Indonesia karena fakta bahwa biaya UKT nya murah. Saya tidak ingin membebankan kedua orangtua saya dengan biaya pendidikan yang mahal. Apalagi jurusan yang saya pilih adalah kedokteran, bisa dibilang jurusan dengan biaya UKT yang tergolong mahal. Selain itu, saya betul-betul ingin menjadi dokter yang jujur, amanah, profesional, berintegritas, dan melayani dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, saya memilih untuk menuntut ilmu di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Universitas yang banyak melahirkan dokter-dokter yang cerdas dan hebat di bidangnya masing-masing.

Hari-hari saya lalui dengan belajar dan latihan soal-soal Ujian Nasional dan SBMPTN. Saya tetap berjaga-jaga untuk belajar tes SBMPTN agar tetap memiliki persiapan jika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Hingga tiba hari pengumuman hasil SNMPTN. Perasaan saya betul-betul campur aduk. Harapan yang besar sudah saya gantungkan di sini. Ikhtiar sudah saya lakukan dengan maksimal, tidak lupa pula doa dan restu kedua orangtua. Tapi satu yang saya yakini, apapun hasilnya itu adalah yang terbaik untuk saya dari Allah. Rencana Allah adalah yang paling indah. Apapun hasilnya saya harus bisa menerima dengan lapang dada. Kalaupun nantinya saya kecewa, rasa syukur harus lebih banyak saya panjatkan karena itu berarti Allah telah menghindarkan sesuatu yang buruk terjadi pada saya. Atau bahkan Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah untuk saya. Keyakinan itu membuat saya hati tenang dan tentram. Sampai pada waktunya untuk membuka pengumuman. Saya mulai memasukkan username dan password, kemudian saya klik tombol enter dan terbukalahn portal hasil pengumuman SNMPTN. Tidak terasa air mata saya jatuh ketika melihat pengumuman berwarna hijau daun dan bertuliskan “Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2019 pada Programm Studi Pendidikan Dokter Universitas Indonesia”. Betapa Allah maha baik. Perasaan saya campur aduk, rasa haru, bahagia, dan syukur menjadi satu. Mama saya pun ikut menangis dan memeluk saya. Semua keringat yang saya keluarkan selama tiga tahun sudah terbayarkan. Pengorbanan kedua orang tua saya untuk mengantar jemput ke sekolah maupun bimbel juga terbayarkan.

Di sinilah saya, memulai perjuangan untuk meraih cita-cita yang telah saya susun dengan rapi, walaupun ke depannya bisa saja berbelok. Menjadi salah satu mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Indonesia memang membanggakan. Namun, tanggung jawab untuk menjaga nama baik almamater dan mengukir prestasi juga cukup berat.

Harapan untuk diri saya adalah saya dapat bertahan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan dapat membanggakan orang tua saya. Saya berharap bisa lulus tepat waktu dengan hasil yang baik. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Allah berikan kepada saya. Saya akan mencoba untuk beradaptasi dan mengembangkan diri pada pola belajar di fakultas kedokteran. Pesan dari saya untuk teman-teman yang sedang mengejar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah tetap semangat belajar sejak awal masuk SMA. Jika kalian memang ingin diterima melalui jalur SNMPTN, jaga konsistensi kalian dalam belajar dan terus pertahankan nilai yang kalian dapat agar tetap stabil. Jangan terlalu santai atau terlalu euforia karena kalian sudah diterima di SMA yang kalian inginkan. Jika nanti kalian tidak diterima di jalur SNMPTN, kalian jangan khawatir, bukan berarti usaha kalian dari awal sia-sia, tetapi kalian sudah mendapat bekal pelajaran sehingga kalian dapat lebih mudah belajar SBMPTN. Selain itu, jangan mudah menyerah jika selama belajar nanti kalian tidak bisa mengerjakan soal SBMPTN. Kalian bisa menanyakan pada teman-teman kalian dan guru kalian. Kalian bisa menanyakan soal yang tidak bisa atau bahkan kalian bisa saling bertukar soal karena referensi soal-soal merupakan hal yang penting. Yang terakhir, jangan lupa berdoa dan meminta doa restu kepada kedua orang tua kalian karena rida Allah adalah rida orang tua.

Tahun pertama di FKUI saya akan berusaha untuk beradaptasi dengan sistem belajar mengajar di FKUI, saya akan berusaha untuk rajin kuliah dan fokus saat dosen menerangkan sehingga paling tidak 80 % materi pembelajaran dapat saya serap . Saya juga mungkin akan mengajak teman-teman untuk belajar bersama untuk saling berbagi tentang apa-apa yang telah diajarkan dosen. Mudah-mudahan di tahun pertama FKUI ini saya sudah bisa menemukan pola belajar yang cocok dengan saya sehingga untuk tahun-tahun berikutnya saya dapat lancar dan dapat membagi waktu jika saya mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang ada nanti. Saya berharap di tahun pertama ini bisa mendapatkan IP perdana yang baik.

Di tahun ketiga atau semester 6, jika kuliah saya lancer sebisa mungkin saya akan mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia dokter sesungguhnya menjadi dokter muda/ co ass. Saya akan rajin belajar baik secara materi pelajaran, sedangkan secara fisik saya akan menjaga kesehatan karena pada saat co ass hal terberat adalah pada saat jaga malam. Menurut saya seorang dokter tidak cukup bermodal pandai saja, tetapi diperlukan cara bagaimana memberi support kepada pasien untuk sembuh dan memberi semangat dalam menghadapi penyakitnya, sehingga pengobatan pada pasien dapat lebih cepat sembuh jika dimulai dengan memberikan dorongan dan kekuatan psikis yang positif, kemudian diikuti dengan berbagai pengobatan medis maupun terapi.

Di tahun kelima InsyaAllah saya hampir menyelesaikan pendidikan dokter. Semoga Alllah selalu memberikan kemudahan, kelancaran, dan kesehatan kepada saya hingga dapat menyelesaikan pendidikan dokter tepat waktu. Setelah lulus, saya berharap bisa melaksanakan internship dan mengabdi kepada masyarakat terutama di daerah-daerah tertinggal, sehingga ilmu yang saya dapat bisa diamalkan, mudah-mudahan hal ini bisa tercapai.

Di tahun ketujuh jika semua lancar dan tugas internsip selesai, saya ingin mencari pengalaman kerja di rumah sakit, puskesmas, maupun klinik. Saya ingin bisa melayani pasien dengan sepenuh hati. Mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dengan jalan menyembuhkan, tetapi juga dengan jalan pencegahan dengan melakukan sosialisasi di bidang kesehatan.

Di tahun kedelapan saya berharap bisa melanjutkan pendidikan spesialis kulit dan kelamin. Sehingga di tahun kesepuluh, jika saya melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis berarti pada tahun ini saya sudah hampir menyelesaikan program spesialis. InsyaAllah jika saya sudah berhasil mengejar cita-cita dan impian saya dari kecil, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk berperan serta di dunia kesehatan, mengabdi kepada masyarakat, menolong dan melayani pasien dengan sepenuh hati tanpa semata-mata hanya mengejar duniawi sebagai seorang dokter, karena profesi dokter adalah profesi mulia. Semoga saya tetap amanah dan istiqomah. Sekian narasi perjuangan dari saya.


Tugas individu 4_Kelompok 4_Nama Callista Qonita Putri Nabila

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentários


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page