top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- CHLOE SHADA NARESWARI

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 17, 2019
  • 8 min read

Hai! Pertama-tama; Perkenalkan, saya Chloe Shada Nareswari, akrab disapa Chloe, dari SMA Plus Pembangunan Jaya yang berlokasi di Bintaro, Tangerang Selatan. Saya lahir di Tangerang, 4 Februari 2001. Saat ini, saya baru saja memulai perjuangan saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Saya berhasil masuk FKUI lewat jalur Seleksi Masuk Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional, atau seringkali disebut dengan singkatan SIMAK UI KKI. Saya merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Belum ada dari keluarga kecil maupun keluarga besar saya yang berprofesi sebagai dokter. Muncul di benak saya untuk menjadi dokter perintis dalam keluarga saya, dengan harapan dapat memberikan dukungan terhadap kondisi kesehatan keluarga.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan perintis perguruan tinggi dokter dan pusat pendidikan kesehatan di Indonesia. Karena sudah berpengalaman dalam mendidik calon dokter sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, FKUI menghasilkan lulusan dokter yang kompeten dan profesional pada tiap tahunnya. Maka itu, FKUI selalu menjadi pilihan teratas siswa-siswi dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi.

FKUI memiliki satu program studi kelas sarjana, yaitu Pendidikan Dokter. Program studi ini terbagi menjadi dua kelas, yaitu Reguler dan Kelas Khusus Internasional. Saya memilih untuk applydi program Kelas Khusus Internasional. Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa untuk jadi seorang dokter, tidak perlu kuliah ke negeri seberang. Namun, saya kurang "srek" dengan pendapat tersebut. Bila diberi kesempatan untuk memperoleh ilmu seluas-luasnya, mengapa tidak? Menurut saya, dengan belajar dari bangsa asing, kita dapat mengambil pelajaran yang tidak didapatkan di negeri sendiri dan mengaplikasikannya di Indonesia jika memungkinkan. Apalagi globalisasi sedang menjadi tantangan terbesar yang tengah dihadapi bangsa. Dengan itu, kesehatan di Indonesia tidak akan kalah tertinggal dengan bangsa-bangsa lain yang sudah unggul.

Sudah tahu sulit untuk masuknya, mengapa tetap memilih FKUI sebagai tempat belajar? Hal-hal yang memotivasi saya untuk bertekad melanjutkan studi di FKUI yaitu karena lulusannya yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Banyak dokter-dokter inspiratif yang merupakan alumni FKUI. Mendengar kisah perjuangan dan kontribusi mereka dalam bidang kesehatan di bangsa ini, saya tergerak untuk mengikuti jejak mereka. Sejak itu, saya berusaha merealisasikan jawaban anak-anak yang jika ditanya, "Nanti kamu besar mau jadi apa?", "Aku mau jadi dokter."

Pada awalnya, saya bukanlah seorang siswa yang selalu meraih peringkat atas dan berprestasi secara akademik sewaktu duduk di bangku SMA. Jika dibandingkan ketika saya baru saja duduk di bangku SMA, terlihat jelas sebuah perbedaan yang tajam. Dahulu, saya merupakan siswa yang hobi tidur dikelas ketika guru menerangkan pelajaran. Namun berkat motivasi dan dukungan kedua orangtua, saya berhasil mendongrakkan kemampuan saya ke atas. Dari yang pada awalnya meraih prestasi pas-pasan, saya berubah menjadi siswa yang unggul di sekolah. Selain kedua hal yang telah saya sampaikan di atas, kesuksesan ini juga diraih melalui proses yang berliku-liku. Tiap hari, saya meluangkan waktu untuk fokus belajar dan beribadah dengan sepenuh hati. Hal tersebut pun saya lewati dengan penuh suka duka. Saya ingat saya sering merasa downdan kelelahan, ditambah lagi dengan tugas sekolah, karya tulis, kursus bahasa Inggris, bimbingan belajar sepulang sekolah hingga malam hari, serta yang paling mengejutkan; tugas dari tempat les.

H-2 sebelum SIMAK KKI, saya bingung ingin belajar darimana. Saya mencari-cari soal SIMAK KKI terbaru, tetapi hanya menemukan soal 2016. Maka itu, saya memutuskan untuk hanya me-reviewsoal-soal try outdan catatan dari bimbel. Pada situs Universitas Indonesia, dicantumkan informasi bahwa ada ujian tambahan khusus bagi pendaftar program studi Pendidikan Dokter. Mendengar informasi tersebut, saya membaca-baca poin-poin penting yang diujikan dalam Situational Judgement Test, atau sering disingkat menjadi SJT, karena di dalamnya berisi konteks yang hampir sama dengan MMI, yang nanti akan saya jelaskan secara detail.

Pada tanggal 14 Juli 2019, saya mengikuti SIMAK KKI. Saya sempat mengira bahwa tes akan dimulai pada pukul 08.00, padahal jadwal tes yang tertera pada jadwal yakni mulai pada pukul 07.00 WIB. Beruntungnya, saya sudah berinisiatif untuk datang lebih awal. Waktu itu, saya ditempatkan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Gedung H. Sesampainya di fakultas tempat tes, dengan tergesa-gesa, saya mencari di mana gedung tempat tes saya terletak. Sambil kebingungan, saya berpapasan dengan janitor yang bekerja di situ dan bertanya, "Permisi pak, gedung H di mana ya?" "Tinggal ke sini lurus aja ya mbak." Tak lupa saya ucapkan terima kasih. Akhirnya, saya sampai di tempat ujian tepat sebelum peserta mulai memasuki gedung tes diselenggarakan. Secara langsung, saya diarahkan ke ruangan ujian yang terletak di lantai tiga. Saya keluarkan pensil 2B, penghapus, rautan, serta identitas berupa kartu peserta ujian dan KTP sesampainya dalam ruangan, dengan tas selempang diletakkan di depan ruangan. Karena selama ujian berlangsung peserta dilarang masuk keluar ruangan, panitia mempersilakan peserta untuk menggunakan toilet sebelum memulai ujian.

Berhubung pilihan saya adalah Pendidikan Dokter, tes yang diujikan pada saat itu yaitu Kemampuan IPA, atau dalam istilah internasional disebut juga dengan Natural Sciences. Dalam Natural Sciences, mata pelajaran yang diujikan yakni Mathematics for Natural Sciences, Biology, Physics, dan Chemistry. Tes akan segera dimulai. Panitia membagikan soal sekaligus lembar jawaban kepada seluruh peserta di ruangan, dengan peserta sambil menandatangani absensi yang disodorkan. Peserta diberikan aba-aba untuk mengecek jumlah halaman soal terlebih dahulu sebelum mulai mengerjakan, "Satu, dua, tiga, empat," dan seterusnya hingga mungkin sebelas. Tidak ada halaman yang kurang. Setelah itu, peserta harus mengisi biodata dan memastikan bahwa tidak ada kekeliruan. Akhirnya, saya mulai mengerjakan soal.

Pada lembar awal, mata pelajaran yang diujikan yaitu Mathematics for Natural Sciences. Dengan penuh semangat, saya mencoba untuk menjawab nomor pertama. Meskipun biasanya saya unggul pada mata pelajaran tersebut, saya menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menjawab soal pertama tersebut. Namun, tetap saja saya tidak menemukan jawaban akhir. Begitu pula selanjutnya hingga nomor lima. Menyadari banyaknya waktu yang tersia-sia, saya langsung loncat mengerjakan soal Chemistry. Hasilnya lebih baik dibandingkan Mathematics for Natural Sciences, saya dapat mengerjakan 12 dari 15 nomor pada mata pelajaran tersebut. Kemudian, saya berpindah ke mata pelajaran Biology. Dengan saksama, saya mencoba meresapi soal-soal tersebut dan berhasil menjawab banyak.

Tiba-tiba, waktunya telah habis setengah. Saya bergegas untuk mengerjakan soal Physics. Biasanya, saya seringkali merasa kesulitan pada mata pelajaran ini. Namun, pada tes ini saya berhasil menjawab sebagian besar pertanyaan yang dilontarkan. Kembali lagi ke Mathematics for Natural Sciences, saya menghabiskan sisa waktu yang dimiliki untuk menjawab sebisa mungkin sisa-sisa soal yang belum terjawab. Akhirnya, sudah tidak ada lagi soal yang dapat saya tuntaskan. Sambil menunggu, saya menghitung jumlah soal yang terjawab. Ternyata, saya telah mengerjakan lebih dari 3/4 jumlah soal secara keseluruhan. Meskipun demikian, saya tidak dapat sepenuhnya yakin karena akan dikenakan poin minus jika salah menjawab.

Tidak terasa saya telah mencapai penghujung tes. Peserta dipersilakan untuk keluar dari ruangan. Saya keluar dan menunggu teman saya yang ingin menumpang pulang di depan gedung. Sambil menunggu kedatangan ayah saya yang akan menjemput, saya bercakap-cakap dengan teman saya mengenai tes yang baru saja diikuti. "Gimana tadi bisa gak?" "Hmm, gatau sih. Tadi gue ngosongin MTK. Gue cuma bisa sejarah sama sosiologi" "Gue juga kok sempet ngandet di MTK." By the way, meskipun dia kurang yakin, dia diterima di akuntansi.

Sekitar satu minggu setelah tes tertulis, saya mendapat pesan whatsappdari Sekretariat FKUI. Puji syukur, saya lolos tes seleksi tahap pertama. Disertakan juga informasi terkait jadwal seleksi tahap selanjutnya, yaitu MMPI dan MMI. For your information, MMPI yang jika diuraikan adalah Minnesota Multiphasic Personality Inventoryini menguji kondisi psikologis dan karakter kita, sedangkan MMI atau Multiple Mini Interviewmenguji kemampuan kita berpendapat dan berhadapan dengan situasi tertentu dalam dunia kedokteran. Masing-masing MMPI dan MMI diselenggarakan di Gedung IMERI FKUI yang berlokasi di Salemba, Jakarta Pusat dan Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (RIK UI) yang berlokasi di kampus UI Depok. Tahap demi tahap saya persiapkan agar lebih matang sewaktu mengikuti tes. Saya berlatih berbicara dan mempelajari tips-tips jitu dari Youtube. Pada tengah malam, tak lupa saya juga menunaikan sholat tahajud supaya diberikan kelancaran dan keberuntungan dalam mengikuti seleksi.

Banyaknya peserta yang mengikuti seleksi menyebabkan MMI terbagi menjadi tiga shift. Panitia membagikan kartu ke masing-masing peserta. Pada kartu itu, tertera shift MMI serta ruangan yang akan dimasuki oleh peserta. Saya kagok melihat kartu saya yang mengatakan bahwa saya mendapatkan shift paling pertama. Mau tidak mau, saya harus tetap melewati semua ini. Demi menghilangkan rasa gugup, saya menyempatkan untuk ke toilet terlebih dahulu.

Sebelum MMI dimulai, peserta dikumpulkan terlebih dahulu di aula untuk diberikan pengarahan. Dijelaskan bahwa akan ada sepuluh station yang terdiri dari writing, memberikan opini, personal interview,role play, situational judgement, break, dan photo session. Setelah itu, peserta shift pertama diarahkan ke suatu ruangan terpisah agar tidak ada informasi yang bocor ke peserta lainnya. Peserta juga tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi setelah memasuki ruangan ini.

Saya dipanggil untuk mengikuti interview. Dengan rasa gugup yang membanjiri, saya memasuki ruangan pertama. Di ruangan tersebut, saya diberikan tugas untuk menuliskan opini terhadap gambar yang diberikan. Gambaran yang terdapat pada kertas tersebut adalah ketersediaan tempat sampah di area pantai. Selain itu, peserta diharuskan untuk menandatangani absensi yang tersedia pada masing-masing station. Saya lupa untuk menandatangani absensi pada station pertama. Saya menjadi overthinking setelah menyadari kesalahan fatal tersebut, khawatir saya akan didiskualifikasi.

Sehabis seleksi tahap terakhir tersebut, saya langsung merasa "minder". Demi menghilangkan kegelisahan, saya memutuskan untuk pasrah kepada yang maha mengatur, percaya bahwa apa pun hasilnya merupakan jalan yang lebih baik bagi saya.

Pada tanggal 5 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB, pengumuman hasil seleksi masuk keluar. Di kala itu, saya sedang berada di tengah kesibukan lain sehingga tidak terpikir untuk melihat pengumuman hasil seleksi. Tanpa pengetahuan saya, Ayah saya, Ayah saya iseng-iseng membuka hasil pengumuman. Pada kisaran pukul 14.20,handphone saya bervibrasi. Sambil saya periksa ada pesan apa, ternyata Ayah saya mengucapkan "Selamat, adik diterima di kedokteran UI". Mendengar hal tersebut, saya kaget! Saya tidak menduga saya diberikan kesempatan untuk mengenyam ilmu di salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia.

Saya menyadari bahwa pemberian ini merupakan jalan terbaik untuk hidup saya sebab banyak orang lain yang berebut kursi demi mendapatkan pendidikan bermutu. Maka itu, selama berkuliah di sini, saya harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam menimba ilmu.

Harapan saya selama belajar di tempat ini, saya dapat membanggakan diri sendiri dan berbekal banyak sehingga memberikan kontribusi yang besar bagi kesejahteraan bangsa kita di bidang kesehatan.

Untuk satu tahun ke depan, saya berharap dapat melewati masa adaptasi ini dengan mulus dengan menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab. Maka itu, saya berencana untuk bekerja keras sehingga memperoleh IPK di atas rata-rata.

Untuk tiga tahun selanjutnya, saya juga berharap dapat menjadi mahasiswa yang lebih aktif secara akademis maupun nonakademis. Ayah saya menitipkan pesan untuk saya, "Nanti kalau kuliah, perdalam ilmumu dengan giat, ditambah juga kamu harus gaul, maksudnya adik harus menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi juga. Lebih aktif, maka lebih luas wawasanmu."

Untuk sepuluh tahun ke depan, saya sudah akan resmi menjadi dokter yang sesungguhnya. Rencananya, saya akan langsung melanjutkan pendidikan dokter spesialis psikiatri di FKUI lagi.

Sebagai gambaran terakhir, dalam dua puluh tahun ke depan, saya sudah menjadi dokter spesialis psikiatri yang professional dalam bidangnya. Pada masa ini, saya sudah mampu mendidik dan memberikan inspirasi untuk penerus bangsa.

Pesan saya bagi kalian yang ingin mengikuti jejak saya; tetap fokus, bekerja keras, bersabar, dan berdoa. Apa pun hasilnya nanti, itulah yang terbaik untuk kalian. Tuhan maha mengerti apa yang terbaik untuk kalian. Ingatlah, dibalik suatu kegagalan merupakan suatu jalan untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dibalik suatu keberhasilan, kita diberikan kesempatan untuk meraih apa yang kita inginkan, oleh karena itu harus kita laksanakan dengan penuh niat baik.

Poin lain yang perlu diketahui yaitu kalian harus mengintrospeksi diri terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan yang bulat. Sebab profesi sebagai dokter bukanlah pekerjaan yang semata-mata dianggap mudah dilewati, butuh penuh tanggung jawab. Jika kalian pusatkan keinginan kalian terhadap pernyataan bahwa profesi dokter cenderung dianggap bergengsi di mata masyarakat, kalian perlu pertimbangkan kembali sebab sebagai dokter yang profesional, kami dituntut untuk mementingkan kesejahteraan pasien di atas keinginan diri sendiri.

Nampaknya sudah panjang narasi ini berlanjut. Maka itu, akhir kata dari saya. Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menyimak narasi ini dari awal hingga akhir. Untuk menyudahi, ingin saya sampaikan kata-kata mutiara berikut sebagai motivasi hidup yang perlu dipegang teguh dalam kehidupan yang penuh perjuangan ini; "Carry out a random act of kindness, with no expectation of reward, safe in the knowledge that one day someone might do the same for you"----- Diana, Princess of Wales.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page