NARASI PERJUANGAN -- Christofer Novrisatya Hartawan
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 8 min read
Halo semuanya, perkenalkan nama saya Christofer Novrisatya Hartawan, biasa dipanggil Christofer. Saya berasal dari kota Metro, Lampung. Saya dulunya menempuh pendidikan di salah satu sekolah menengah atas swasta Katolik di kota Malang, yakni SMAK Kolese Santo Yusup atau biasa dikenal dengan sebutan Kosayu atau Hua-Ind. Saat ini, saya adalah mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia, yakni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2019.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah salah satu Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Hal ini ditambah lagi dengan nama besar Universitas Indonesia baik di kancah nasional maupun internasional dan sejarah panjang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang sudah berdiri bahkan sebelum Indonesia merdeka dari pendudukan Belanda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga dicap sebagai salah satu jurusan yang paling sulit ditembus dalam semua jalur masuk Perguruan Tinggi Nasional di Indonesia, baik melalui SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), maupun melalui Jalur Mandiri atau di Universitas Indonesia sendiri disebut dengan SIMAK UI (Seleksi Masuk Universitas Indonesia)
Saya ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sejak SMP. Saat SD, saya ingin belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada karena ayah saya merupakan alumni Universitas Gajah Mada. Namun, saat SMP, saya mulai mencari-cari pemeringkatan Perguruan Tinggi di Indonesia. Dan hampir semua website yang saya buka menunjukkan bahwa FK UI adalah yang terbaik di Indonesia. Akhirnya saya pun tertarik untuk masuk ke FK UI. Saya juga didukung oleh orangtua, kakek dan nenek, dan teman-teman saya.
Saya menyiapkan diri untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sejak SMP. Saya mulai rajin mengikuti lomba hingga pencapaian terbaik saya adalah menjadi peserta OSN IPA di Palu, Sulawesi Tengah. Saya juga memaksa orangtua saya untuk mengijinkan saya menempuh pendidikan di SMA yang cukup jauh dari rumah saya. Saya ingin menempuh pendidikan di SMA ini karena saya ingin standar pendidikan yang lebih baik daripada yang saya dapatkan di daerah asal saya.
Di SMA ini, saya juga mencoba belajar dengan giat. Namun, karena arus pertemanan, semangat saya mulai naik turun. Saya lebih banyak menghabiskan waktu saya untuk bermain game daripada belajar. Hal ini terus terjadi sampai kelas XI. Di awal kelas XI, saya sudah mulai mengikuti bimbel untuk membuat saya lebih rajin belajar.
Saya mulai belajar intensif sejak awal kelas XII. Selama liburan, saya diberi PR oleh guru bimbel saya. Ada 3000 soal yang terdiri dari soal-soal biologi, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Soal-soal itu pun masih saya kerjakan dengan acuh tak acuh. Saya sama sekali tidak niat mengerjakan soal selama liburan. Setelah masuk, saya tidak menjadi semakin santai. Saya mengikuti bimbel hampir setiap hari. Bahkan, bimbel saya hanya libur pada saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru pada bulan Desember. Saya sebenarnya sangat lelah dan tidak ingin mengikuti bimbel. Akan tetapi, karena motivasi dan dorongan dari orang-orang yang saya kasihi, semangat belajar saya yang sering menurun akhirnya dengan cepat bisa naik lagi.
Bimbingan belajar yang saya ikuti menjadi semakin melelahkan sejak selesai Ujian Praktik. Sejak selesai Ujian Praktik, bimbel saya diadakan pagi dan sore hingga malam setiap harinya. Meskipun melelahkan, saya tetap bersemangat dalam menjalani pembelajaran ini. Waktu ternyata sangatlah singkat. Tibalah waktu Ujian Tulis Berstandar Komputer (UTBK) yang pertama. Saya memang mengambil tes sesi pertama, tanggal 14 April 2019. Setelah tes itu, saya kembali mengikuti bimbel yang melelahkan itu.
Sembilan hari berselang. Keluarlah nilai UTBK yang pertama. Tanggal 23 April 2019. Tanggal pertama jantung saya terpompa hingga titik maksimum. Saya sangat penasaran dan takut di saat yang bersamaan. Setelah menarik nafas dalam-dalam, akhirnya saya lihat sertifikat hasil tes saya. Saya kecewa dengan hasil tes saya. Saya kecewa karena banyaknya nilai saya yang masih berada di bawah 750. Saya pikir nilai saya sangat kecil karena rata-rata nilai UTBK saya hanya 780.
Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari, akhirnya tibalah waktu tes yang kedua. Saya benar-benar mempersiapkan diri untuk tes yang kedua. Jauh lebih keras daripada tes yang pertama. Saya mengikuti tes kedua pada tanggal 18 Mei 2019. Sepuluh hari kemudian, saya pun menjadi sangat takut. Nilai UTBK yang kedua sudah diumumkan. Saya memeriksa website LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi) sejak pukul 10.00 seperti yang tertera di pengumuman. Akan tetapi, nilai tersebut belum muncul. Saya terus memeriksa website LTMPT setiap jam hingga akhirnya muncullah nilai saya.
Saya benar-benar kecewa dengan nilai yang saya dapatkan. Setelah usaha keras selama sebulan, nilai yang saya dapatkan tidak menjadi naik, tetapi menjadi turun. Nilai UTBK saya yang kedua hanyalah 720. Sangat jauh dari ekspektasi saya yang mengira saya bisa mendapat nilai hingga 900. Mental saya pada saat itu cukup down. Saya hanya berserah pada Tuhan Yang Maha Esa agar memberikan saya perguruan tinggi terbaik bagi saya dan masa depan saya. Saya terus menerus berdoa pada Tuhan sambil menunggu pendaftaran SBMPTN.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu. Setiap hari terasa seperti satu minggu penuh bagi saya saat itu. Tiga minggu berlalu, saya juga sudah mendaftarkan diri saya untuk mengikuti beberapa tes mandiri di beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Sebagai catatan, saya sama sekali tidak mendaftarkan diri saya pada perguruan tinggi swasta baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini saya lakukan karena biaya pendidikan dokter di Indonesia bisa terbilang masih sangat mahal apalagi di perguruan tinggi swasta.
Karena masih bingung dengan pilihan yang akan saya ambil, saya akhirnya menunggu hingga minggu kedua pendaftaran. Saya terus berdiskusi dengan orangtua dan guru bimbel saya tentang pilihan yang saya ambil. Saya sudah berpikir ingin menurunkan pilihan pertama saya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, jurusan yang akhirnya menjadi pilihan kedua saya.
Setelah pemikiran yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 17 Juni 2019, saya memutuskan untuk membuka website pendaftaran SBMPTN dari LTMPT. Saya sudah memutuskan program pendidikan dan perguruan tinggi negeri yang akan saya pilih. Pilihan pertama saya tentu saja jatuh kepada Program Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Sedangkan, pilihan kedua saya sudah saya sebut di atas, jatuh kepada Program Pendidikan Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Penantian memang tidak pernah habis dalam hidup setiap nyawa di bumi. Penantian pun kembali terjadi dalam hidup saya. Benar sekali. Saya menunggu pengumuman SBMPTN. Pada awalnya, saya sama sekali tidak takut ataupun gugup. Saya bisa menjalani hidup saya dengan santai. Akan tetapi, semakin dekat dengan hari pengumuman, saya semakin gugup. Bahkan, pada satu hari sebelum pengumuman, saya sudah berpikir tidak ingin membuka pengumuman SBMPTN.
Tanggal 9 Juli 2019, saya sama sekali tidak bisa tidur. Mata saya tidak bisa terpejam hingga pukul 4 pagi keesokan harinya. Dan akhirnya saya pun tidur karena kelelahan. Saya bangun pukul 8 pagi harinya dan saya pun menjalankan hari saya. Semakin sore, saya semakin gugup. Hal ini diperparah dengan kondisi psikologi saya yang cenderung psikosomatis. Pukul 4 sore, saya sudah menunggu-nunggu di web LTMPT. Saya menunggu hitung mundur dengan hati yang berdebar-debar. Akan tetapi, saat website tersebut sudah bisa diakses, saya malah tidak berani membuka pengumuman tersebut.
Setengah jam berlalu, saya masih belum berani mengisikan nomor pendaftaran SBMPTN saya. Saya baru berani mengisikan nomor pendaftaran SBMPTN saya pada pukul 16.45. Dengan hati yang tetap berdebar-debar, saya pun menekan tombol submit. Dan pengumuman pun keluar. Saya melihat barcode yang sudah di-screenshot dan disebarkan oleh teman-teman saya di beberapa media sosial yang saya ikuti.
Sedikit perasaan lega sudah saya miliki, saya pun mengukuhkan hati saya untuk menggeser layar lebih ke bawah untuk melihat perguruan tinggi tempat saya diterima. Hanya satu hal yang saya pikirkan, saya harus kuat apapun hasilnya. Pada saat itu, saya pun membaca nama Universitas Indonesia di kolom Perguruan Tinggi. Saya sangat bahagia pada saat membaca pengumuman tersebut.
Orangtua saya pun menelepon saya dan menanyakan hasil yang saya terima. Saya memberi tahu orangtua saya yang sedang terpisah pada saat itu. Ibu saya sedang berada di rumah saya di Lampung. Sedangkan, ayah saya berada di Bandung untuk menjalankan tugas dari tempatnya bekerja. Ibu saya menelepon saya lebih dahulu. Saya memberi tahu ibu saya bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tangis ibu saya sontak saja pecah. Ibu saya juga memberi tahu kakek dan nenek saya. Kakek dan nenek saya juga menangis terharu sekaligus bahagia mendengar saya diterima di Fakultas Kedokteran tertua di Tanah Air kita tercinta ini.
Saya langsung menelepon ayah saya setelah ibu saya selesai menelepon ayah saya. Ayah saya mengangkat telepon dan menanyakan hasil SBMPTN saya. Saya pun mengatakan kepada ayah saya bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Ayah saya pun menangis bahagia saat mendengar anak laki-laki satu-satunya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Setelah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, harapan saya ke depannya tentu saja bisa mengikuti pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini dengan baik. Saya sangat ingin menjadi mahasiswa berprestasi baik di dalam institusi pendidikan ini maupun di luar Kampus Perjuangan ini. Saya ingin menjaga ketekunan dan keseriusan serta fokus saya yang saya miliki saat saya masih berjuang untuk masuk ke Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia ini.
Saya ingin lulus tepat waktu dengan predikat cum laude agar bisa membanggakan keluarga dan orangtua saya. Saya juga ingin keluarga saya terus mendukung saya dalam perkembangan karir saya ke depannya. Saya juga berharap semakin banyak masyarakat yang mengetahui dasar-dasar medis yang dapat mendukung Indonesia di masa depan. Saya juga berharap agar masyarakat di Indonesia semakin maju dan tidak main hakim sendiri dengan dokter di Indonesia.
Sebagai salah satu mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2019, saya juga berharap agar semua teman satu angkatan saya dapat terus saling mendukung agar kami semua dapat menjadi mahasiswa-mahasiswa terbaik di fakultas kami ini. Saya juga berharap bisa lulus bersama-sama dengan seluruh rekan angkatan saya meskipun untuk seluruh rekan saya yang memilih jalur pendidikan Kelas Internasional (KI) itu tidak mungkin terjadi. Saya sangat berharap seluruh rekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2019 dapat menjadi keluarga baru bagi masing-masing dari kita sekalian.
Rencana saya untuk tahun pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini adalah mencari teman dan jaringan sebanyak-banyaknya agar bisa mempermudah saya dalam kehidupan saya ke depannya. Saya juga ingin membangun dasar yang kuat untuk kemampuan saya baik secara materi maupun secara praktis. Selain itu, saya juga ingin mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk mengembangkan hobi, minat, dan bakat saya dalam hal-hal yang tidak saya lakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rencana saya untuk tiga tahun ke depan cukup mirip dengan rencana saya satu tahun ke depan. Saya ingin menempuh kegiatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan sebaik-baiknya. Saya ingin mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya di Fakultas Kedokteran yang cukup terpandang di negara kita tercinta ini. Saya berencana untuk tidak pernah tidak lolos modul. Saya berencana untuk tetap bersama dengan seluruh teman seangkatan saya saat ini, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2019.
Rencana saya untuk sepuluh tahun ke depan, saya ingin menamatkan studi pascasarjana saya, yang kalau saya diberi kesempatan untuk itu, saya ingin menamatkan studi ini di Almamater yang sama dengan studi sarjana saya, di Kampus Perjuangan. Saya ingin bekerja di tempat asal saya. Saya ingin membangun dunia kesehatan di daerah asal saya yang sedang berkembang dengan sangat pesat.
Untuk dua puluh tahun ke depan, saya ingin terus menerus mendaki tangga karir saya. Saya ingin menempuh pendidikan doktor di institusi pendidikan tinggi yang sama dengan saat saya menempuh pendidikan sarjana dan jika Tuhan merestui menjadi tempat yang sama juga saat saya menamatkan pendidikan pascasarjana saya.
Pesan saya bagi adik-adik sekalian yang mau masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, persiapkanlah diri kalian dengan baik. Mulailah belajar sejak awal agar kalian tidak tertinggal dari ribuan orang hebat yang bersaing untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ambillah setiap kesempatan yang kalian miliki untuk mengembangkan diri kalian karena kesempatan itu tidak akan datang dua kali. Kalian juga tidak perlu terlalu khawatir akan nilai UTBK kalian. Jangan memasang standar yang terlalu tinggi untuk nilai kalian, kecuali kalian ingin bernasib seperti saya. Kalian juga sebaiknya mengikuti perkembangan informasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang dapat dipercaya, seperti pihak LTMPT sendiri melalui akun-akun media sosial mereka yang sudah terverifikasi. Dan yang terakhir namun juga sangat penting, jangan lupa berdoa sesuai agama dan kepercayaan kalian masing-masing.
“Impossible is just a big word thrown around by small men who find it easier to live in the world they’ve been given than to explore the power they have to change it. Impossible is not a fact. It’s an opinion. Impossible is not a declaration. It’s a dare. Impossible is potential. Impossible is temporary. Impossible is nothing.” – Muhammad Ali
Commentaires