top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- Chyntia Diva Sumbodo

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Sebelum saya memasuki materi pembicaraan, mohon izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Salam semangat dan sejahtera, perkenalkan nama lengkap saya Chyntia Diva Sumbodo dan orang-orang di sekitar saya memanggil saya Chyntia. Apabila harus menceritakan secara singkat mengenai pendidikan saya sebelum secara resmi berstatus sebagai mahasiswi Universitas Indonesia, saya akan menceritakan tentang bagaimana SMA Negeri 28 Jakarta telah mengubah saya menjadi individu yang lebih baik. Menghabiskan 3 tahun dari masa pendidikan saya di SMA Negeri 28 Jakarta telah mengubah saya menjadi pribadi yang lebih peduli dan peka terhadap lingkungan. Terlebih lagi, solidaritas tinggi dan kesadaran untuk saling membantu yang dimiliki oleh siswa-siswi SMA Negeri 28 Jakarta telah membantu saya menempuh pendidikan selama 3 tahun tersebut. Pelajaran yang sulit untuk dicerna bisa menjadi asyik dan mudah untuk dipelajari bersama teman-teman yang secara murah hati rela berbagi ilmu antarsesama. Dari situ saya juga paham arti belajar yang sesungguhnya. Ilmu itu baru akan berguna apabila ilmu itu tidak hanya dipendam untuk diri sendiri, namun dibagikan untuk orang lain dan diaplikasikan bersama-sama. Di SMA Negeri 28 pula saya mulai mengembangkan kecintaan saya terhadap dunia medis selama melalui ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. Dengan berbekal ilmu yang saya pelajari dari ekstrakurikuler ini, saya semakin semangat untuk melanjutkan pendidikan saya di dunia medis.  

Lingkungan SMA Negeri 28 Jakarta, termasuk guru-gurunya, tidak kenal lelah dalam mendukung, mendoakan, serta berusaha sepenuhnya untuk menerbitkan lulusan-lulusan yang berhasil menembus perguruan tinggi - perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Hal ini baru terasa sangat menguntungkan ketika saya sudah duduk di bangku kelas 12. Saya sangat bersyukur atas motivasi-motivasi yang kian diberikan oleh guru-guru serta teman-teman di lingkungan saya yang membuat saya lebih semangat dalam berjuang untuk SBMPTN. Apabila saya ingin berkonsultasi mengenai perguruan tinggi, saya juga bisa melakukannya ke guru bimbingan konseling di sekolah saya.

Di kelas 12 ini, hampir semua teman-teman saya mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, termasuk saya. Dari sekian banyak pilihan lembaga bimbingan belajar, saya jatuh hati pada bimbingan belajar Mitra Pelajar. Pertimbangan saya bukan hanya dikarenakan dekat dari rumah, namun kakak-kakak pengajar yang pintar dan ramah, fasilitas yang nyaman, tryout yang cukup sering diselenggarakan, dan yang paling istimewa dari Mitra Pelajar adalah kami diperbolehkan untuk berdiskusi setiap hari untuk mata pelajaran manapun itu. Selain itu, saya memang sudah mengikuti bimbingan belajar di Mitra Pelajar sejak saya berada di bangku kelas 11, oleh karena itu, saya sudah tidak ragu terhadap kualitasnya. Belajar di sekolah serta belajar di bimbingan belajar Mitra Pelajar saya rasa belum cukup untuk memenuhi keinginan saya untuk mendalami materi- materi secara dalam, sehingga saya juga berlangganan Zenius. Saya sudah berlangganan Zenius semenjak saya berada di bangku SMP dan saya bisa berkesimpulan dari seluruh online learning platform yang mengikuti kurikulum Indonesia, Zenius lah preferensi saya. Zenius mengajarkan saya serta pengguna-pengguna Zenius lainnya untuk memahami ilmu dari fondasinya, jadi bukan hanya asal menghafal saja.

Di akhir-akhir tahun 2018, keresahan dan kebimbangan melanda saya sebagai calon mahasiswa. Muncul keinginan untuk menjadi calon mahasiswa Hubungan Internasional yang benar-benar tidak bisa saya hiraukan pada saat itu. Saya mulai membahasnya dengan orang-tua saya serta beberapa guru, dan tidak satupun dari mereka yang tidak mendukung saya. Saya diberi kebebasan memilih jurusan yang saya anggap memang terbaik untuk diri saya sendiri. Semenjak itu, saya mulai mencari-cari teman belajar dari IPA yang akan lintas jurusan, kebetulan teman itu adalah teman sebangku saya sendiri. Selama satu bulan pun saya sudah sempat pindah kelas di bimbingan belajar Mitra Pelajar. Jujur, saya menikmati proses belajar IPS dari nol. Namun 1 bulan mempelajarinya hanya menggiring saya ke kesadaran

bahwasanya saya sudah terprogram untuk lebih menyukai IPA, terutama biologi. Pupus sudahlah keinginan saya untuk memperjuangkan lintas jurusan pada saat itu.

Perjalanan saya mengejar jurusan yang saya inginkan memang sedikit berliku-liku, dan bisa dibilang kurang strategis, sebab saya sempat melepas waktu 1 bulan yang bisa saya gunakan untuk mempelajari SBMPTN IPA lebih dalam. Tidak ada penyesalan yang saya alami, sebab perjalanan ini lah yang menggiring saya kepada kepastian bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) adalah wadah terbaik yang saya inginkan untuk diri saya. Perjalanan saya memang tidak seperti perjalanan mahasiswa atau mahasiswi kedokteran pada umumnya yang notabene bercita-cita menjadi dokter sejak kecil. Menurut saya, tidak ada batasan waktu bagi siapapun itu untuk mulai menemukan keindahan dari dunia medis. "Di mana pun seni kedokteran dicintai, di situ ada juga cinta terhadap kemanusiaan."

Dan memang saya berkeyakinan bahwa saya rela untuk menempuh pendidikan kedokteran di perguruan tinggi negeri lainnya apabila saya tidak diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Pilihan saya pada saat itu adalah Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) atau Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR). Namun saya tidak bisa memungkiri bahwa hati kecil saya memang sangat menginginkan untuk menempuh pendidikan selanjutnya di Universitas Indonesia. Ada banyak sekali alasan mengapa saya memiliki pandangan yang terkesan sangat mengagung-agungkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Bahwasanya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) merupakan satu-satunya fakultas kedokteran di Indonesia yang berhasil masuk QS World Ranking Top 300. Diakui oleh dunia, hal ini jelas menjamin kualitas dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), tiada rasa ragu sama sekali dalam diri saya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), sebagai fakultas kesehatan tertua di Indonesia (berdiri sejak tahun 1849 dengan nama Sekolah Dokter Jawa), telah mencetak banyak dokter terbaik di negeri ini.

Sudah sering menjadi berita dunia, saya semakin terkagum mengetahui terobosan-terobosan yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Pada tahun 1987, untuk pertama kalinya, dokter Indonesia, yang merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berhasil memisahkan bayi kembar siam yang dempet pada tengkorak kepala (craniopagus). Hal itu pasti menjadi momentum yang sangat berharga. Baru- baru ini pula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) merilis penemuan terbaru berupa alat drainase glaukoma, VIRNA Glaucoma Implant by Rohto untuk penderita penyakit mata glaukoma dengan harga yang terjangkau.

Saya pun terus mengorek lebih dalam mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), termasuk program Kelas Khusus Internasional yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia. Saya cukup tertarik pada saat itu. Terutama setelah mengetahui bahwa Kelas Khusus Internasional (KKI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terikat mitra dengan University of Newscastle Upon Tyne yang terletak di Newcastle, Inggris. Lulusan dari program ini bisa berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di sana selama placement year dan lulus tidak hanya dengan gelar Medical Doctor, namun juga berkesempatan untuk menyandang gelar Master of Research. Saya sangat tertarik akan program tersebut. Sebab medical research merupakan hal yang memungkinkan dan akan membantu dokter atau calon dokter untuk memutuskan cara yang terbaik untuk merawat pasiennya. Medical research memungkinkan pengembangan obat-obatan baru, prosedur baru, dan alat baru. Tanpa medical reasearch, dokter ataupun calon dokter tidak akan dapat memutuskan apakah perawatan baru lebih baik dan inovatif daripada perawatan yang sudah ada dan

diterapkan pada masa kini. Medical research adalah cara bagi dokter ataupun calon dokter untuk menemukan metode. Saking krusialnya, bahkan ada pepatah yang mengatakan, “without research, there is no medicine.”

Saya semakin termotivasi sebab saya yakin program ini mampu membentuk mahasiswa-mahasiswinya untuk bersaing secara global di dunia kedokteran. Dengan motivasi-motivasi ini, saya pun semakin semangat menjalankan usaha-usaha yang saya tempuh selama kelas 12, baik itu belajar di sekolah, belajar di tempat bimbingan belajar, maupun belajar di rumah.

Waktu terus berjalan, kelulusan semakin dekat di ujung mata. Di sekitar bulan Februari, kalua saya tidak salah, sekolah-sekolah mulai serentak mengungumkan daftar siswa-siswi yang memperoleh kuota SNMPTN. Di hari itu, ketika teman-teman saya berlomba-lomba mengakses website pengunguman, saya melakukan hal sebaliknya. Seandainya saya tidak masuk kuota pun saya kurang lebih akan merasa biasa saja, tidak seberapa kecewa, sebab orientasi saya dari awal adalah SBMPTN dan ujian-ujian mandiri. Sebelum pulang sekolah, salah satu teman saya memaksa saya untuk membuka websitenya, sebab pada saat itu rasanya nothing to lose, saya pun mengakses website tersebut bersamaan dengan teman saya. Saya murni, sungguh-sungguh tercengang sampai saya pada saat itu hanya bisa tertawa-tawa. Saya tidak

mengekspektasikan bahwa saya merupakan salah satu siswa-siswi yang mendapatkan kuota SNMPTN di SMA Negeri 28 Jakarta.

Apabila boleh berkata jujur, saya tidak berharap banyak. Bahkan saya tidak berharap sama sekali. Sebab teman-teman saya yang mendaftar SNMPTN Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia cukup banyak. Nilai semester 1-5 mereka pun mutlak lebih tinggi daripada nilai saya. Setelah berkonsultasi bolak-balik ke ruang guru BK, didapati bahwa apabila dipertimbangkan secara strategis, saya memiliki kesempatan apabila saya mendaftar SNMPTN Fakultas Kedokteran di Universitas Sebelas Maret (UNS) atau Universitas Diponegoro (Undip). Saya pun merenunginya selama beberapa hari serta membicarakannya bersama kedua orang tua saya, dan saya berkesimpulan bahwa saya bersikeras masih beraspirasi menjadi salah satu mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Meskipun

saya tahu tidak ada kesempatan sama sekali untuk saya di jalur SNMPTN ini, namun saya tetap mendaftarkan SNMPTN saya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Selain SNMPTN, saya juga mendaftarkan diri lewat jalur Talent Scouting Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Beda dengan jalur sebelumnya, jalur ini benar-benar memberi saya rasa deg-degan yang sangat amat. Inilah kesempatan saya. I believe I might stand a chance.

Mengetahui bahwa nilai rapot saya cukup memenuhi untuk mengirim saya ke tahap seleksi program Kelas Khusus Internasional (KKI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) selanjutnya, saya sangat senang dan gembira, seakan saya sudah betul-betul diterima. Saya pun mulai mempersiapkan diri untuk menempuh tahap interview dan tes MMPI.

Dan hari ini, saya ingin berterima kasih kepada diri saya sebab telah menempuh tahap tersebut dengan semaksimal mungkin. Saya ingin berterima kasih kepada diri saya sebab hal itu telah menjadikan saya, pada hari ini, resmi menyandang status sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) 2019.

Dengan kepercayaan yang sudah diberikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kepada saya, saya berharap saya bisa menjadi mahasiswi yang bisa membanggakan baik dari sisi akademik maupun non-akademik. Saya berharap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bisa menjadi wadah untuk saya terus-menerus terpacu untuk mengembangkan diri dan membenahi diri menjadi individu yang lebih baik, disiplin, berkomitmen tinggi, dan profesional. Dan untuk keluarga saya, mungkin sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ke depannya saya akan cukup sibuk, mungkin saya akan lebih mudah stressed out namun saya berharap untuk terus-menerus

mendapatkan dukungan, saya berharap agar saya dapat membanggakan, dan saya berharap agar kelak di suatu hari nanti bisa membantu keluarga saya dengan ilmu kedokteran yang saya miliki. Untuk masyarakat Indonesia, saya berharap semoga kelak di masa depan, ilmu yang saya miliki bisa membantu kalian dan membantu orang tercinta kalian, saya berharap suatu hari dedikasi dan ketekunan yang saya usahakan akan membuahkan hasil yang inovatif, dan bermanfaat bagi kalian. Saya berharap suatu hari saya bisa berkontribusi dalam membuat harum nama baik Indonesia di manca negara. Saya berharap bisa membalas kebaikan orang-orang di kehidupan saya selama ini. Dan untuk teman-teman angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI 2019), teman-teman yang akan mengisi kehidupan saya

selama beberapa tahun ke depan, saya berharap dan saya sungguh-sungguh berharap agar kita bisa menjadi angkatan yang memiliki nilai solidaritas dan empati yang tinggi antarsesama. Saya berharap kita sanggup memegang komitmen untuk belajar dengan giat dan sabar, serta memegang komitmen untuk saling memberi dukungan dan tidak meninggalkan satu sama lain. Saya berharap kita bisa mempercayai satu sama lain untuk saling mendukung apabila salah satu di antara kita sedang berada di kondisi yang tidak stabil. Saya berharap kita rela untuk saling mengingatkan, saling berbagi, saling menunjang tinggi nilai-nilai kedisiplinan agar kelak bisa menjadi lulusan-lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dan terakhir, sesuai jargon angkatan kita, integritas, kita semua bisa menjunjung tinggi nilai tersebut. Perjalanan kita tidaklah mudah, tetapi semangat untuk merealisasikan rencana dan cita

tak boleh padam.

Rencana saya 1 tahun ke depan adalah untuk menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), beradaptasi dengan lingkungan, dan mengenal lebih baik angkatan FKUI19. Rencana 3 tahun ke depan adalah untuk mempertahankan IP yang stabil dan baik sehingga bisa mengikuti program placement year di University of Newcastle Upon Tyne. Rencana 10 tahun ke depan sudah menjadi spesialis jantung. Rencana 20 tahun ke depan saya ingin sudah mapan sehingga suatu hari saya bisa melakukan perawatan dan pengobatan ke daerah pelosok-pelosok tanpa pungutan biaya sekalian berkeliling dunia.

Pesan saya untuk teman-teman yang ingin menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), maupun fakultas kedokteran lainnya, renungkan dan tanyakan kepada diri sendiri mengapa Anda ingin menjadi dokter. Apakah untuk uang? Apakah untuk gengsi? Apakah demi membanggakan orang di sekeliling Anda?

Apa pun alasanmu, pastikan itu adalah alasan yang baik karena untuk menjadi seorang dokter membutuhkan proses yang cukup panjang. Jika tertarik pada biologi atau disiplin ilmu lainnya, jangan percaya bahwa satu-satunya pekerjaan adalah menjadi dokter. Ada begitu banyak pilihan lain selain ini. Jika memang sudah matang, perjuangkan cita-citamu tersebut, gali informasi mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sedalam-dalamnya, belajar dengan giat, dan percaya terhadap proses. Believe in progress, not perfection.

Sekian narasi perjuangan dari saya.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page