NARASI PERJUANGAN -- CUT YURA ADDINA
- FKUI 2019
- Aug 16, 2019
- 9 min read
Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Cut Yura Addina, biasa dipanggil yura. Saya berasal dari SMA Negeri 1 Batam. Saya merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT karena diberi kesempatan untuk lulus di SIMAK UI jurusan Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan bagaimana kisah perjuangan saya menuju FK UI. Semua itu berawal sejak saya kecil. Dari kecil saya memang bercita-cita menjadi seorang dokter, selayaknya anak kecil pada umumnya. Dan sejak kecil pula orang tua telah mengenalkan saya pada UI walaupun saat itu saya juga tidak terlalu mengerti tentang universitas, yang saya tau hanya sebatas, UI tempat kuliah terbaik di Indonesia.
Namun, semua berubah sejak saya masuk SMA. Saya mendapat kabar bahwa belum ada siswa yang berhasil menembus UI apalagi FK UI di SNMPTN. Sebagai siswa baru SMA saya sangat berharap pada SNMPTN karena sering nya guru-guru maupun kepala sekolah kami yang mensosialisasikan SNMPTN ini. Bagaimana tidak, kita dapat lulus ke sebuah universitas tanpa mengikuti tes tertulis hanya mengirim nilai rapor. Jadi sejak masuk SMA saya bertekad untuk kuliah di Fakultas Kedokteran UGM, dengan alasan banyaknya kakak kelas saya yang lulus SNMPTN di UGM bahkan dalam satu angkatan ada dua orang yang berhasil lulus FK UGM pada saat itu untuk ukuran sekolah saya yang berada di pulau kecil.
Untuk Provinsi Kepulauan Riau, dapat dikatakan bahwa SMA saya adalah SMA tebaik, oleh karena itu anak-anak yang bersekolah di SMA saya adalah siswa pilihan yang memiliki nilai akhir sekolah terbaik. Oleh karena itu, teman-teman sekolah saya pun adalah anak-anak yang rajin belajar dan bisa dikatakan ambisius. Dengan lingkungan tersebut saya jadi terpengaruh untuk belajar dengan tekun agar dapat melanjutkan pendidikan di universitas-universitas terbaik di Indonesia. Sampai akhirnya saya naik di kelas 2 SMA. Selama SMA saya merasa sangat senang belajar pelajaran yang berbau hitungan seperti matematika, fisika dan kimia. Akhirnya munculah suatu pikiran dalam diri saya, apakah saya nemang cocok untuk mengambil jurusan kedokteran, yang sistem belajar nya sering dianggap hanya menghafal. Sejak saat itu pula muncul niat dalam diri saya untuk mengambil jurusan teknik karena menurut saya, jurusan inilah yang paling sesuai dengan passion saya.
Lalu saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di ITB. Walaupun, banyak orang terdekat saya yang kurang setuju jikalau saya mengambil jurusan teknik termasuk pula orang tua serta om dan tante. Mereka seringkali memberikan penjelasan ataupun pandangan kepada saya tentang dokter karena saya tahu mereka sangat berharap untuk saya menjadi seorang dokter dengan alasan sudah terjaminnya pekerjaan bagi seorang dokter ditengah-tengah kehidupan Indonesia sekarang yang sangat sulit untuk mencari pekerjaan. Namun, saya tetap bersikukuh untuk memilih ITB di SNMPTN. Dan semua itu berlanjut di awal kelas 3 SMA. Pada awalnya saya masih yakin dengan keputusan ini, Namun setelah mendengar kabar bahwa dua orang kakak kelas saya menolak ITB setelah diterima di SNMPTN. Hal tersebut tentu menjadi kabar yang sangat buruk untuk saya karena pastilah sekolah kami akan mendapat pandangan buruk oleh ITB.
Sejak saat itu muncul pula kebimbangan dalam pikiran saya apakah saya tetap memilih ITB atau kembali pada pilihan awal saat masuk SMA yaitu kedokteran UGM. DI awal kelas 3 SMA bayak sekali kakak alumni sekolah yang libur kuliah datang ke sekolah kami untuk mengenalkan asal universitas mereka masing-masing. Dan universitas yang paling menarik hati saya adalah tentu saja Universitas Indonesia. Fasilitas dan kualitas universitas ini benar-benar membuat saya begitu menginginkan berkuliah disini. Dan sejak saat itu mulailah tekad dan keputusan saya berubah. Saya ingin masuk Universitas Indonesia. Meskipun, jurusan yang akan dipilih masih menjadi kebimbangan bagi saya. Karena saya tahu, jikalau saya ingin masuk UI saya harus belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti SBMPTN dan SIMAK UI oleh karena itu saya sangat sering belajar untuk SBMPTN bahkan mata pelajaran yang tidak di ujikan di SBMPTN saya abaikan dan tidak saya pelajari lagi (jangan ditiru ya teman-teman).
Sembari mempersiapkan diri mengikuti SBMPTN, orang tua menyarankan saya untuk melaksanakan shalat istikharah untuk menetapkan pilihan saya pada jurusan teknik atau kedokteran. Setelah sebulan rutin shalat istikharah tidak pernah terduga oleh saya ternyata Allah SWT memberikan keyakinan pada hati saya untuk memilih kedokteran pada pilihan kuliah saya. Akhirnya waktu pendaftaran SNMPTN pun tiba, saya bersyukur karena diberi kesempatan untuk daftar SNMPTN kerana tidak semua siswa di angkatan saya mendapat kesempatan untuk mendaftar SNMPTN melainkan hanya 40% saja.
Saat mendaftar SNMPTN saya didampingi oleh ibu saya di rumah. Mulailah saya memilih FK UI sebagai pilihan pertama dan FK Unsyiah pada pilihan kedua. Saya tetap memilih FK UI pada SNMPTN karena ini memang menjadi tujuan hidup saya saat itu. Walaupun saya tahu kemungkinan saya diterima sangatlah kecil bahkan tidak ada tetapi entah kenapa tetap saja hati saya memilih FK UI sebagai pilihan pertama. Dan kalau FK Unsyiah saya memilih karena alasan dari orang tua saya yang berasal dari Aceh. Walaupun tidak terpikirkan oleh saya untuk berkuliah di tempat ini. Karena memang universitas tujuan saya hanya di daerah pulau Jawa meskipun saya berasal dari Sumatera karena saya ingin mendapat pengalaman yang belum pernah saya dapatkan.
Pengumuman SNMPTN pun tiba. Hari itu, saya sangat deg degan dan khawatir. Saya lebih banyak merasa bahwa saya tidak lulus FK UI tetapi saya tetap memberanikan diri untuk berharap kepada Allah SWT. Saat itu, setelah shalatjum'at, saya dan ibu saya sedang melaksanakan shalat zuhur di masjid dan tiba-tiba terdengar bunyi dering HP ku. Setelah selesai shalat pun ibu saya segera menelpon ayah saya sambil menangis ibu berkata, "Alhamdulillah kak, kakak lulus kedokteran Unsyiah". Mendengar kalimat tersebut membuat hati saya sangat bercampur aduk. Saya bersyukur karena lulus SNMPTN tetapi saya juga kecewa karena saya harus bisa menerima kenyataan bahwa peluang saya masuk FK UI telah selesai. Karena pada tahun saya pemerintah membuat peraturan bahwa siswa yang telah diterima melalui jalur SNMPTN tidak dapat mendaftar kembali di SBMPTN.
Perasaan kecewa semakin bertambah ketika saya tahu teman-teman saya dikelas banyak diterima di perguruan tinggi favorit di pulau Jawa. Bahkan tidak sedikit pula orang teman-teman saya yang tidak tahu universitas di tempat saya lulus. Untungnya, pada saat itu ada seorang teman yang mengatakan pada saya bahwa jalur SIMAK UI bisa diikuti oleh mahasiswa yang telah diterima di SNMPTN. Namun, ketika saya menceritakan niat saya kepada orang tua untuk mengikuti SIMAK UI. Mereka kurang setuju karena alasan memang jalan saya sudah disitu atau mungkin orang tua saya takut saya kecewa lagi kalau kenyataanya saya tidak lulus SIMAK UI dan juga banyak beredar informasi bahwa pellaksanaan SIMAK UI bisa saja serentak dengan kegiatan mahasiswa baru di Unsyiah. Sebagai info, sebelum pengumuman SNMPTN saya sudah didaftarkan oleh orang tua di sebuah bimbingan belajar di Jakarta Selatan karena pada saat itu saya dan orang tua memang serius untuk mempersiapkan diri menuju FK UI dan tentu saja biaya untuk ikut bimbel tersebut telah dibayar lunas.
Karena alasan biaya yang telah dibayar dan juga untuk menambah pengalaman saya orang tua tetap mengizinkan saya untuk mengikuti bimbel disana. Akhirnya saya pun setuju karena siapa tahu saya masih diberi kesempatan untuk ikut SIMAK UI.Oleh karena itu saya ngekos di Jakarta Selatan untuk mengikuti bimbel selama satu bulan setengah. Entah kenapa semenjak jauh dari orang tua semangat belajar saya semakin menurun ditambah lagi dengan sudah adanya pegangan saya dikedokeran Unsyiah, hal inilah yang membuat saya semakin yakin kalau jalan memang bukan di FK UI. Sampai - sampai ketika orang tua dan teman-teman saya bertanya apakah saya jadi ikut SIMAK UI saya menjawab dengan ragu-ragu. Karena saya merasa tidak siap sehingga hanya saya tertekan ketika tahu kalau saya tidak lulus. Setelah selesai mengikuti bimbel saya pergi ke Aceh untuk daftar ulang di Universitas Syah Kuala bersama ayah saya.
Banyak serangkaian proses daftar ulang, salah satunya pengisian formulir online untuk menentukan biaya uang kuliah per semester atau biasa dikenal dengan UKT. Ternyata saya mendapat UKT sebesar Rp 22.000.000. Saya merasa sangat kaget dan begitupun orang tua saya. Kami mengisi semua pertanyaan dengan sebenar-benarnya. Namun, biaya itu yang keluar. Sebenarnya menurut kedua orang tua saya, kami masih mampu untuk membayar UKT namun, karen kondisi ayah saya yang berbeda tempat tinggal dengan kami harus menyewa rumah dan biaya tiket pesawat jadi orang tua merasa sangat berat untuk membayar UKT tersebut. Sejak saat itulah, orang tua saya mulai meyakinkan saya lagi untuk mengikuti SIMAK UI karena biaya UKT di UI yang paling tertinggi saja untuk program SAINTEK sebesar Rp 7.500.000 tiga kali lebih murah daripada UKT yang saya terima.
Sejak itu, terus belajar mempersiapkan diri mengikuti SIMAK UI, ketika itu waktu tes tinggal satu bulan lagi, ketika saya berada di Batam setelah pulang dari Banda Aceh untuk daftar ulang. Oh iya, sebagai info, proses daftar ulang di Unsyiah telah selesai saya laksanakan semua dan biaya kuliahpun telah orang tua saya bayarkan.Kegiatan yang saya lakukan dalam menyiapkan SIMAK UI yaitu beribadah, berdoa, dan belajar, saya disini sama sekali tidak bermaksud untuk sombong atau riya, tetapi saya hanya ingin men-sharing pengalaman saya. Setiap hari saya bangun sebelum subuh untuk beribadah setelah itu saya mulai belajar dengan website belajar online berbayar dan latihan soal dari buku-buku Wangsit atau yang sejenis nya sampai malam hari,kadang-kadang pada masa awal persiapan saya masih sering tergoda untuk bermain hp dan menonton TV. Namun, setelah pengumuman SBMPTN saya mendengar kabar ada teman satu sekolah saya yang lulus di FK UI padahal sudah beberapa tahun terakhir tidak ada siswa sekolah kami yang berkuliah disana. Saat itu saya benar-benar merasa sangat termotivasi untuk belajar lebih rajin lagi dan lebih giat lagi. Oleh karena itu, pukul 05.30 pagi saya sudah belajar dan berhenti ketika hendak tidur di malam hari, disela-sela waktu belajar tersebut saya gunakan untuk mandi, shalat, dan makan, saya lakukan sejak sepuluh hari lagi menuju SIMAK UI.
Sampai-sampai kedua orang tua saya merasa sangat prihatin dan khawatir kepada saya, karena menurut kedua orang tua, saya belajar terus-terusan dan mereka sangat khawatir saya kecewa berat kalau tidak lulus SIMAK UI ini. Saya masih ingat, bagaimana pengorbanan yang kedua orang tua saya lakukan untuk membantu perjuanggan saya, salah satu nya hampir setiap hari ibu saya menelpon keluarga dan sanak saudara untuk meminta mereka mendoakan saya lulus SIMAK UI. Bahkan saya juga menyadari betapa panjangnya doa kedua orang tua saya setelah selesai shalat sampai menangis karena mendoakan saya. Saat melihat itu, yang hanya bisa saya lakukan adalah belajar tanpa henti san selalu berdoa dan juga berharap dengan penuh keyakinan kepada Allah. Karena sata percaya Allah tidak pernah mengecewakan hambanya dan Allah juga tidak akan pernah menyia-nyiakan orang-orang yang berbuat kebaikan termasuk juga belajar. Sekitar semingu sebelum SIMAK UI, saya berangkat ke Tangerang Selatan tempat ayah saya tinggal untuk tes disana karena tidak ada pelaksanaan tes SIMAK UI di Batam. Saya juga melanjutkan bimbel saya waktu itu untuk persiapan SIMAK UI. Saya tetap bimbel atas dasar saran dari ibu saya. Walaupun saya merasa sangat keberatan untuk ikut bimbel di Jakarta Selatan sedangkan saya tinggal di rumah sewaan ayah saya di Tangerang Selatan yang perjalanannya ditempuh dengan naik ojek online dari rumah ke stasiun KRL kemudian naik KRL ynag sangat berdesak-desakkan karena pergi di waktu orang-orang berangkat kerja bersama ayah saya yang juga bekerja di Jakarta Selatan. Setelah sampai kami naik busway dua kali karena harus transit lalu lanjut lagi naik ojek online ke tempat bimbel. Dan ketika di bimbel waktu yang digunakan untuk membahas soal menurut saya kurang maksimal dibandingkan dengan saya belajar sendiri di rumah. Namun, saya tetap menuruti saran ibu saya karena saya yakin kalau menuruti perintah orang tua Allah juga akan memberikan keberkahan dalam usaha kita.
Tak terasa pelaksanaan SIMAK UI pun tiba, malam hari sebelumnya saya merasa sangat deg-degan dan perasaan saya kacau balau, untungnya ibu saya menelponsaya untuk menenangkan perasaan saya. Di hari pelaksanaan SIMAK UI saya merasa lebih tenang karena ibu saya bilang untuk tidak panik karena saya sudah ada pegangan dan agar saya tidak blank. Saya pun memasuki ruangan ujian dengan tenang. Setelah selesai pelaksanaan SIMAK, saya merasa kurang maksimal. Bahkan jika orang-orang bertanya kepada saya, “kira-kira berdasarkan pengerjaan tes kamu lulus ga?” saya bisa menjawab kalau saya tidak lulus namun saya lagi-lagi tidak berhenti berharap kepada Allah, saya memohon keberkahan-NYAkarena saya juga percaya bahwa Allah itu sebaik yang hambanya kira.
Setelah menunggu sepuluh hari, pengumuman SIMAK UI pun bisa diakses pukul 2 siang. Saya sudah berencana untuk tidak membukanya karena saya takut saya akan merasa sangat kecewa saya juga takut mengecewakan kedua orang tua saya yang sudah sangat banyak berkorban demi saya dan mereka juga sangat berharap saya lulus di FK UI. Namun, ketika pukul 2 lebih tiba-tiba ayah saya menelpon dengan suara terbata-bata sambil menangis ayah saya bilang ke saya kalau saya lulus di FK UI. Saat itu mungkin menjadi saat yang paling membahagiakan bagi saya tangan dan kaki saya gemetaran saking tidak percaya. Ibu saya juga langsung menangis saat tahu saya lulus dan langsung memeluk saya. Saya berharap dengan diterimanya saya di FK UI saya dapat memegang amanah yang telah dipercayakan kepada saya secara konsisten. Saya berharap dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada teman-teman saya seangkatan maupun adik dan kakak kelas. Saya juga berharap dapat mengaplikasikan ilmu yang telah saya dapatkan dari FK UI untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada semua orang diawali dengan orang-orang yang paling dekat dengan saya yaitu keluarga sampai ke masyarakat.
Saya memiliki rencana yaitu 1 tahun kedepan saya sudah mendapat beasiswa untuk meringankan biaya kuliah yang ditanggung kedua orang tua saya. Tiga tahun ke depan saya ingin sudah bisa mendapatkan gelar sarjana kedokteran saya. Dan saya ingin sudah bisa berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia pada sepuluh tahun kedepandan juga bisa menjadi inspirator dan contoh teladan dokter Indonesia pada dua puluh tahun kedepan.
Begitulah kisah perjuangan saya untuk masuk di fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia dan saya yakin jika saya bisa melakukannya maka kalian juga bisa melakukannya dengan niat yang sungguh-sungguh dan usaha diatas rata-rata serta berbuat baik kepada orang disekitar kita. Kita saya sudah mulai lelah atau bosan belajar saya selalu ingat kata mutiara oleh Imam Syafi’i “Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan lelahnya kebodohan”.
Terima Kasih
Comentários