Narasi Perjuangan - Darren Alfonsus Wanri
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 8 min read
Nama saya adalah Darren Alfonsus Wanri. Saya berasal dari SMAK 1 PENABUR, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Jakarta. Saya lulus pada tahun 2018, namun pada tahun lalu saya tidak diterima oleh universitas negeri. Menurut saya, ini semua terjadi karena kurangnya persiapan saya. Saya terlalu fokus pada nilai sekolah saya untuk diterima jalur SNMPTN dan saya tidak terlalu mempersiapkan SBMPTN. Dengan waktu belajar seadanya, saya tetap berjuang, namun mungkin memang usaha saya belum cukup untuk memasukkan saya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya sangat bingung apakah saya harus mendaftar universitas swasta dengan biaya yang besar atau mungkin untuk melakukan gapyear. Setelah berpikir cukup lama, saya memutuskan untuk gapyear atau istilah keren dari tidak kuliah selama setahun.
Mengambil gapyear ini juga merupakan hal yang sangat sulit bagi saya. Kebanyakan orang yang mendengar keputusan saya meremehkan potensi yang sebenarnya saya miliki. Saya akhirnya sadar bahwa saya tidak dapat menjalani hal tersebut tanpa mental yang kuat. Salah satu alasan lain saya melakukan hal ini adalah karena saya masih muda dan saya lahir tahun 2001. Saya juga memutuskan untuk mengambil kursus atau les persiapan ujian SBMPTN. Di tempat kursus tersebut, saya bertemu banyak sekali teman-teman yang senasib seperti saya. Saya menjadi tidak depresi lagi dan tetap semangat untuk menggapai cita-citaku untuk melanjutkan Pendidikan saya di Universitas Indonesia.
Selama menjalani tahun tersebut, saya tidak pernah putus semangat dan masih menginginkan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurut saya, Universitas Indonesia tetaplah merupakan universitas terbaik di Indonesia dan tentunya juga merupakan universitas impian semua orang. Walaupun banyak orang yang menyarankan saya untuk tidak mendaftar di Universitas Indonesia lagi karena sangat susah untuk diterima, saya tetap tidak ingin mundur.
Sangat banyak hal yang memotivasi saya untuk masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ada dua sepupu saya yang diterima di Fakultas Kedokteran angkatan tahun 2008 dan 2010. Mereka mengatakan bahwa berkuliah di Universitas Indonesia sangatlah berat, namun hasilnya juga sesuai dengan kerja keras yang kita lakukan. Teman-teman seangkatan saya yang sudah diterima terlebih dahulu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan juga kakak kelas saya membuat saya semakin bersemangat. Saya juga ingin mengunggah twibbon telah diterima di universitas negeri. Selain itu, saya juga bersyukur karena saya memiliki orang tua dan teman-teman yang selalu ada ketika saya sedih dan tetap memberi saya dukungan untuk menjalani tahun tersebut.
Pada semester pertama dari perjuangan saya, sejujurnya saya tidak banyak belajar. Saya lebih memilih bersenang-senang karena saya lelah telah bersekolah 12 tahun. Saya lebih memilih untuk menikmati hidup dengan bermain, berjalan-jalan, atau berwisata. Saya juga banyak melakukan hal-hal yang tidak bias saya lakukan selama saya sekolah. Saya juga dapat menghabiskan lebih banyak dengan orang tua saya sebelum pada akhirnya saya harus berpisah dengan mereka karena saya akan kuliah. Namun pada semester kedua, akhirnya saya sadar bahwa waktu saya tidak banyak lagi dan saya harus balik fokus untuk menggapai cita-cita saya. Saya mulai lebih banyak menghafal rumus-rumus sulit matematika, fisika, dan kimia. Selain itu, saya juga sudah menghafal materi biologi yang sangat banyak. Saya sering melakukan belajar kelompok dengan teman saya dari pagi hari sampai sore hari dan mengerjakan banyak soal.
Saya merasa sangat lelah dan juga dihantui rasa takut apabila tidak diterima. Saya sejujurnya tidak ingin terlalu menghiraukannya, namun pasti semua orang memiliki rasa takut seperti itu. Saya dan teman-teman alumni saya tetap saling mendukung dan menguatkan. Sampai pada akhirnya, hari untuk menentukan tanggal tes UTBK pun tiba. Saya memilih tanggal 14 April, dimana itu adalah hari kedua untuk melakukan tes. Untuk tes kedua, saya juga memilih tanggal yang paling awal, yaitu 4 Mei. Alasan saya memilih tanggal awal dan tidak takut adalah karena saya sudah berjuang 2 tahun untuk ini. Saya yakin persiapan saya sudah baik dan jika saya melakukan semuanya dengan kemampuan terbaik saya dan tidak lupa menyerahkan semuanya kepada Tuhan, semuanya pasti berujung indah.
Pada akhirnya, tibalah hari dimana UTBK pertamaku dimulai. Sejujurnya aku mengerjakannya dengan tidak terlalu banyak beban karena saya berpikir bahwa masih ada tes kedua kalinya. Dan sepuluh hari setelah tes tersebut, keluarlah pengumuman nilai saya. Saat membuka pengumumannya, muka saya hanya datar karena saya tidak punya pedoman atau sesuatu untuk mengukur apakah nilai saya termasuk baik atau buruk. Dan mulai dari saat itu, saya banyak mendengar kata-kata rasionalisasi, atau yang dimaksud juga dengan program untuk mengurutkan nilai UTBK yang kita didapatkan. Saya menemukan bahwa nilai saya tidak terlalu buruk dan itu membuat saya menjadi sedikit lebih malas. Saya tidak terlalu banyak lagi belajar untuk tes UTBK kedua karena sejujurnya saya merasa lelah. Dan setelah melakukan tes kedua, saya tahu ini lebih susah, tetapi masih ada sedikit harapan ingin mendapat nilai yang lebih baik. Karena sudah tidak ada lagi yang saya dapat lakukan, selain menunggu dan berdoa kepada Tuhan, saya memutuskan untuk kembali menikmati liburan.
Setelah liburan panjang dan bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak kuliah, akhirnya tibalah hari SBMPTN untuk memilih universitas negeri mana yang akan saya pilih. Seminggu sebelum hari ini, saya sudah banyak menelpon teman-teman saya untuk meminta saran. Kebanyakan dari mereka menyarankan saya untuk tetap memasukkan Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama. Orang tua saya mengatakan kepada saya bahwa universitas mana pilihan saya adalah terserah dari kemauan saya sendiri. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah tahu saya sudah berjuang sangat keras dan mereka tidak melarang saya mendaftar ke universitas manapun. Akhirnya saya berpikir bahwa memang dalam hidup, kita harus beranu mengambil risiko jika kita benar-benar ingin mendapatkan sesuatu. Mungkin tahun lalu keputusan pengambilan risiko saya salah, tetapi kali ini saya masih ada harapan. Pada akhirnya saya tetap memilih Universitas Indonesia.
Hari-hari menunggu pengumuman sangatlah panjang. Saya hanya menghabiskan hari-hari saya memikirkan apakah saya akan diterima atau tidak. Bila saya tidak diterima, apa lagi yang akan saya lakukan? Pikiran itu terus menghantui diriku. Sampai pada hari itupun tiba, saya merasa sangat khawatir karena ditolak dua kali itu rasanya sangat sakit dan saya tidak dapat membayangkan apa yang akan teman-teman saya atau orang lain katakan bila mendengar berita ini. Saya hanya berdiam di rumah dan terus berdoa kepada Tuhan. Saat saya sedang membuka gawai tiga jam sebelum pengumuman, saya mendapat berita bahwa nilai rata-rata mahasiswa yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah 747 dan saya sebenarnya tahu nilai saya lebih dari itu. Tetapi, saya memutuskan untuk tidak percaya karena saya tidak ingin bersenang-senang terlebih dahulu sebelum mengetahui yang sebenarnya. Saya hanya berdiam di meja belajar menunggu pukul 15.00 tiba. Waktu terasa berjalan sangat lama dan hatiku semakin berdegup kencang seiring dengan waktu. Dan pada akhirnya, waktu itupun tiba dan saya membuka pengumuman saya. Saya sangat terkejut ketika melihat bahwa saya telah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, universitas yang selama ini saya impikan. Saya langsung memberi tahu berita ini kepada orang tua saya dan ibu saya menangis karena terharu. Saya langsung memberitahu teman-teman sekelas kursus saya dan saya juga merasa sangat senang karena mereka semua diterima di universitas negeri dan satu dari teman saya juga diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya merasa sangat bangga karena semua yang telah saya perjuangkan selama ini telah berbuah hasil. Saya tahu di depannya pasti akan lebih berat dari ini dan ini hanyalah permulaan dari segalanya.
Harapan saya untuk ke depannya adalah saya mendapatkan teman di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Teman yang beragam dari berbagai suku dan juga agama. Saya sangat tidak sabar untuk mengenal mereka lebih dalam walaupun diri saya memang pemalu dan susah terbuka kepada orang lain. Saya juga berharap saya dapat belajar banyak ilmu sebagai bekal masa depan. Saya berharap untuk dapat tetap tekun, tabah, dan bersandar kepada Tuhan. Setelah sekian banyak yang keluarga saya telah lakukan kepada saya dalam membimbing, mendukung, dan menasehati saya, saya ingin dapat membalas mereka dengan dapat lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya juga berharap dapat menjadi dokter yang berguna bagi masyarakat luas yang telah menerima saya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang jaya. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019 yang akan menjadi teman seperjuangan saya untuk beberapa tahun kedepan, saya berharap agar dapat tetap semangat menggapai cita-cita dan rajin belajar.
Untuk perjalanan saya yang akan sangat panjang ke depan, rencana saya untuk satu tahun ke depan adalah saya telah bergabung di salah satu UKM yang saya minati, telah menjadi lebih dekat dengan teman baik teman yang seangkatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019, maupun teman-teman lain yang berada di fakultas lain. Saya tahu pelajaran akan berat, maka saya berencana untuk mendapatkan IPK minimal 3,00. Rencana saya untuk tiga tahun yang akan dating adalah saya sudah banyak menjadi bagian dari panitia acara atau organisasi dan saya juga ingin telah mendapatkan banyak ilmu yang dapat saya terapkan mulai dari linngkup kehidupan yang kecil. Saya ingin magang di rumah sakit atau apotik kecil untuk menambah pengetahuan untuk bekal di masa depan. Untuk jauh 10 tahun ke depan. Rencana saya adalah saya sedang mengambil spesialis di bidang yang paling saya minati selama saya belajar. Saya juga ingin sudah bekerja dan memperoleh gaji untuk membiayai hidup saya sendiri. Saya ingin juga menjadi bagian dari organisasi-organisasi manapun yang berhubungan dengan kedokteran sehingga saya dapat membantu orang yang butuh bantuan. Untuk 20 tahun ke depan, sebenarnya saya belum terlalu memikirkan ini karena ini sudah sangat jauh. Namun saya berharap saya sudah menjadi dokter yang dikenal dan telah membantu banyak orang dalam hidup saya. Mungkin jika saya mampu, saya masih akan melanjutkan pendidikan S3 saya.
Banyak orang yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, namun tidak semua orang dapat meraih mimpi tersebut. Sama seperti yang saya telah alami tahun lalu. Untuk semua orang yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pesan dari pengalaman saya adalah jangan patah semangat dan terus berdoa kepada Tuhan. Percayalah kepada kemampuan diri sendiri dan harus tetap rajin belajar dan berlatih. Hal lain yang saya pelajari adalah untuk percaya bahwa Tuhan memiliki jalan hidup masing-masing untuk kita semua. Saya merasa bahwa bila saya diterima tahun lalu, saya masih sangat kekanak-kanakan dan belum siap secara mental. Namun di kursus SBMPTN saya, saya menemukan teman-teman yang sangat berarti dan tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya. Saya akhirnya sadar bahwa Tuhan tidak meluluskan saya tahun lalu agar saya dapat bertemu dengan teman-teman ini, dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang tua, dan juga merubah sifat saya menjadi lebih dewasa. Jadi, tetap percaya hal tersebut dan pada akhirnya kita akan sadar mengapa Tuhan memberikan jalan tersebut kepada kita. Bagi orang yang ingin melakukan gapyear sama seperti saya. Itu sebenarnya tidak seburuk yang dipikirkan karena kita bias mengeskplorasi talenta dan potensi yang kita sebenernya miliki dan juga kita dapat memiliki waktu untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan. Jangan pernah peduli pada hinaan orang lain dan tunjukkan kepada mereka bahwa kalian bisa, kalian layak, dan kalian mampu. Kuliah lebih cepat atau lebih lama sebenarnya tidak terlalu berpengaruh karena yang menentukan adalah pembelajaran kita dalam proses dan hasil akhirnyalah yang terpenting.
Ada banyak kata-kata mutiara yang saya pelajari dan dapat bisa sampaikan. Kata mutiara yang pertama adalah “Berani ambil resiko”. Dalam arti ini, kita juga harus memikirkan apakah resiko yang kita ambil realistis atau idealitis. Kita juga harus memikirkan dampak positif dan dampak negatif dari keputusan yang kita ambil. Selain dari itu, kita juga harus dapat keluar dari zona nyaman dalam pandangan kita atau orang lain. Bila kita terlalu takut untuk mencoba dan selalu berada di zona nyaman, kita tidak akan pernah berkembang dan belajar. Kata mutiara yang kedua adalah “Jangan menyerah apapun yang terjadi”. Kadang mungkin kita merasa bahwa segala sesuatu tidak ada yang berjalan seperti yang kita inginkan, namun mungkin memang belum saatnya untuk kita dapatkan. Bila kita terus berjuang untuk menggapai cita-cita atau apapun itu yang kita inginkan, kita pasti dapat mendapatkannya. Kata mutiara yang ketiga, terakhir, dan menurut saya merupakan yang terpenting adalah “Syukuri dan hargai hal yang kita miliki”. Kadang kita selalu mengeluh mengapa tidak mendapatkan sesuatu atau mengapa cobaan tidak henti-hentinya datang. Namun pernahkah kita semua berhenti berpikir seperti itu dan fokus kepada apa yang sudah kita miliki. Banyak hal yang kita miliki justru tidak dimiliki oleh orang lain karena mereka kurang beruntung. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kita di masa depan, maka kita harus tetap rendah hati dan tidak boleh sombong karena segala sesuatu materi yang ada di dunia itu tidak permanen, namun hati yang baik akan tetap melekat dan diingat selamanya.
コメント