top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- DHEANITA NISSRINA ANDINI

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Halo! Nama saya Dheanita Nissrina Andini dan kalian bisa panggil saya Dhea. Saya lahir di Jakarta, 11 Juni 2001. Tahun 2019 ini, saya genap berusia delapan belas tahun dan telah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun akademik 2019/2020. Sebelumnya, saya mengenyam pendidikan di SMAN 8 Jakarta, SMA negeri di pinggiran Jakarta yang disebut-sebut sebagai salah satu SMA terbaik di Jakarta bahkan di Indonesia.

Selama ini, saya selalu menganggap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) sebagai suatu impian yang sangat tinggi, suatu hal yang mungkin di luar kemampuan saya. Saya beranggapan hanya orang-orang jenius yang berkesempatan untuk menimba ilmu di fakultas kedokteran tertua sekaligus terbaik di Indonesia. Pandangan tersebut terbentuk tentu tidak lepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggal dan keluarga saya. Dalam silsilah keluarga inti, belum ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai dokter. Begitu pula dengan lingkungan tempat tinggal saya. Keadaan tersebut tanpa sadar telah membentuk pola pikir saya bahwa untuk bisa menjadi dokter, terlebih dokter lulusan FK UI adalah hal yang sangat sulit. Saya yang sejak kecil memang bermimpi untuk menjadi seorang dokter pun sempat menghapus nama FK UI dari daftar kampus yang ingin saya tuju.

Seiring berjalannya waktu, saya semakin yakin akan cita-cita saya menjadi dokter. Keinginan tersebut diperkuat dengan keinginan orang tua serta kakek dan nenek saya yang menginginkan agar ada salah satu anak atau cucunya yang mampu menjadi dokter. Selain itu, saya memiliki kenalan dokter spesialis anak tempat saya selalu berkonsultasi masalah kesehatan sejak saya kecil. Kedua hal tersebut semakin memotivasi saya untuk bisa meraih cita-cita saya untuk menjadi seorang dokter.

Tetapi, sampai SMP, saya belum menentukan universitas mana yang akan saya tuju hingga di akhir kelas 3 SMP, kakak perempuan saya yang saat itu kelas 3 SMA dan akan melanjutkan kuliah semakin yakin untuk mendaftar di Universitas Indonesia. Universitas yang awalnya kami sekeluarga anggap sangat sulit digapai. Saya yang menjadi salah satu saksi perjuangannya hingga akhirnya dinyatakan sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tentu sangat bangga dan terharu. Kakak saya telah menunjukkan bahwa siapapun bisa menjadi mahasiswa UI asal memiliki keinginan kuat dan mau bekerja keras. Keberhasilan kakak saya menjadi sebuah titik balik sekaligus tamparan bagi saya yang awalnya takut memilih UI sebagai universitas pilihan saya nantinya. Sejak saat itu, saya semakin yakin dan termotivasi untuk memilih FK UI ketika saya lulus SMA.

Ketika akhirnya lulus dari SMP, saya mengutarakan maksud saya untuk memilih SMAN 8 Jakarta untuk melanjutkan pendidikan SMA kepada orang tua saya. Awalnya orang tua saya ragu karena jarak dari rumah ke sekolah memang cukup jauh. Selain itu, sedikit sekali teman SMP saya yang memilih melanjutkan ke SMAN 8 Jakarta. Tetapi setelah berdiskusi selama beberapa hari, saya dan orang tua sepakat untuk tetap mendaftar ke SMAN 8 Jakarta dengan maksud agar kesempatan saya untuk bisa diterima di FK UI terlebih melalui jalur SNMPTN lebih besar.

Hari-hari pertama di SMA saya lewati dengan perasaan cemas, takut, dan tidak percaya diri. Hampir semua teman satu kelas menyebut fakultas kedokteran sebagai tujuan mereka setelah lulus nanti. Saya takut tidak mampu bersaing dengan teman-teman lain ke depannya.

Untuk membangun kepercayaan diri, saya meminta izin orang tua untuk mendaftar di salah satu bimbingan belajar yang terletak sekitar 200 meter dari tempat tinggal saya. Bimbingan belajar tersebut saya pilih dengan pertimbangan jarak yang cukup dekat sehingga saya tidak akan pulang terlalu malam saat jadwal kursus, seperti jika saya memilih mengikuti bimbingan belajar dekat sekolah bersama teman-teman saya. Orang tua saya akhirnya setuju dengan pertimbangan tersebut dan segera mendaftarkan saya pada bimbingan belajar tersebut.

Tahun pertama duduk di sekolah menengah atas, saya yang memang berniat untuk bisa diterima di FK UI melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tidak ingin bermain-main. Saya berusaha memanfaatkan bimbingan belajar yang sudah saya pilih untuk bisa membantu meningkatkan nilai saya. Saya juga selalu berusaha untuk mengerjakan tugas sebaik mungkin dan meraih nilai setinggi mungkin sesuai kemampuan saya. Hasilnya, nilai saya di tahun pertama cukup baik walaupun saya masih kurang puas. Saya bertekad untuk meningkatkan nilai saya di tahun selanjutnya.

Memasuki tahun kedua di SMA, saya kembali berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjaga nilai saya. Selain bimbingan belajar tatap muka, saya memanfaatkan bimbingan belajar daring dan sebisa mungkin mengisi waktu luang dengan menonton video pembelajaran yang tersedia. Saat duduk di kelas sebelas inilah saya mendapatkan informasi bahwa FK UI mengadakan acara Open House FKUI. Saya dan beberapa teman saya yang memang berniat melanjutkan pendidikan di FK UI pun akhirnya mendaftarkan diri. Acara tersebut dimulai dengan seminar oleh mahasiswa berprestasi dan dosen FK UI. Kemudian, acara dilanjutkan dengan simulasi ujian dan kami, para peserta, diberikan sedikit pelatihan dasar tentang tensi. Acara tersebut semakin memotivasi saya untuk bisa menjadi bagian dari FK UI dan melanjutkan pendidikan di sana.

Tahun ketiga sekaligus tahun terakhir mengenyam pendidikan di SMA merupakan tahun yang cukup berkesan bagi saya. Salah satu ketakutan saya terjadi, saya ditempatkan di kelas yang berbeda dari teman-teman dekat saya. Lebih dari itu, saya tidak terlalu mengenal teman satu kelas saya di kelas dua belas ini. Saya khawatir hal tersebut dapat mempengaruhi performa saya di semester lima, semester terakhir yang diikutsertakan dalam penilaian SNMPTN yang artinya merupakan semester yang sangat menentukan. Namun, setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dengan suasana baru selama beberapa minggu, hal yang saya khawatirkan tidak terjadi. Saya mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik dan cukup menikmati kelas baru saya.

Pada semester lima inilah, saya dan teman-teman mulai menentukan universitas dan jurusan apa yang akan kami pilih. Beberapa teman yang awalnya ingin melanjutkan ke fakultas kedokteran pun mulai berganti pikiran dan memilih jurusan lain untuk melanjutkan pendidikan. Sebaliknya, saya semakin yakin untuk memilih fakultas kedokteran, tepatnya FK UI untuk melanjutkan pendidikan saya. Untuk membantu siswanya menentukan jurusan, guru mata pelajaran bimbingan dan konseling di sekolah saya pun mengadakan sesi konsultasi di mana kami sebagai siswa bisa melihat peluang masing-masing berdasarkan data yang dipaparkan guru tersebut. Ketika kesempatan saya untuk berkonsultasi tiba, saya tidak ingin menyia-nyiakannya. Saya sedikit cemas ketika mengetahui nilai saya di luar posisi yang cukup aman jika melihat jumlah peserta didik yang diterima di FK UI melalui jalur SNMPTN pada tahun sebelumnya. Artinya, saya harus bisa meraih nilai yang sangat baik pada semester lima ini jika tetap ingin diterima di FK UI melalui jalur SNMPTN.

Setelah nilai semester lima keluar, saya cukup puas dengan hasil belajar saya. Namun, lagi-lagi nilai saya belum cukup aman. Masih ada beberapa teman yang nilainya di atas nilai saya dan akan mendaftar ke FK UI pada saat SNMPTN. Baik guru maupun orang tua saya mencoba mengarahkan apakah saya ingin memilih fakultas kedokteran di universitas lain yang mungkin peluang diterima melalui jalur SNMPTN lebih besar. Tetapi jawaban saya tidak berubah, saya tetap akan memperjuangkan FK UI bahkan jika harus mengikuti ujian SIMAK. Orang tua saya pun mengerti dan tidak memaksa saya untuk memilih jurusan atau universitas lain saat SNMPTN. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya hanya memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jurusan Pendidikan Dokter sebagai pilihan saya pada SNMPTN.

Sembari menunggu pengumuman SNMPTN, saya mempersiapkan diri untuk segala ujian sebagai syarat kelulusan baik ujian praktik, ujian sekolah, hingga ujian nasional. Selain itu, saya juga mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian tulis berbasis komputer (UTBK) jika tidak diterima melalui jalur SNMPTN. Hari-hari menuju pengumuman terasa sangat mendebarkan bagi saya. Saya hanya berharap untuk diberikan hasil yang terbaik oleh Tuhan.

Jumat, 22 Maret 2019 pukul setengah enam pagi, telepon genggam saya tiba-tiba penuh pemberitahuan bahwa pengumuman SNMPTN yang awalnya dijadwalkan keluar pada sore hari sudah dapat dilihat. Dengan tangan gemetar, saya memberanikan diri untuk membuka situs pengumuman resmi dan memasukkan nomor pendaftaran serta tanggal lahir saya. Setelah beberapa detik yang penuh rasa takut dan jantung berdebar, situs tersebut menunjukkan hasil SNMPTN saya. Merah, artinya saya tidak lulus SNMPTN. Bukan hasil yang saya inginkan memang. Tanpa sadar saya pun menangis karena merasa perjuangan saya selama tiga tahun tidak memberikan hasil sesuai harapan. Ayah, ibu, serta kakak saya berusaha menenangkan dan mengingatkan saya bahwa masih banyak jalur-jalur lain untuk bisa diterima di FKUI, tetapi rasa kecewa begitu besar dalam diri saya. Saya kecewa pada diri sendiri yang tidak bisa memberikan hasil yang baik untuk orang tua.

Setelah tenang, saya mencoba menghubungi teman-teman untuk mengetahui hasil mereka. Ternyata, hanya 4 orang yang dinyatakan diterima di FK UI melalui jalur SNMPTN dari SMA saya dari 9 orang pada tahun sebelumnya. Jelas banyak teman saya yang kecewa akan hasilnya. Beberapa dari kami, termasuk saya, tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan akan hasil ini. Tidak dapat dipungkiri, ada sedikit perasaan iri kepada teman-teman yang diterima. Tetapi kembali lagi, orang-orang di sekitar saya selalu mengingatkan bahwa setiap orang memiliki rezeki dan jalan yang berbeda-beda. Saya harus kembali mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam UTBK dan ujian-ujian mandiri ke depannya. Saya tidak boleh larut dalam kesedihan hanya karena tidak diterima melalui jalur SNMPTN. Berkat dukungan dari keluarga dan teman-teman, saya mampu mengembalikan semangat dan motivasi saya.

Selama satu bulan, saya menjalani program intensif di tempat bimbingan belajar yang saya pilih. Saya berusaha memaksimalkan waktu yang saya miliki untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi UTBK. Beragam latihan soal saya kerjakan setiap hari demi meraih hasil yang maksimal. Saya tidak ingin kecewa lagi, pikir saya dalam hati saat itu. Hari-hari menjelang UTBK hanya saya habiskan dengan belajar, mulai dari mengikuti bimbingan intensif, latihan soal mandiri, hingga banyak menonton video pembelajaran secara daring.

Saya mengikuti UTBK sebanyak dua kali, yaitu pada 4 Mei 2019 dan 12 Mei 2019. Pemilihan waktu yang kurang ideal memang, tapi saya tetap berusaha semaksimal mungkin untuk meraih hasil yang terbaik. UTBK pertama saya lewati dengan perasaan sedikit khawatir. Banyak soal yang memang belum sempat saya kerjakan karena terkendala waktu yang sedikit, banyak pula soal yang memang tidak dapat saya temukan jawabannya. Saya hanya bisa pasrah dan kembali mempersiapkan UTBK kedua yang saya ikuti satu minggu kemudian.

Sebelum nilai UTBK pertama keluar, saya sudah harus mengikuti UTBK kedua. Soal yang tidak jauh berbeda membuat saya lebih percaya diri dalam mengerjakannya. Saya juga sedikit lebih yakin bahwa nilai saya akan mengalami peningkatan dari UTBK pertama. Setelah selesai mengikuti dua UTBK, saya memutuskan untuk beristirahat sejenak dan memilih berhenti belajar untuk beberapa waktu supaya pikiran saya tidak penat. Saya melakukan berbagai hal yang saya suka sebelum harus kembali mempersiapkan diri untuk beberapa ujian mandiri.

Ketika pengumuman nilai UTBK, saya sangat bersyukur karena mendapat nilai yang cukup baik. Karena itu, saya semakin yakin untuk memilih FK UI pada SBMPTN. Pada hari pengumuman SBMPTN, saya harap-harap cemas akan hasilnya. Saya sangat berharap untuk bisa diterima di FK UI melalui jalur SBMPTN ini. Sekitar pukul tiga sore, hasil SBMPTN dapat dilihat dan saya diterima di FK UI. Terharu, bahagia, dan bersyukur bercampur menjadi satu. Impian saya sejak kecil akhirnya bisa tercapai. Saya segera menghubungi orang tua dan memberitahu hasilnya, kedua orang tua saya oun menangis terharu ketika mengetahui saya diterima di FK UI.

Setelah diterima di FK UI, saya berharap saya bisa mengikuti segala proses pendidikan dengan baik, mampu menjaga komitmen saya dan meningkatkan motivasi saya untuk bisa menjadi dokter yang amanah dan bertanggung jawab nantinya. Saya juga berharap dengan diterimanya saya di FK UI, saya bisa membanggakan kedua orang tua dan keluarga saya. Selain itu, saya berharap ilmu yang saya dapat di FK UI nantinya dapat saya aplikasikan dengan baik dan bermanfaat bagi diri saya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar. Saya juga berharap agar FK UI 2019 dapat saling bahu membahu dalam membentuk sebuah komunitas yang bukan hanya teman belajar namun teman yang selalu ada dan saling mendukung tiap-tiap anggotanya.

Harapan saya dalam satu tahun ke depan adalah saya bisa menjalani kegiatan perkuliahan sebagai mahasiswi kedokteran tingkat pertama dengan baik, memperkaya pengalaman dengan mengikuti berbagai kegiatan dan memperbanyak relasi pertemanan baik dari sesame FK UI 2019 maupun kakak tingkat atau teman-teman fakultas lain. Selain itu, saya berharap dapat turut serta dalam kegiatan Gerakan UI Mengajar. Sedangkan untuk tiga tahun ke depan, saya harap saya telah mampu menjalani kuliah pre klinik dengan baik, menjadi contoh yang baik bagi adik tingkat, serta sedikit demi sedikit mulai mengaplikasikan ilmu yang saya miliki dengan menjadi relawan di beragam kesempatan.

Untuk jangka panjang, saya berharap dalam sepuluh tahun ke depan, saya telah resmi disumpah menjadi dokter umum yang memiliki integritas dan dapat mengemban tugas dengan sebaik mungkin. Sedangkan untuk dua puluh tahun ke depan, saya berharap agar saya bisa menjadi dokter spesialis anak yang kompeten, mengikuti kegiatan relawan hingga pelosok daerah, menulis buku berkaitan dengan kesehatan anak, dan bisa menerapkan segala ilmu yang saya miliki dengan baik kepada orang lain.

Bagi teman-teman yang ingin menjadi bagian dari FK UI saya berpesan untuk jangan pernah menyerah. Seberat apapun rintangan yang kalian hadapi, semua itu akan terbayar ketika cita-cita kalian tercapai. Kalian mungkin akan menghadapi beberapa kegagalan dalam perjalanan kalian menuju FK UI, tapi ingat, yang lebih memalukan dari gagal adalah menyerah. Selalu semangat dan yakin kalian mampu. Hasil yang kalian dapat tidak akan mengkhianati usaha keras kalian selama ini. Seperti perkataan seorang filsuf dari Tiongkok, “It doesn’t matter how slowly you go as long as you do not stop.”

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentarios


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page