top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- Diandra Imanuella Zilver S.

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 8 min read

Halo semuanya! Perkenalkan, nama saya Diandra Imanuella Zilver Sihotang, biasa dipanggil Diandra atau Dinda. Saya lahir di Jakarta pada 15 Juni 2001. Saya berasal dari SMAN 3 Bogor. Saat ini saya baru saja menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Kelas Khusus Internasional Universitas Indonesia. Selamat datang di narasi perjuangan saya yang penuh jatuh bangun untuk mencapai mimpi besar saya yakni menjadi mahasiswa FK UI.


Sejujurnya, saat saya masih berusia 5 tahun, saya bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan. Mungkin itu adalah efek dari betapa seringnya saya menonton film superhero bersama kakak laki-laki saya saat kami masih kecil. Saya ingin menyelamatkan dunia, pikir saya kala itu. Tapi kemudian saya beranjak dewasa dan saya sadar bahwa itu adalah mimpi yang sangat tidak realistis. Di saat itu saya mulai membuka mata saya terhadap dunia dan saya melihat kedua orang tua saya. Mereka berdua adalah dokter bedah. Hampir setiap hari mereka pulang larut malam dan terlihat kelelahan, namun mereka seringkali menyempatkan diri untuk bercerita pada saya tentang bagaimana mereka menyelamatkan seseorang hari itu. Momen-momen itulah yang membuat saya sadar bahwa sayapun ingin menjadi seorang dokter. Walau saya tidak bisa menyelamatkan seluruh dunia, setidaknya saya bisa berusaha setiap harinya untuk menyelamatkan dunia seseorang. Seperti yang Hippocrates katakan, “primum non nocere”. Artinya adalah ‘first, do no harm’. Saya sadar bahwa dokter harus bisa membantu, atau setidaknya tidak merugikan pasiennya. Saya ingin hidup saya bermanfaat bagi orang lain dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan di lingkungan sekitar saya. Saya percaya bahwa dokter adalah profesi yang mulia, bukan dihitung dari seberapa banyak uang yang akan dihasilkan , tetapi seberapa besar bantuan yang bisa kita berikan untuk dunia.


Motivasi saya untuk menjadi seorang dokter bertambah besar ketika ibu saya bercerita bahwa dahulu ketika beliau tengah mengandung saya, beliau sedang menjadi residen di departemen bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beliau bercerita bahwa saya menemaninya selama memeriksa pasien, berjaga di rumah sakit, menangani pasien bedah, dan banyak kegiatan residen lainnya. Mungkin karena paparan ilmu kedokteran secara tidak langsung itulah saya menjadi ‘terprogram’ untuk menyukai dunia ini. Saya menyukai dunia ini dengan segala macam keindahan di dalamnya karena saya pernah mendengar bahwa ilmu medis adalah ilmu yang akan terus berkembang dan berubah seiring bertambahnya waktu. Saya percaya bahwa seorang dokter adalah sosok yang terus belajar sepanjang hayat melalui situasi apapun yang mereka hadapi.


Saya juga menyukai kekeluargaan yang terjalin diantara para dokter. Kedua orang tua saya pernah menceritakan tentang konsep kesejawatan yang saling mendukung dan menganggap satu sama lain seperti seorang saudara. Saya senang mendapatkan gambaran bahwa bila saya menjadi dokter, saya bisa mendapatkan anggota keluarga baru untuk terus saling membangun.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sendiri merupakan salah satu jurusan dengan tingkat keketatan tertinggi di Universitas Indonesia di bagian peminatan SAINTEK. Sejak kecil, saya merasakan suatu daya tarik khusus dari Universitas Indonesia. Semua bermula ketika di tahun 2012 saya dipilih oleh guru di sekolah dasar (SD) untuk mengikuti program Kinder Uni di Universitas Indonesia. Kinder Uni sendiri merupakan program berupa kuliah dari professor untuk anak-anak usia SD. Pada kesempatan ini saya mulai mengenal tentang Universitas Indonesia beserta segala inovasi dan keindahannya. Dari segala kemegahan dan nama baik Universitas Indonesia tersebut saya menjadi termotivasi untuk berkuliah di tempat ini. Walau begitu, pada awalnya saya masih merasa ragu dan belum mampu. Beberapa tahun kemudian saya mengikuti Open House Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2018. Bertemu dengan senior di FKUI, mengikuti simulasi ujian integrasi, pelatihan keterampilan klinik dasar, melihat kadaver, dan mendapat materi dari kakak-kakak panitia dan pembicara membuat saya yakin bahwa saya ingin terus berusaha unntuk menjadi mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Ketika sudah waktunya untuk menjemput masa depan, saya berambisi untuk masuk FKUI 2019. Selama 3 tahun di SMA saya telah berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang memuaskan selagi aktif berorganisasi dan mengikuti ekstrakulikuler. Puji Tuhan ketika pengumuman 40% kuota SNMPTN di sekolah, saya lulus dan mendapat kesempatan untuk memasukkan pilihan jalur undangan. Nilai saya yang saya pikir cukup tinggi kala itu membuat saya percaya diri dapat diterima melalui jalur SNMPTN. Tanpa ragu sayapun memilih FK UI tanpa pilihan kedua. Saat itu saya berpikir, it’s time to go big or go home. Awalnya sayapun ingin mengikuti jalur Talent Scouting, yakni jalur rapot dan prestasi untuk FK KKI UI. Namun karena saya belum mengikuti tes TOEFL dalam waktu dekat dan saat itu bertepatan dengan segala macam ujian di kelas 12, saya mengurungkan niat saya itu.

Beberapa minggu kemudian, tibalah hari yang saya tunggu-tunggu, pengumuman SNMPTN. Tetapi sangat disayangkan bahwa hari itu saya mendapatkan kata maaf. Ternyata bukan itu rezeki saya. Hari itu saya menangis karena kecewa. Ada sedikit penyesalan mengapa saya tidak mengisi pilihan kedua, mengapa tidak memilih pilihan yang peluangnya jauh lebih tinggi, mengapa ini, mengapa itu. Itulah patah hati terbesar saya. Bisa dibilang pula bahwa itulah kegagalan pertama saya. Bahkan rasanya hari itu saya kehilangan diri saya sendiri dan segala motivasi. Tapi berkat keluarga dan teman-teman yang sangat suportif, saya bisa segera bangkit dari kegagalan tersebut.


Saya segera belajar SBMPTN yang akan diselenggarakan kurang lebih 2 bulan lagi dari hari itu. Saya mengikuti kelas intensif melalui bimbel, mengikuti tryout online, dan mendaftar di perguruan tinggi swasta melalui jalur bebas tes dengan nilai UN. Puji Tuhan saya diterima di perguruan tinggi swasta tersebut, namun terjadi perdebatan panjang dengan kedua orang tua saya saat itu. Pada akhirnya, saya memutuskan untukvmelepas PTS tersebut dengan konsekuensi tidak ada cadangan perguruan tinggi untuk tahun ini.


Tidak hanya itu, saya pun mengikuti rasionalisasi nilai UTBK. Setelah mengikuti rasionalisasi, ternyata nilai saya masih tidak rasional untuk masuk FKUI melalui jalur SBMPTN. Saya belajar dari pengalaman sebelumnya untuk mencari peluang yang tinggi, jadi saya memasukkan kedua pilihan SBMPTN saya ke Fakultas Kedokteran di luar pulau Jawa. Ketika pengumuman SBMPTN tiba, puji Tuhan saya diterima di pilihan kedua saya. Walau di pulau Jawa dan saya harus merantau, saya tetap bersyukur karena bisa diterima di program studi pendidikan dokter. Namun saya masih berharap bisa lulus di ujian mandiri beberapa universitas di pulau Jawa.


Ternyata ujian mandiri pun tidaklah mudah. Saya tidak lulus di hampir semua ujian mandiri yang saya daftarkan, termasuk SIMAK UI Reguler. Totalnya ada 4 pengumuman hasil ujian mandiri dengan kalimat, “Maaf Anda dinyatakan tidak lulus seleksi.” Saya mulai menyerah dan berusaha menerima kenyataan bahwa saya harus jauh merantau meninggalkan keluarga ke luar pulau Jawa. Sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga saya, saya rasa itu hal yang cukup berat, mengingat kakak laki-laki saya berkuliah di Jakarta, dekat dengan orang tua, sementara saya jauh disana. Tapi kemudian saya mendapat email untuk tes lanjutan FK KKI UI, yakni untuk mengikuti test MMPI (Minnesotta MultiPhasic Personality Inventory) dan MMI (Mini Multiple Interview). Ini adalah kesempatan terakhir saya untuk berkuliah di pusat ilmu budaya bangsa, di ibukota negara, Universitas Indonesia. Jadi saya melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan sambil berpegang kepada rencana Tuhan dan menyerahkan segalanya pada-Nya. Begitu saya menyelesaikan wawancara, saya merasa sangat lega karena saya rasa saya sudah memberikan yang terbaik. Apapun hasilnya akan saya terima dengan rasa syukur.


Di hari pengumuman SIMAK KKI, saya mengikuti les menyetir. Pengumuman itu berikan pada jam 2 siang, sementara pelajaran menyetir saya baru selesai pada jam 3. Begitu selesai les, saya melihat bahwa handphone saya telah diberondong oleh panggilan dari kedua orang tua saya. Mereka menanyakan bagaimana hasilnya. Namun saya belum membukanya dan handphone saya lowbatt akibat terus menerus menerima panggilan. Jadi saya mencari tempat untuk mengisi baterai handpone lalu membuka pengumuman. Dengan tangan gemetar di sebuah restoran cepat saji sebagai tempat mengisi baterai, saya membuka pengumuman SIMAK KKI. Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan karena yang tertera saat itu ialah “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia.” Secara spontan saya merasa kaget dan bahagia. Sejujurnya saya sudah tidak mau berharap banyak sebab sudah mulai sering merasa kecewa. Namun keberhasilan ini membuat saya yakin bahwa tidak ada usaha apapun yang akan berakhir sia-sia. Segera saya kabari kedua orang tua, kerabat, dan teman dekat saya. Itu adalah momen paling membahagiakan setelah berbulan-bulan saya berusaha keras mencari perguruan tinggi negeri. Saya merasa segala upaya dan kerja keras saya selama ini terbayarkan, yakni masuk ke perguruan tinggi dengan prodi impian saya sejak awal.


Harapan saya setelah saya masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ialah saya bisa menggali ilmu sebanyak-banyaknya dan memaksimalkan segala potensi yang saya miliki dalam diri saya. Saya telah menyatakan bahwa saya ingin menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Saya harap kehadiran saya di FKUI 2019 dapat berguna bagi orang-orang di sekitar saya, termasuk teman-teman dan kakak-kakak tingkat maupun adik tingkat dari angkatan di bawah saya nantinya. Saya juga ingin menjadi versi terbaik dari diri saya selama menempuh Pendidikan di FKUI. Saya mau terus bertumbuh dan berkembang bersama keluarga saya di FKUI ini.


Harapan saya untuk satu tahun ke depan yakni untuk saya bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan maupun program studi selama di FKUI. Saya juga ingin membuka diri untuk segala pertemanan yang positif dan membangun. Saya harap setelah beradaptasi dengan baik dengan lingkungan yang baru ini saya juga dapat mendapatkan hasil capaian belajar yang memuaskan dengan IPK minimal 3 untuk menjadi fondasi saya di masa depan. Saya mau aktif berperan dalam FKUI 2019, baik dalam bidang akademik maupun UKM dan organisasi lainnya. Saya juga ingin mengakrabkan diri dengan teman-teman seangkatan saya di FKUI 2019 dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang mempersatukan.

Saya harap dalam tiga tahun ke depan saya sudah dapat menyelesaikan skripsi dan mempersiapkan diri untuk keberangkatan satu tahun di universitas mitra sebagai program dari kelas khusus internasional. Saya juga berharap prestasi akademik dan non akademik saya seimbang dan dapat membanggakan kedua orang tua serta keluarga saya. Saya ingin berkontribusi dalam mengharumkan nama Universitas Indonesia dengan mengikuti perlombaan di bidang kedokteran. Saya pun bermimpi untuk menjadi salah satu MAPRES UI (Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia). Saya mau tetap bersemangat dalam mengejar cita-cita saya sebagai dokter meski telah melewati tahun-tahun sulit sebagai mahasiswa kedokteran sebab saya percaya perjuangan saya ke depannya masih sangat panjang.

Dalam sepuluh tahun ke depan saya ingin sudah menjadi sarjana kedokteran dan mendapatkan gelar dokter saya. Saya pun berharap sudah memiliki pengalaman yang banyak, baik dari studi saya di FKUI, universitas mitra, maupun selama masa praktik di lapangan (koass). Saya ingin lingkaran pertemanan saya pun senantiasa bertumbuh dan berkembang bersama saya sehingga pertemanan tersebut menjadi pertemanan yang membangun. Apabila keadaannya mendukung, saya pun ingin melanjutkan studi untuk S2 atau spesialis dengan mengambil spesialisasi bedah seperti kedua orang tua saya. Sebisa mungkin saya berharap saya bisa membantu orang tua dalam membiayai kuliah S2 saya dengan bekerja maupun mencari beasiswa.

Harapan saya dalam dua puluh tahun yang akan datang, saya sudah bisa menjadi dokter spesialis dan tentunya sudah berkeluarga. Saya harap saya sudah dalam keadaan yang mapan dan bahagia dalam menjalani aktivitas dan pekerjaan saya sebagai dokter. Saya ingin mencintai pekerjaan saya dan melakukan segala sesuatunya dengan passion dan semangat yang sama seperti ketika saya baru memulainya saat ini. Saya pun berharap saya bisa berkontribusi untuk negara Indonesia, seperti melalui riset atau penelitian saya, kontribusi saya di pemerintahan seperti menjadi staff kementrian kesehatan, ataupun menjadi pencetus suatu program kesehatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan di Indonesia. Saya ingin menjadi kebanggaan untuk almamater Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Pada akhirnya saya merasa sangat bersyukur telah diberikan kesempatan untuk bertumbuh oleh Tuhan. Saya kini tidak menyesali segala keputusan yang telah saya ambil di masa lalu. Segala kegagalan dan jatuh bangun saya sebelumnya telah membuat saya menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah seperti saat ini. Saya berkalli-kali gagal dan jatuh, tetapi saya bersyukur saya tidak pernah menyerah, berkat kekuatan dari Tuhan YME dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya. Saya juga menyadari bahwa titik ini bukan titik akhir dari segala perjuangan saya. Sebaliknya, titik ini merupakan awal dari perjalanan saya menjadi dokter yang notabene berat dan panjang namun pantas untuk terus diperjuangkan.

Saya ingin berpesan untuk siapapun di luar sana yang sedang berjuang untuk mendapatkan jaket kuning dengan makara hijau kebanggaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jangan pernah lelah untuk mencoba. Ibu saya pernah berkata bahwa kita harus hidup seperti bola bekel. Semakin kencang dilemparkan maka akan semakin kencang pula pantulannya. Semakin keras dunia menjatuhkanmu, kau harus kembali berusaha dan melontarkan dirmu dengan segala potensi yang ada dengan sebaik mungkin sehingga kau akan memantul dengan lebih kencang. Semua orang pasti pernah memiliki pengalaman gagal mereka masing-masing. Segala kegagalan akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana setiap harinya. Jangan pernah takut untuk jatuh, sebab seorang anak kecil yang belajar sepeda pun akan terjatuh dahulu beberapa kali sebelum akhirnya mahir bersepeda. Tips dan trik nya adalah ora et labora, yang artinya berdoa dan bekerja. Selalu hadirkan Tuhan dalam setiap pekerjaanmu karena Tuhan lah yang akan menyempurnakan usaha tersebut.

“Pilihan ada di tanganmu, berjalan atau berlari? Tapi jangan pernah berhenti.”

Saya harap kita semua bisa terus bekerja keras untuk meraih mimpi, sesulit apapun jalan di depan, karena pasti akan ada jalan keluar. Jangan patah semangat ya! Kita pasti bisa melewati segalanya. Sekian narasi perjuangan saya, sampai jumpa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia!

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentarios


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page