top of page
Search

Narasi Perjuangan -- Dimas Muhammad Adli

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Narasi Perjuangan

Assalamualaikum Wr.Wb, Perkenalkan nama saya Dimas Muhammad Adli Dwinayoga biasa dipanggil Dimas. Saya lahir di Bandung, 13 April 2000. Asal sekolah saya dari SMAN 85 Jakarta, saya tinggal di daerah Kemanggisan, Jakarta Barat bersama kedua orang tua saya dan kakak perempuan saya. Disini saya akan menceritakan tentang perjuangan saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia

“ Kalo kamu udah gede mau jadi apa?” itulah pertanyaan yang sering dilontarkan kepada saya sejak kecil, dulu jawaban yang terlintas di pikiran saya adalah saya ingin menjadi dokter namun itu hanyalah jawaban semata yang saya sendiri pun belum yakin apakah saya mau untuk menjadi dokter. Pasalnya sampai saya masuk ke jenjang SMP saya belum tau pasti mau jadi apa saya untuk kedepannya. Awal mula saya ingin menjadi dokter bermula pada saat masuk ke SMA karena suka pelajaran Biologi akhirnya saya memantapkan pilihan saya untuk masuk ke Kedokteran. Sejak saat itu saya langsung mencari tau Fakultas Kedokteran yang ada di Indonesia, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia lah yang akhirnya saya jadikan tujuan karena Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah Fakultas Kedokteran terbaik se-Indonesia dan saya bertekad mulai detik itu untuk bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Motivasi saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena saya ingin belajar di fakultas kedokteran terbaik di Indonesia selain itu yang menjadi motivasi lebih bagi saya karena saya ingin menjadi dokter pertama di keluarga saya dan ingin menjadi inspirasi kepada adik adik saya yang selalu melihat saya sebagai contoh. Dan Alhamdulillah berkat dukungan keluarga dan teman teman saya bisa masuk ke fakultas kedokteran terbaik di Indonesia

Perjuangan saya untuk masuk ke FKUI dibilang tidak mudah. Berawal saat saya masuk SMA saya masuk ke SMA yang bukan terlalu unggulan di Jakarta hanya sedikit sekali lulusan SMA saya yang berhasil masuk ke Universitas Indonesia dan bahkan belum ada yang berhasil untuk masuk ke fakultas kedokteran. Pada saat saya masuk SMA cita cita saya untuk menjadi dokter hilang untuk sementara karena terbawa gaya belajar SMA yang santai tidak ada yang terlalu ambisius untuk mengejar PTN selalu main dan nongkrong. Gaya belajar itu berlanjut sampai kelas 11 bahkan saya pernah mendapat kan peringkat yang sangat rendah karena terlalu santai.

Kelas 12 saya mulai fokus lagi untuk mengejar cita cita itu selain karena kesadaran sendiri juga

Karena orang tua juga sudah mulai menekankan bahwa saya harus masuk ke fakultas kedokteran dan harus menjadi contoh bagi adik adik saya bahwa saya bisa masuk ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter. Karena nilai saya yang buruk juga dan keseringan main saya tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk masuk SNMPTN dan sejujurnya saya juga tidak mengharapkan jalur undangan, saya selama kelas 12 hanya fokus untuk SBMPTN saya meninggalkan pelajaran sekolah untuk fokus ke SBMPTN.

Sejak saat itu saya hanya memfokuskan diri saya untuk lolos SBMPTN. Saat itu saya memilih untuk masuk ke dalam bimbel INTEN karena saya ingin lebih fokus untuk mendapatkan SBMPTN tersebut. Sepulang sekolah pukul 15.00 saya lanjut ke INTEN untuk bimbel sampai pukul 19.30 dilanjutkan belajar tambahan bersama teman teman sampai pukul kurang lebih 22.00. Semenjak masuk bimbel pun fokus saya hanya bertuju ke SBMPTN tidak lagi memikirkan hal hal di sekolah, karena itu lah nilai saya semakin pas – pas an di sekolah sampai pada suatu hari ada acara di sekolah yang dimana ada beberapa universitas datang untuk mempromosikan universitas nya juga kakak kelas yang diterima di universitas negeri untuk memberikan motivasi ke saya dan teman – teman pada saat itu. Di sela sela acara tersebut ada guru yang menanyakan dimana saya ingin melanjutkan kuliah nanti dengan cukup percaya diri saya menjawab dengan “saya mau FKUI bu” , guru saya terkejut karena pilihan saya dan mengeluarkan kata kata yang menunjukan bahwa dia pikir saya tidak bisa masuk kesana karena pasalnya nilai saya yang tidak terlalu bagus dan saya bukan anak yang terlalu rajin di sekolah. Sejujurnya sedikit menyakitkan mendengar perkataan guru sendiri seperti itu namun itu saya jadikan dorongan agar saya bisa membuktikan juga bahwa saya bisa masuk ke fakultas kedokteran. Berbulan bulan saya belajar dengan metode yang sama yaitu bimbel dari jam 15.00 sampai 22.00 dari awal hingga saya cukup optimis untuk mendapatkan SBMPTN karena setiap TO di INTEN tersebut nilai saya mencukupi untuk masuk fakultas kedokteran. Namun fokus saya mulai terbagi pada saat menjelang Ujian Nasional dan Ujian Sekolah, pada akhirnya saya memutuskan untuk lebih memfokuskan diri ke Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah karena jarak Ujian yang lebih dekat. Saat hasil dari kedua ujian tersebut keluar nilai saya tidak begitu mengecewakan yang membuat saya berpikir juga sedikit kesal mengapa saya tidak bisa membagi waktu untuk belajar SBMPTN juga, namun hal itu tidak terlalu saya pikirkan terlalu lama dan langsung kembali belajar untuk SBMPTN sampai disaat dimana ujian SBMPTN tiba. Disaat saya mengerjakan soal tersebut saya mencoba tetap tenang dan berdoa juga karena soal yang saya dapat ternyata jauh lebih susah dari apa yang saya pelajari dan saya bayangkan, setelah selesai pun saya mencoba tetap berpikir positif dengan hasil yang saya terima karena saya merasa saya sudah berusaha se maksimal mungkin dan berdoa dan juga saya menyerahkan semua ke Allah SWT karean ialah yang maha mengabulkan doa

Setelah pengumuman SBMPTN tiba ternyata belum berpihak ke saya, saya gagal masuk di SBMPTN,saya merasa sangat kecewa dan berpikir kalau saya sudah gagal namun apa yang ada di pikiran saya pada saat itu adalah saya tidak boleh sedih terlalu lama dan harus segera bangkit. Akhirnya saya mencoba ujian mandiri di berbagai universitas negeri lainnya. Karena sistem mandiri pada tahun itu masih menggunakan skor SBMPTN saya daftar ke banyak perguruan tinggi karena menurut ayah saya tidak ada salahnya membuka peluang di berbagai universitas walaupun tidak di universitas Indonesia karena pada saat itu tidak ada fakultas kedokteran di simak.

Di berbagai ujian mandiri yang saya ikuti sepertinya masih belum ada yang berpihak ke saya dari mulai UB, UNAIR, UNS, UPN dan UGM semua tidak lolos saya pun mulai kehilangan kepercayaan diri begitu juga depresi karena semua usaha yang sudah saya lakukan itu sia sia. Disaat itu saya selalu mengurung diri dikamar, kehilangan nafsu makan karena itu saya dibawa ke psikiater untuk di cek lebih lanjut dan hasilnya adalah aku hanya ada di dalam kondisi stress. Setelah melakukan konsul saya merasa lebih baik. Setelah kondisi yang sudah membaik saya memutuskan untuk mencoba peruntungan lagi tahun depan setelah berbincang kepada kedua orang tua saya.

Tekad saya semakin kuat untuk masuk ke fakultas kedokteran karena tidak ingin mengecewakan kedua orang tua saya lagi dan juga memperbaiki apa saja hal – hal yang membuat saya gagal pada tahun lalu.

Saya mulai mempersiapkan diri dari bulan September, namun kali ini saya lebih memilih untuk belajar sendiri juga privat agar lebih fokus dalam belajar. Dikarenakan saya belajar sendiri saya lebih banyak membeli buku buku dan mencari soal soal sbm tahun lalu yang bisa dipelajari. Alhamdulillah saya mendapatkan guru guru yang hebat dalam bidangnya dan mampu membimbing saya dan memotivasi saya untuk tetap menjaga semangat saya untuk mendapatkan fakultas kedokteran. Selama kurang lebih enam bulan yang saya lakukan hanya lah belajar mengurangi jam main karena keinginan untuk masuk fakultas kedokteran, saya tidak mencoba untuk mengikuti TO yang ada walaupun itu baik untuk mengetes seberapa jauh saya sudah belajar namun saya memilih untuk tidak mengikuti nya karena menurut saya saya hanya ingin belajar saja.

Dan sampai lah akhirnya SBMPTN 2019 atau sekarang menjadi UTBK. Sistem tersebut tidak ada istirahat jadi saya mencoba untuk sebisa mungkin tenang dan mengerjakan apa yang mudah dulu lalu yang susah dan tidak memikirkan kegagalan yang saya dapatkan tahun lalu. Setelah saya selesai UTBK gelombang satu saya cukup yakin dengan apa yang saya kerjakan dan hasilnya pun cukup memuaskan bagi saya namun nilai tersebut masih kurang untuk masuk ke fakultas kedokteran universitas Indonesia. Dan akhirnya saya memutuskan untuk mencoba lagi di UTBK gelombang dua dan ternyata soal yang saya dapatkan lebih susah dari yang gelombang pertama. Untuk UTBK kali ini saya tidak terlalu tegang namun ada rasa takut dan trauma akan kegagalan yang saya dapatkan tahun lalu. Pada saat pengumuman nilai UTBK gelombang dua nilai saya jauh dibawah yang pertama. Rasa kecewa kembali muncul namun saya berdoa semoga semua hal ini akan berakhir indah. Dikarenakan hasil UTBK yang belom mencukupi untuk masuk FKUI akhirnya saya mendaftar di universitas yang terbilang realistis untuk nilai saya. Dan untuk kali ini juga mungkin Allah belum memberi kesempatan saya untuk belajar di fakultas kedokteran, untuk kedua kali nya saya di kecewakan oleh hasil yang sama. Setelah itu saya mencoba bangkit lagi dari rasa kecewa dan sedih itu dan berdoa lebih giat lagi karena apa yang saya pikir mungkin kalau saya sudah berusaha maksimal mungkin saya kurang berdoa ke Allah SWT, namun pada tahun ini saya hanya mengikuti dua ujian mandiri saja yaitu UNDIP dan Simak UI. Selama menunggu ujian mandiri tersebut saya belajar lebih giat lagi dan berdoa lebih giat lagi untuk minta ke Allah diberikan jalan yang terbaik untuk saya. Tepat tanggal 20 Juli saya mengikuti ujian mandiri UNDIP, di ujian ini saya percaya diri karena soal yang cukup mudah dan tidak terlalu susah layaknya UGM dan Simak. Setelah selesai ujian mandiri UNDIP saya langsung mengubah fokus saya ke ujian Simak yang hanya berjarak satu haru dari ujian mandiri UNDIP. Ujian Simak pun tiba entah apa yang direncanakan Allah tapi disaat Simak tersebut banyak sekali hal yang menghalangi seperti pada saat sesi kemampuan dasar saya harus mengulang semua jawaban saya dikarenakan saya terlalu tegang dan berkeringat yang mengakibatan lembar jawaban sobek dan harus diganti, dengan waktu yang tersisa tinggal 45 menit saya harus mengerjakan ulang semua soal, sembari saya mengerjakan soal saya hanya berdoa kepada Allah untuk memberikan saya kemudahan dalam mengerjakan soal.

Setelah saya selesai mengikuti kedua ujian tersebut saya pergi ke bandung karena ada urusan keluarga sembari menunggu pengumuman dari kedua universitas tersebut. Hari hari berlalu saya berdoa semoga saya diberi kesempatan oleh Allah untuk belajar di fakultas kedokteran. Tanggal 29 Juli 2019 bertepatan dengan pengumuman dari ujian mandiri UNDIP dan sekali lagi saya tidak berhasil lolos masuk ke fakultas kedokteran, disaat itu saya bingung tidak tahu harus berbuat apa karena dibandingkan dengan Simak saya lebih percaya diri masuk ke UNDIP karena ujian nya yang terbilang lebih mudah dan lancar tidak seperti Simak. Semakin giat berdoa kepada Allah untuk memberikan saya jalan yang terbaik semoga Simak ini adalah jalan yang terbaik yang bisa membuat saya bisa membanggakan kedua orang tua saya. Dua hari berselang dari pengumuman UNDIP tepatnya tanggal 31 Juli 2019 hari itu adalah hari pengumuman Simak UI, pada hari yang sama saya pulang dari Bandung, saya memilih untuk pulang di jam yang sama ketika pengumuman itu diumumkan. Di hari itu saya merasa sesuatu yang buruk akan terjadi karena banyak sekali hal hal yang tidak terduga pada hari itu seperti hamper ketinggalan kereta untuk pulang, membeli minuman dua kali jatuh, dan handphone pun jatuh. Sesampainya saya di Jakarta handphone saya lowbatt dan ibu saya begitu juga guru saya langsung menelfon dan memberi kabar bahwa saya masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Disaat itu juga saya sujud syukur atas apa yang telah diberikan Allah.

Harapan yang saya inginkan adalah saya ingin membanggakan keluarga saya terutama kedua orang tua saya dan ingin bisa menginspirasi adik adik saya. Saya harus sebisa mungkin menggunakan kesempatan yang telah diberi oleh Allah sebaik mungkin

Rencana untuk tahun pertama saya di FKUI yaitu saya ingin mengubah pola belajar dulu di SMA dan cepat mendapatkan pola yang efektif untuk belajar di dunia kedokteran, selain itu saya juga berusaha untuk lebih fokus dan lebih rajin agar dapat menyerap materi pembelajaran. Juga lebih bisa mengenal lebih jauh teman teman satu angkatan

Ditahun ketiga saya akan lebih mempersiapkan mental dan lebih rajin lagi karena sudah mau masuk ke dalam fase co ass selain itu saya juga berusaha untuk lebih siap dalam menjalani kegiatan dokter dan lebih menjaga kesehatan dan menjaga mental. Karena kita seorang calon dokter akan menghadapi berbagai pasien dengan penyakit yang dideritanya karena itulah seorang calon dokter harus mempunyai mental yang kuat untuk menghadapi hal hal tersebut

Ditahun ke sepuluh inshaallah saya sudah menyelesaikan program spesialis dan bisa langsung berperan serta dalam dunia kesehatan dan membantu banyak orang

Untuk 20 tahun kedepan jika saya diberi kesehatan oleh Allah saya ingin menjadi dokter ahli jantung yang dicari oleh banyak orang selain itu saya juga ingin membuat rumah sakit khusus untuk orang yang kurang mampu.

Pesan untuk teman teman yang mau masuk FKUI terus belajar jangan cepat menyerah, cari pola belajar yang paling efektif kalaupun memang di tolak di berbagai universitas tidak ada salahnya untuk selalu mencoba karena Allah punya rencana yang paling baik untuk kita. Dan juga jangan lupa untuk selalu berdoa selalu minta ke tuhan yang maha esa agar diberikan yang terbaik juga minta doa dan restu orang tua.

“Ketika kamu jatuh jangan tetap di bawah, jatuh bukan berarti kalian kalah, itu hanya berarti kalian harus bangkit dan kembali mencoba”

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentarios


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page