top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- Electra Amara Florence

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Halo! Perkenalkan, nama saya Electra Amara Florence dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019. Asal SMA saya dari Bina Bangsa School Kebun Jeruk dan saya dinyatakan lulus setelah menyelesaikan Kurikulum A-Level Cambridge dengan pengambilan empat mata pelajaran: Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia.


"Bagaimana dokter itu bisa dengan gampang mendiagnosa sebuah penyakit fatal untuk pasiennya?" tanyaku pada diriku sendiri. Saat saya masih kecil, pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang akan saya tanyakan pada diri sendiri berulang kali setiap kali melihat adegan film yang melibatkan momen-momen medis yang menegangkan itu. Apa yang dikatakan selembar kertas itu? Bagaimana mungkin seseorang bisa sehat suatu hari dan didiagnosa menderita kanker pada hari berikutnya? Saya ingat terus-menerus merasa terganggu pada kenyataan bahwa produser film akan langsung memotong ke adegan yang berbeda ketika semua yang ingin saya lihat adalah bagaimana sampel kecil darah pasien dapat membawa berita yang akan mengubah hidupnya selamanya. Karena keinginan-keinginan ini tidak terpenuhi, saya juga akan mulai mengambil "darah" dari boneka saya dan mengolahnya seperti apa yang saya bayangkan orang dewasa berjubah putih mungkin telah lakukan di adegan medis tersebut. Dengan tidak sadar, itulah awal ketertarikan saya pada dunia ilmu medis.


Sampai hari ini juga, saya masih lebih suka menonton film dokumenter medis dibandingkan dengan drama Korea yang banyak teman saya tontoni. Sekarang, dengan pemikiran yang sudah lebih dewasa, di samping minat alami saya pada dunia sains dan teknologi, alasan saya ingin belajar ilmu kedokteran sangat mirip dengan mengapa banyak orang memilih jalur karier mereka: untuk memperbaiki kehidupan orang lain. Orang-orang seperti pekerja sosial berjuang untuk membantu membuat dunia sedikit lebih adil. Meskipun ini adalah ketidakadilan dari orang lain yang ingin dilawan oleh para pekerja social ini, saya lebih ingin membantu individu dan keluarga yang menghadapi kesulitan medis yang datang secara mendadak. Sosok yang sangat penting bagi saya, kakek saya, dipukul lima tahun lalu dengan sebuah musibah yang mungkin saja tidak akan mengizinkannya untuk pulih kembali. Dia dulunya adalah seorang lelaki tua yang bersemangat yang memiliki kegemaran untuk golf sebelum mengalami kecelakaan fatal yang melukai tulang belakangnya, membuatnya lumpuh di semua bagian tubuh dibawah dadanya. Setelah melihat usahanya untuk sembuh, keinginan saya untuk membantu menjadi lebih kuat dan di saat itu, saya tidak menginginkan apa pun selain mengembalikan kemampuannya untuk berdiri dan mengayunkan tongkat golfnya lagi. Meskipun mempunyai perasaan kemarahan terhadap ketidakadilan mengapa ia dipilih Tuhan, saya tentu tahu bahwa saya adalah seseorang yang beruntung untuk masih memiliki kakek saya bersama saya, apalagi seorang kakek yang bisa mendapatkan mobilitasnya kembali. Saya ingin kakek-nenek lain untuk dapat hidup panjang dan menyaksikan cucu mereka menjadi individu-individu yang hebat dan mambanggakan. Demikian juga, saya ingin anak-anak untuk dapat tumbuh dewasa dan mendengarkan pengalaman-pengalaman kakek nenek mereka yang penuh kebijaksanaan dan moralitas, daripada harus membayangkan kehadiran mereka hanya melalui foto-foto berbingkai. Saya percaya bahwa dengan mengambil pendidikan dokter sebagai jurusan saya saya dapat terbantu untuk mencapai keinginan ini. Saya ingin menggunakan menerapkan pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan di masa studi saya agar bisa membantu menyembuhkan para pasien dari segala penyakit dan membuat mereka semua memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia lagi.


Saya ingin memberikan kembali kepada orang-orang yang telah membentuk saya menjadi seseorang yang seperti sekarang ini dan mengulurkan tangan saya kepada orang-orang di tanah air saya agar bisa membantu mereka semaksimal mungkin. Saya turut sadar terhadap banyaknya tokoh-tokoh sukses dari para sarjana muda yang lulus dari unit tertua Universitas Indonesia. Saya juga turut sadar bahwa Universitas Indonesia adalah bagian dari universitas elit di Asia. Maka dari itu, saya tahu bahwa FKUI adalah tempat yang tepat bagi saya dan saya percaya bahwa FKUI akan memungkinkan saya untuk mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman yang saya butuhkan untuk berhasil sebagai seorang dokter. Selain itu, dengan program gelar ganda, saya percaya bahwa saya dapat menggunakan pengetahuan yang saya peroleh di dunia medis luar negeri untuk lebih membantu para pasien. Tanpa keraguan, saya percaya bahwa FKUI adalah tempat yang tepat untuk gadis kecil itu untuk tidak lagi hanya berpura-pura menyembuhkan boneka-bonekanya saja, tetapi untuk benar-benar bersedia untuk setiap saat ada bersama para masyarakat yang membutuhkan pertolongan medis.


Setelah menetapkan tujuan untuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya memutuskan untuk menghubungi seorang senior saya yang sudah diterima di FKUI tahun sebelumnya. Saya bertanya kepadanya tentang persiapan yang harus saya buat dan jawabannya mengatakan bahwa saya harus mendaftarkan diri ke dalam bimbel yang akan mengajari saya bahan-bahan yang diperlukan yang akan terlibat dalam ujian masuk SIMAK. Mempercayai kata-katanya, saya mendaftarkan diri ke INTEN Pesanggrahan, yang tadinya juga adalah bimbel senior saya.


Awalnya, karena saya telah belajar di sekolah internasional sepanjang hidup saya, untuk sepenuhnya belajar menggunakan Bahasa Indonesia dengan egitu saja menjadi sebuah rintangan besar untuk saya. Saya memerlukan waktu untuk memproses dan memahami semua yang dikatakan para guru, dan saya bahkan tidak bisa mengerti lelucon-lelucon dari teman-teman sekelas saya. Selama beberapa minggu pertama, saya akan merasa frustrasi dengan diri saya sendiri setelah setiap sesi les karena saya tidak pernah merasa begitu lambat dalam bidang akademis sebelumnya. Hingga hari ini, ketika menginat kembali pada waktu persiapan untuk tiga try out pertama, saya masih akan menggambarkannya sebagai hal yang mencolok dalam proses belajar saya. Selama masa-masa ini, meskipun terdengar berlebihan, saya dulu menangis sebelum ketiga try out ini. Segalanya tampak mustahil untuk dipahami, dan saya bingung mengapa saya tidak bisa menghafal materi-materi dengan mudah seperti biasanya. Saya tidak ingin mendapatkan hasil yang lebih buruk daripada yang lain hanya karena saya seorang siswa dari sekolah internasional. Selama masa-masa ini saya bertanya kepada diri sendiri apakah saya benar-benar memiliki kemampuan untuk lulus ujian SIMAK karena persaingan ketat yang ada di antara para kandidat lainnya. Tetapi, saat melihat hasil-hasil try out, hasil try out ini justru yang memotivasi saya untuk lanjutkan kerja keras dalam proses persiapan SIMAK karena karena kerja keras inilah saya bisa selalu berada di posisi 5 besar selama menjalankan try out di bimbel.


Selama tahun akademik kemarin, saya harus menyeimbangkan studi saya untuk A level saya dan juga untuk try out bimbel saya. Sementara semua orang belajar hanya untuk salah satu dari keduanya, saya adalah satu-satunya di sekolah saya dan di INTEN yang harus berurusan dengan keduanya. Itu jelas tidak mudah. Itu membutuhkan banyak pengorbanan waktu istirahat, banyak pengorbanan waktu bersama keluarga saya, dan tentu saja tidak ada lagi waktu untuk tertawa dan bercanda dengan teman-teman lainnya. Selain itu, karena sebagian besar teman saya mendaftar ke universitas di luar negeri, mereka sebagian besar telah menerima penawaran dari universitas-universitas tersebut pada saat saya mendaftar ke UI. Saya adalah satu-satunya yang tidak memiliki jawaban kepada orang-orang yang menanyakan di mana kami akan menempuh perguruan tinggi kami. Dan karena alasan ini, saya kembali merasa tersendiri.


Seiring berlalunya waktu hingga bulan Maret, tiba saatnya untuk memulai pendaftaran untuk Talent Scouting. Setelah menyelesaikan semua tugas dan memasukkan semua dokumen yang diperlukan, saya hanya bisa berharap untuk hasil terbaik. Sekolah saya tidak pernah memiliki seorang siswa yang telah berhasil diterima di fakultas kedokteran melalui Talent Scouting dan meskipun saya tau saya harus tetap optimis, saya tidak berharap banyak mengenai hasil saya. Pada waktu pengumuman, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, saya gagal melewati proses seleksi.


Saya kemudian terus belajar keras untuk ujian SIMAK karena saya tahu itu akan menjadi kesempatan terakhir saya untuk memenuhi impian saya untuk menjadi bagian dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Selama tiga minggu terakhir sebelum ujian, saya membuat komitmen yang kuat untuk fokus pada SIMAK dan hanya pada SIMAK. Saya menolak tawaran hang out dari teman-teman saya dan juga meminimalkan waktu bersama keluarga. Saya terus-menerus mengerjakan soal latihan untuk setiap mata pelajaran yang akan diuji sehingga saya bisa seyakin mungkin saat ujian yang sebenarnya. Namun, setelah mengikuti ujian SIMAK, saya tidak dapat memprediksi jika saya telah menjawab banyak pertanyaan dengan benar yang cukup agar bisa diundang ke tes psikometri dan wawancara.


Ketika saya menerima email untuk menghadiri wawancara, saya tentu sangat bahagia dan sangat bangga pada diri saya sendiri karena saya tahu bahwa saya telah sukses untuk masuk ke langkah selanjutnya dalam proses seleksi dan bahwa saya selangkah lebih dekat dalam mencapai impian saya. Sebagai persiapan untuk wawancara, saya menyiapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan umum yang biasanya ditanyakan selama wawancara. Pertanyaan-pertanyaan ini termasuk mengapa saya ingin menjadi dokter, mengapa saya ingin belajar di Universitas Indonesia dan mengapa saya pikir saya adalah mahasiswa yang cocok untuk diterima oleh Universitas Indonesia. Saya juga belajar cara menjawab case studies dari tautan video yang telah dibagikan oleh senior saya.


Sepanjang waktu setelah wawancara, tidak ada malam di mana saya tidak memikirkan tentang hasil saya. Setiap malam sebelum tidur, saya akan berdoa untuk mengijinkan saya untuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jika FKUI betul-betul adalah tempat yang benar untuk saya. Meski hanya tiga minggu lama menunggunya, tiga minggu ini serasa jauh lebih lama dari yang sebenarnya. Setiap hari saya harus menemukan cara untuk mengalihkan perhatian saya dari memikirkan hasil terlalu banyak. Saya terus-menerus bertanya kepada teman-teman saya apakah mereka ingin pergi ke suatu tempat untuk makan atau jika mereka ingin menonton film. Saya tidak bisa membiarkan diri saya untuk hanya duduk di rumah tanpa melakukan apa-apa. Semakin mendekatnya hari pengumuman, saya semakin berharap untuk diterima. Saya ingin sekali dapat mengejar impian saya menjadi dokter dan tidak hanya mengikuti keluarga lainnya dalam berbisnis.


Secara kebetulan, saat hasilnya keluar, saya sudah akan berada di Bali bersama teman-teman untuk liburan perpisahan kami. Ini berarti bahwa saya tidak akan dapat membuka hasil di depan Ibu saya dan bahwa saya harus menelfonnya untuk memberi tahu hasil saya kepadanya. Dalam pikiran saya, saya tidak bisa memikirkan cara untuk mengatakan kepadanya bahwa saya gagal lagi. Saya sangat tidak ingin mengecewakannya dengan hasil saya seperti yang telah terjadi di saat Talent Scouting. Dia adalah orang yang paling mendukung selama seluruh proses seleksi, dan dia bertindak sebagai motivator besar bagi saya untuk melakukan yang terbaik selama seluruh proses SIMAK. Selama seluruh penerbangan ke Bali, hasil SIMAK adalah satu-satunya hal yang bisa saya pikirkan. Saat akhirnya membuka halaman hasil SIMAK di internet setelah mendarat di Bandara Ngurah Rai Denpasar, kata “selamat” adalah kata pertama yang saya lihat di halaman tersebut. Sebelum saya bisa merasakan apa pun, saya pun sudah langsung menangis tersedu-sedu. Akhirnya, setelah semua waktu yang dihabiskan belajar, setelah semua kesenangan yang telah dikorbankan, saya bisa memberi tahu ibu saya, "Saya berhasil, Bu."


Untuk rencana saya ke depan, saya berharap setelah tahun pertama ini, saya akan sudah bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus agar bisa memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik mengenai cara belajar saya sebagai mahasiswa di FKUI dan saya juga berharap bahwa saya dapat aktif berpartisipasi dalam program-program perkumpulan mahasiswa di FKUI di masa yang akan datang. Saya berencana untuk berspesialisasi dalam bidang kedokteran anak setelah lulus dari sekolah kedokteran dan berharap bahwa dalam waktu 15 hingga 20 tahun, saya sudah dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk membuka klinik sendiri atau setidaknya bekerja di rumah sakit terkemuka di Jakarta.

Dengan diterimanya saya di salah satu universitas terbaik di Indonesia, saya yakin bahwa saya akan bekerja bersama siswa-siswi terbaik di seluruh negara ini sepanjang kehidupan universitas saya. Saya berharap bahwa dengan bekerja bersama mereka, saya dapat lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan melakukan yang lebih baik dalam segala hal yang saya lakukan dan saya berharap bahwa sebagai keluarga besar FKUI 2019, kita semua dapat bekerja sama secara erat untuk saling membantu dalam menghadapi tantangan yang akan kita hadapi di tahun-tahun. Saya ingin tidak ada satu orang pun yang tertinggal dan saya ingin setiap orang dari kita bisa berkontribusi dalam menjadikan FKUI 2019 angkatan yang hebat. Untuk keluarga saya, saya bertujuan untuk menjadi orang pertama yang membuka pintu ke dunia sains dan untuk menunjukkan kepada saudara muda saya bahwa ada dunia yang jauh lebih besar di luar dunia bisnis. Saya berharap bahwa dengan setiap keberhasilan kecil yang saya buat, saya dapat membuat keluarga saya bangga. Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, untuk seluruh masyarakat Indonesia, saya bertujuan untuk menjadi dokter yang dapat memberikan bantuan terbaik bagi setiap pasien dan saya berharap masyarakat dapat menghargai kembali dedikasi dan kerja keras yang telah saya investasikan dalam mengejar impian saya ini.


Sebagai penutup esai ini, bagi para siswa yang juga bertujuan untuk menjadi bagian dari FKUI, saya ingin mengatakan bahwa upaya Anda itu penting. Bahkan jika mimpi itu bisa terasa begitu jauh selama waktu persiapan Anda, janganlah menyerah sampai akhir. Proses persiapannya tentu adalah sebuah proses yang melelahkan namun pasti akan menjadi mimpi yang layak diperjuangkan. Ingat saja, ketika Anda merasa ingin berhenti, cobalah mengingat mengapa Anda memulai.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page