top of page
Search

Narasi Perjuangan - Elza Nur Warsa Putra

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Narasi Perjuangan

Oleh : Elza Nur Warsa Putra


Elza Nur Warsa Putra, nama sekaligus doa yang diberikan orang tua saya. Saya adalah seorang putra dari pasangan suami istri dengan nama Sayono sebagai ayah dan Suwarti Ningsih sebagai ibu. Saya lahir dan dibesarkan di suatu pulau yang kering dan panas, tetapi masih kental dengan nilai-nilai budaya. Tuhan menempatkan saya sekeluarga di daerah ujung timur dari pulau yang terkenal dengan julukan “Pulau Garam”,tepatnya di kabupaten Sumenep. Letak rumah yang cukup jauh dari pusat kota, sekitar 16 kilometer dari alun-alun, menjadi alasan saya bisa menikmati segar dan menghabiskan sebagian hidup di pedesaan.

Sejak saya menempuh pendidikan di sekolah dasar, SD Negeri Kebundadap Timur, hingga lulus Sekolah Menengah Pertama, belum pernah terbayang dalam benak saya cita-cita yang harus diusahakan dan diraih di masa depan. Aneh dan bingung setiap kali guru atau teman-teman bertanya perihal cita-cita. Mereka bukan hanya sekadar bertanya, melainkan juga memberi saran akan cita-cita yang sebagai target dan buah dari perjuangan saya selama sekolah. Oleh karena itu, timbullah kobaran semangat yang belum pernah saya alami sebelumnya.

Pada tahun 2015, saya mendaftar ke salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit di Kabupaten Sumenep. SMA Negeri 1 Sumenep, sekolah yang terbaik dalam pandangan masyarakat di kabupaten sumenep adalah tempat yang saya pilih untuk melanjutkan studi. banyak sekali hal baru yang memaksa saya untuk beradaptasi sebaik mungkin. Tidak dapat dipungkiri bahwa pasti ada perubahan dalam diri saya, seperti cara berpikir, cara bergaul, model belajar, dan lain-lain. Dengan begitu, saya pun menjadi siswa yang mampu memilih cita-citanya.

Sejalan dengan waktu, saya mulai mengenal banyak hal tentang perguruan tinggi dan dunia kuliah. Informasi mengenai perguruan tinggi saya dapatkan dari sosialisasi mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yang tiap tahunnya diadakan di sekolah. Selain itu, saya juga mendapat banyak informasi dari expo kampus yang diselenggarakan oleh ikatan mahasiswa Sumenep dari berbagai perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri ataupun pergutuan tinggi swasta. Dari sekian banyak perguran tinggi di Indonesia, hanya ada satu perguruan tinggi yang sangat saya inginkan dan mampu memicu ambisi untuk menjadi salah satu mahasiswa baru dari sebuah perguruan tinggi yang menyandang nama negara, Universitas Indonesia.Universitas Indonesia adalah wadah yang sangat baik bagi pejuang cita. Bagi saya, suatu kewajaran apabila calon mahasiswa mengidam-idamkan perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Waktu berlalu begitu cepat. Saat itu, saya masih duduk di bangku SMA kelas XII. Banyak sekali hal yang harus saya pertimbangkan untuk memilih beberapa opsi program studi. saya pun mulai memberanikan diri untuk bermusyawarah dengan keluarga besar mengenai program studi sebagai kelanjutan sekolah saya di perguruan tinggi. Dengan demikian, saya bisa memilih program studi sesuai hasil musyawarah dengan keluarga besar, yaitu S1 Pendidikan Dokter.

Bagi saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan yang terbaik di Indonesia. Banyaknya capaian prestasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di dalam negeri bahkan di luar negeri, menjadi salah satu bukti keunggulan kualitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dibandingkan Fakultas Kedokteran dari Perguruan Tinggi yang lain. Selain itu, profil alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia banyak sekali yang mampu berkarir gemilang di Indonesia bahkan di kancah internasional juga menjadi bukti bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pantas menjadi yang terbaik di Indonesia.

Indah sekali apabila mengenang masa perjuangan saya untuk bisa diterima sebagai salah satu mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sejak menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Sumenep, saya mulai berani untuk memaksa diri keluar dari zona nyaman. Sejak SMA, banyak sekali hal seperti pola belajar, tujuan belajar, dan kualitas belajar berubah drastis. Pola belajar yang biasanya menggunakan sistem belajar kebut semalam perlahan mulai berubah. Saya berusaha mempelajari setiap materi pelajaran sebelum guru menerangkannya di kelas. Dengan begitu, saya bisa lebih mudah mengerti setiap pelajaran yang disampaikan di kelas. Saya juga bertekad untuk mengubah tujuan belajar saya untuk memberi kontribusi dan bermanfaat bagi orang-orang sekitar. Dengan begitu, saya merasa bekal ilmu yang telah dipelajari selama SMA sudah cukup untuk meraih mimpi saya sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sedih sekali ketika tahu bahwa saya ditolak oleh Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau sering disebut SBMPTN.

Berbagai konflik-baru bermunculan. Kondisi mental yang kurang baik, demotivasi, menimpa saya selama beberapa hari setelah pengumuman hasil SBMPTN 2018. Melihat kondisi saya yang kurang baik, saya dibujuk oleh orang tua agar mau bangkit dan belajar lagi guna mempersiapkan tes masuk perguruan tinggi swasta. Pada saat itu, orang tua saya terkesan sedikit memaksa saya agar berani dan mau menjadi calon mahasiswa Fakultas Kedokteran di suatu perguruan tinggi swasta. Tentu, hal tersebut membuat saya kurang nyaman dan bahkan saya merasa mendapat tambahan masalah. Kemudian, orang tua saya memutuskan untuk bermusyawarah dengan sebagian keluarga besar mengenai kelanjutan sekolah saya. Entah pajang mereka diskusikan, tetapi sangat mungkin apabila saya berpikir mereka mendiskusikan masalah kelanjutan sekolah saya. Beberapa hari kemudian, saya diminta untuk menyampaikan keinginan terbesar saya. Lega rasanya diberi kesempatan sekaligus ruang untuk mengutarakan mimpi besar yang selama ini saya rahasiakan. Saat itu, saya berusaha memberanikan diri untuk jujur kepada kedua orang tua bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah target saya yang sebenarnya. Dengan begitu, saya diberi dua opsi. Pertama, kuliah kedokteran di perguruan tinggi swasta. Kedua, ikut tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 2019. Alhasil, saya memilih opsi ke-2 dan berjanji akan bertanggung jawab atas pilihan saya.

Masa gap year selama 1 tahun, saya habiskan sebagian besar untuk belajar. Pada bulan pertama masa gap year, saya mencoba mempersiapkan banyak buku sebagai bahan referensi belajar selama 1 tahun. Selain buku cetakan, saya juga mencari dan mengunduh beberapa ebook untuk menunjang kelengkapan bahan referensi belajar. Selain itu, saya juga mengikuti salah satu bimbel Online agar bisa mengakses penjelasan mengenai materi, atau pembahasan soal-soal Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi.

Setelah bahan serta media belajar sudah lengkap, saya memutuskan untuk mulai mempelajari materi per bab disertai latihan soal. Metode belajar yang saya terapkan yaitu memahami konsep dengan membaca dan menonton video pembelajaran dari bibel Online yang saya ikuti, diselingi dengan latih soal yang dilengkapi pembahasan. Waktu yang saya butuhkan untuk menyelesaikan semua materi yaitu sekitar tiga bulan. Namun, saya merasa apa yang telah dipelajari selama tiga bulan belum bisa saya kuasai dengan baik. Dengan begitu, saya harus mengulang kembali materi-materi yang sebelumnya sudah baya pelajar. Tentunya, hal itu memakan waktu yang cukup lama.

Secara periodik, saya mengikuti try out online maupun offline. Banyak sekali bimbingan belajar yang mengadakan try out secara Online maupun offline. Banyak sekali manfaat yang bisa saya dapakan dari mengikuti try out secara berkala. Salah satunya, saya bisa mengevaluasi penguasaan materi yang selama ini saya pelajari. Selain itu, saya bisa mengetahui seberapa kuat daya saing dengan peserta yang lainnya.

Waktu demi waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, masa pendaftaran Ujian Tulis Berbasis Komputer atau UTBK pun akhirnya dimulai. Dengan terpaksa, saya harus bernegosiasi dengan kedua orang tua agar diberi izin untuk mengikuti program intensif salah satu bimbingan belajar di Madura. Besar sekali harapan saya dengan program intensif dari bimbingan belajar mampu menunjang dan mematangkan penguasaan materi serta memperoleh banyak teman belajar yang juga akan mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer. Selain itu, saya juga berharap agar bisa mengonsultasikan pilihan program studi ataupun pilihan perguran tinggi. Seiring berjalannya waktu, akhirnya orang tua memberi saya izin untuk mengikuti program intensif di bimbingan belajar. Saya pun mulai melakukan registrasi dan memilih jadwal tes Ujian Tulis Berbasis Komputer sesuai dengan hasil diskusi bersama mentor di bimbingan belajar yang saya ikuti. Tanggal 27 April 2019 serta 26 Mei 2019 adalah jadwal tes yang saya pilih.

Pada saat Ujian Tulis Berbasis Komputer yang pertama, 27 April 2019, saya merasa gugup dan kurang percaya diri. Hal itu disebabkan oleh perubahan sistem pada ujian seperti blocking time, penilaian hasil tes, dan jumlah soal masing-masing subtes. Akan tetapi, saya tetap berusaha memaksimalkan kemampuan saya untuk menjalani Ujian Tulis Berbasis Komputer. Beberapa hari kemudian, nilai tes sesi pertama pun diumumkan. Saya belum puas dengan hasil tes Ujian Tulis Berbasis Komputer sesi pertama.

Ada banyak hal yang perlu direvisi dan dipersiapkan lebih matang agar mampu meningkatkan Perolehan nilai saya pada Ujian Tulis Berbasis Komputer seperti manajemen waktu, kecepatan dalam berhitung. Guna menyiasati dan menyelesaikan hambatan tersebut, saya mengikuti 2 kali try out atau lebih dengan sistem yang sudah diadaptasikan dengan sistem Ujian Tulis Berbasi Komputer yang baru. Selain itu, saya juga memperbanyak diskusi dengan teman belajar dalam menyelesaikan soal-soal yang mungkin akan muncul pada saat Ujian Tulis Berbasis Komputer yang ke-2.

Bangga rasanya bisa berusaha lebih keras dalam mempersiapkan Ujian Tulis Berbasis Komputer sesi ke-2. Hasil dari kerja keras serta kemauan tinggi untuk meningkatkan perolehan nilai pada Ujian Tulis Berbasis Komputer pun mulai bisa saya rasakan, seperti halnya kemampuan berhitung, penguasaan materi, dan manajemen waktu. Dengan demikian, saya lebih percaya diri dalam menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer yang ke-2. Akan tetapi, Perolehan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer saya tidak ada peningkatan. Alhasil, saya tidak lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri untuk kedua kalinya.

Mental breakdown, ketakutan, pesimis dan berbagai masalah lainnya menimpa saya sejak beberapa saat setelah melihat pengumuman hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Pada saat itu, ingin rasanya berhenti belajar dan beristirahat dengan memilih gap year untuk kedua kalinya. Namun, masih ada orang-orang, keluarga, yang selalu ada disamping saya dan tidak pernah berhenti memberi dukungan serta doa terbaiknya untuk kesuksesan saya. Oleh karena itu, saya bertekad untuk kembali belajar dan sanggup berusaha lebih untuk meraih cita-cita.

Seperti biasanya, saya selalu mempersiapkan banyak buku referensi untuk menunjang kelengkapan serta kelancaran proses belajar. Besar harapan saya agar bisa lulus dan diterima sebagai mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalaur Seleksi Masuk Universitas Indonesia atau yang sering disebut SIMAK UI.

Berlatih soal dan memahami setiap pola soal yang muncul pada tes SIMAK UI adalah hal yang sangat saya latih dengan serius. Bahkan, saya mencoba membuat soal sendiri dengan topik dan model yang sama dengan soal asli SIMAK UI. Hal tersebut bertujuan untuk membiasakan diri saya dengan pola-pola soal SIMAK UI. Dengan begitu, saya bisa mengerjakan soal SIMAK UI lebih cepat dan mengetahui cara memecahkan masalah lebih tepat.

Tes SIMAK UI pada tahun 2019 disertai dengan penulisan esai secara singkat guna mengetahui softskill peserta. Saya mempersiapkan penulisan esai melalui diskusi bersama teman-teman yang sering menjuarai lomba penulisan esai. Dengan begitu, saya bisa mengetahui tips dan trik penulisan esai yang baik dan benar. Senang rasanya bisa kembali semangat dan mempunyai keinginan yang kuat untuk bisa lulus tes SIMAK UI.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya sampai juga di hari pelaksanaan Seleksi Masuk Universitas Indonesia. Saat itu saya tidak lagi pesimis dengan usaha yang selama ini sudah dilakukan. Saya merasa lebih percaya diri dengan jawaban yang saya pilih. Selain itu, saya dan juga keluarga saya lebih giat lagi dalam berdoa dengan harapan saya bisa lulus dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Alhamdulillah, saat melihat pengumuman SIMAK UI terasa begitu bahagia, lega, dan bangga.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan lulus menjadi salah satu mahasiswa baru Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SIMAK UI. Hal yang paling mengesankan dari kelulusan tes SIMAK UI yaitu saya bisa melihat kedua orang tua saya tersenyum. Bertahun-tahun dilalui dengan perih dan letihnya perjuangan untuk bisa mengukir senyum indah di wajah kedua orang tua saya.

Banyak sekali harapan saya untuk bisa bekerja sama dengan teman-teman angkatan Fakultas Kedokteran Universitas, sehingga kita bisa berkembang dan sintas hingga lulus. Besar juga harapan saya untuk bisa berkontribusi dalam peningkatan kualitas kesehatan masyrakat Indonesia khususnya masyarakat sekitar saya.

Rencana tahun pertama saya di Fakultas Kedokteran Universitas indonesia yaitu mampu menguasai hal-hal dasar mengenai ilmu kedokteran. Di tahun selanjutnya hingga tahun ke-3, rencana saya bisa berkontribusi untuk mengedukasi masyarakat mengenai isu-isu kesehatan masyarakat dan lain-lain. Pada 20 tahun ke depan, rencana saya ingin mendirikan klinik dengan tujuan bisa memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar, khususnya masyarakat yang kurang mampu, sebagai bentuk kontribusi saya dalam hal peningkatan kualitas kesehatan. Selain itu, saya juga memiliki rencana untuk berkolaborasi dengan teman-teman saya untuk membuat platform edukasi kedokteran nonprofit yang mungkin bisa membantu banyak sekali mahasiswa kedokteran dalam mendalami ilmu kedokteran.

Tak banyak hal yang mungkin bisa saya sampaikan untuk adik-adik saya yang mungkin masih ragu atau bahkan sudah punya keinginan yang kokoh untuk masuk Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia. Cukuplah kalian konsisten dengan komitmen kalian, jangan pernah takut, dan teruslah berjuang. Kewajibanmu hanyalah berusaha memaksimalkan kesempatan untuk bersiap diri, bukan untuk menentukan seperti apa hasilnya.

“You only need one more step forward to pass your final” (Elza Nur Warsa Putra).

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page