Narasi Perjuangan -- Esti Etikaningtias
- FKUI 2019
- Aug 13, 2019
- 8 min read
Updated: Aug 15, 2019
Perjuangan Mencapai FKUI
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Haloo! Selamat datang dan terimakasih telah membuka blog ini!
Perkenalkan nama saya Esti Etikaningtias, biasa dipanggil Esti. Saya berasal dari SMA Negeri 3 Depok yang berlokasi di Jalan Raden Saleh Nomor 45 Depok, Jawa Barat. Alhamdulillah, saat ini saya sedang menjalani masa-masa transisi dari kehidupan sekolah di SMA menuju kehidupan kampus kecintaan jutaan pelajar di Indonesia, Universitas Indonesia. Saya menyebut sebagai masa transisi karena saat ini sedang menjalani proses menjadi mahasiswa baru (MaBa). Melalui jalur SNMPTN saya mengambil program studi yang terkenal dengan sistem pembelajarannya yang sulit, menakutkan, dan penuh perjuangan, yaitu Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Seperti yang dikatakan banyak orang tentang FKUI, berbagai prasangka juga muncul dalam benak saya ketika mendengar kata 'dokter' atau 'Fakultas Kedokteran', mulai dari sibuk, cerdas, hebat, seram, lelah, kurang tidur, sumpah dokter, tanggung jawab, dan masih banyak lagi hal-hal berat lainnya. Atas dasar prasangka itu, dahulu saya belum tertarik bahkan tidak tertarik atau bercita-cita ingin menjadi dokter. Seiring berjalannya waktu, pandangan itu kemudian berubah ketika saya mulai memasuki semester lima SMA. Saat itu, topik pembicaaran kami yang sudah duduk di kelas dua belas berubah dari yang hanya membicarakan tugas-tugas sekolah menjadi obrolan yang berisi berbagai curhatan tentang kampus impian untuk melanjutkan perjuangan mereka kedepannya. Satu persatu dari teman seperjuangan saya sudah mulai menentukan masa depan pendidikannya, saya pun tidak bisa hanya berdiam di saat mereka berambisi. Saya juga harus menentukan kemana saya akan melanjutkan perjuangan. Entah mengapa tidak ada satupun perguruan tinngi negeri yang saya inginkan selain Universtas Indonesia. Kampus itu menjadi satu-satunya kampus impian yang ingin saya tuju, hanya saja saat itu saya belum memiliki gambaran jelas untuk progam studi yang saya ambil nantinya, saya sama sekali belum mantap memilih FKUI.
Suatu ketika saya melihat sebuah film bertema dunia medis khususnya kedokteran yang intisari filmnya menceritakan tentang bagaimana perjuangan seorang dokter yang hebat saat bekerja, perjuangan meraih mimpi-mimpi mereka, dan juga bagaimana mereka melakukan berbagai tugas mulia dengan penuh ketulusan dan kepedulian. Hal tersebut mengubah pola pikir saya terhadap Fakultas Kedokteran yang tadinya dipenuhi dengan hal-hal menakutkan menjadi sebuah motivasi penuh tantangan dan juga panggilan untuk melakukan pengabdian dalam bidang kesehatan. Ketertarikan akan pesan menyentuh yang disampaikan dalam film itu membuat saya tersadar bahwa untuk menjadi seseorang yang hebat dan bermanfaat seperti dokter diperlukan kerja keras serta semangat pantang menyerah dan juga menegur hati saya bahwa kenyataannya memang tidak mudah namun begitu mulia apabila dijalankan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Hal itu juga mempertemukan saya dengan motto hidup saya yaitu menjadi manusia yang selalu memberi manfaat dimanapun kita berada dan kepada siapapun yang kita temui serta jadikan diri kita sebagai salah satu orang yang menerima tongkat estafet kebaikan. Mulai saat itu saya mantap untuk memilih melanjutkan perjuangan saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sejak saat itu juga, saya mulai memandang FKUI sebagai ladang pencetak generasi emas Indonesia yang siap untuk turut serta berkontribusi, berdedikasi, serta memberi andil memajukan negeri ini khususnya dalam bidang kesehatan.
Saya berpikir bahwa tidak ada orang hebat di dunia ini yang tidak memiliki motivasi serta semangat yang tinggi dalam meraih mimpi mereka yang penuh dengan halang rintang. Motivasi menjadi salah satu hal yang mutlak diperlukan selain doa, usaha, dan optimis (tawakkal) untuk mencapai mimpi saya agar bisa berada di FKUI. Motivasi bisa didapatkan darimana saja, namu bagi saya orang tua, motto hidup, serta janji Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya menjadi motivasi terbesar untuk berjuang di FKUI hingga saat ini. Hal-hal tersebut bagaikan vitamin yang senantiasa memberi saya kekuatan tambahan agar tidak terjatuh dan bisa kembali bangkit setiap harinya. Bagi mayoritas pelajar di dunia, orang tualah yang menjadi motivasi bagi mereka untuk mewujudkan mimpi. Mengapa harus orang tua? Mengapa tidak teman? Bagi saya tidak ada satupun orang yang lebih berjasa dalam hidup kita daripada orang tua atau kerabat. Tidak ada yang yang rela mengorbankan waktu, tenaga, serta kesenangan pribadinya hanya untuk melihat kita tumbuh dan berkembang dengan baik selain orangtua. Kebahagiaan mereka adalah ketika melihat senyum serta keberhasilan anak-anaknya. Hal itu juga yang dilakukan oleh kedua orang tua saya. Dukungan, saran, motivasi, dan semangat pantang menyerah dari untuk mencapai keberhasilan menjadi seorang dokter tersimpan dalam hati juga pikiran saya serta akan selalu menjadi vitamin bagi saya dalam menghadapi segala tantangan.
Motivasi besar lainnya yang saya dapat adalah ketika suatu malam saya tertidur lalu bermimpi memilih jurusan kedokteran dengan sangat optimis di dalam mimpi saya tersebut. Mimpi malam itu menjadi jawaban dari shalat istikharah yang saya lakukan di detik-detik genting pemilihan program studi SNMPTN saat itu. Tentu saja hal itu menambah satu lagi moivasi motivasi saya untuk berada di FKUI. Bunga tidur itu sekali lagi membuat saya sadar bahwa FKUI bukan hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga menjadi sarana bagi saya untuk menjalankan tugas mulia, menegur saya untuk peduli kepada masyarakat sekitar, serta memotivasi saya agar menggunakan ilmu yang saya pelajari untuk kebermanfaatan orang banyak khususnya mereka yang berada di wilayah pelosok dengan sarana dan prasarana kesehatan yang masih sangat minim.
Dibalik semangat membara ada kalanya demotivasi melanda. Perasaaan tidak mampu bersaing, jenuh, bahkan tidak pantas berada di tempat ribuan mahasiswa dengan otak brilian dan mental baja berkumpul muncul ketika mengetahui begitu ketatnya persaingan menuju kampus impian. Perasaan demotivasi rasanya bagaikan boomerang yang dapat menyerang balik diri saya sendiri, akan melukai apabila saya salah melemparnya, namun akan tepat sasaran apabila saya mengetahui taktik pengerjaannya. Bukankah salah satu musuh terbesar yang kita miliki adalah diri kita sendiri? Tidak ada yang mengetahui diri kita kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala dan juga diri kita sendiri. Disinilah motivasi-motivasi itu bekerja pada saya dengan maksimal. Semua perasaan itu perlahan hilang ketika saya memikirkan hal-hal yang menjadi motivasi saya sehingga ketika demotivasi kembali menjangkiti diri, saya mengingat kembali motivasi itu untuk membakar habis apa yang sudah seharusnya saya hilangkan dari diri saya.
Perjuangan saya untuk mendapatkan almamater impian anak bangsa, Universitas Indonesia tidak bisa dikatakan mudah. Meskipun saya masuk melalui jalur undangan atau SNMPTN bukan berarti saya tidak berjuang seperti mereka yang masuk melalui tes SBMPTN maupun SIMAK untuk mencapai FKUI. Saya mempuyai pola pikir bahwa perjuangan kita berbeda dalam segi waktu. Mendapat kesempatan untuk mengikuti jalur undangan merupakan buah dari apa yang sudah saya perjuangkan sejak pertama kali masuk SMA hingga semester lima. Memang benar jika pada awalnya saya tidak berpikir akan mendapat kesempatan itu, sama sekali belum terpikir akan bagaimana kedepannya saya nanti setelah SMA. Saya hanya melakukan yang terbaik yang saya dapat lakukan setiap proses pembelajaran, sebisa mungkin saya memperhatikan ilmu yang saya dapat di sekolah, tidak mengantuk saat pembelajaran, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, mengurangi jam bermain saya dengan teman-teman, mencari tambahan ilmu yang bisa saya dapat di luar sekolah, serta yang terpenting bagi saya adalah selalu mempersiapkan diri sebelum melakukan ujian yang diberikan. “Do your best in every moment” itu adalah kata-kata penyemangat yang saya gunakan untuk menyemangati diri saya pada saat itu. Ada yang pernah berkata bahwa hasil tidak akan pernah menghianati usaha, atas izin kuasa Allah Subhanahu wa ta’ala serta doa orang tua, benar saja itu terjadi pada diri saya. Di semester akhir saya mendapat kesempatan untuk mendaftar jalur undangan dan tentu saja jurusan yang saya pilih adalah Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kurang lebih satu bulan sejak pengisian SNMPTN hingga hasil kelulusan diumumkan. Rasa takut tidak diterima dan takut kecewa jika tidak diterima hal yang memenuhi pikiran saya pada masa-masa itu. Harapan, doa, serta tawakkal memenuhi hati dan lisan saya yang sebenarnya masih tidak yakin bisa diterima di FKUI. Mereka yang mendukung saya pun turut merasakan hal yang sama. Tidak ada yang tau rezeki yang akan kita dapat nantinya kecuali Allah semata. Rasanya tidak sabar menunggu pengumuman tersebut, ingin sekali rasanya apabila kita dapat langsung mengetahui hasil seleksi itu agar tidak perlu berlarut larut dalam rasa penasaran dan tidak perlu berlarut-larut juga dalam kelecewaan nantinya. Tidak seperti orang-orang di sekitar saya yang begitu antusias menjelang pengumuman, saya hanya menghitung hari itu di dalam hati saya seraya bertanya “Apakah saya masih ingin berjuang mencapai di FKUI apabila nanti saya belum diterima di jalur undangan?”. Galau sekali rasanya. Hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Tibalah saya pada suatu laman menuju hasil tersebut. Dengan tangan gemetar saya membuka laman tersebut dan kotak berwarna hijau yang bertuliskan “Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN pada PTN Universitas Indonesia Program Studi Pendidikan Dokter”. Hal itu memecah tangis haru saya membuat saya tak henti-hentinya bersyukur. Alhamdulillah, hari itu, tepatnya Jum’at, 22 Maret 2019 pukul 14.30 menjadi salah satu hari yang terkenang dalam diri saya dan orang-orang terdekat saya.
Menjadi mahasiswa FKUI secara membuat saya sadar akan pentingnya harapan dan mimpi. Harapan saya adalah menjadi mahasiswa penuh semangat, kepedulian serta kesadaran yang tinggi akan pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan karakter yang baik. Saya berharap agar bisa juga menjadi seperti orang-orang hebat yang berhasil memajukan Indonesia di bidang kesehatan, menjadi kebanggaan bagi kedua orang tua saya, menjadi pelopor bagi masyarakat serta menjadi teladan yang baik bagi teman-teman saya.
Menjalani kehidupan kampus memang bukanlah hal mudah untuk dihadapi. Untuk itu saya memerlukan suatu rencana yang dapat membantu saya agar tidak terpeleset saat menghadapi dunia perkuliahan. Di tahun pertama rencana saya adalah menjadi mahasiswa yang dapat memberi pengaruh baik untuk seluruh komponen Universitas Indonesia khususnya FKUI serta teman-teman sejawat saya. Dari tahun inilah kepribadian, kesadaran, serta semangat kita dapat dibentuk. Kepedulian kepada pasien kita nantinya harus bermula dari kepedulian kita terhadap rekan sejawat kita. Kesadaran untuk membantu serta turut andil dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, semangat pantang menyerah juga harus selalu saya tanamkan untuk mencapai harapan yang telah saya susun sedemikian rupa tahun ini. Mengharumkan nama almamater adalah impian setiap mahasiswa. Hal itu dapat diwujudkan dengan mengikuti berbagai lomba baik mewakili fakultas, universitas, maupun negera ini akan membantu saya untuk menempa diri menjadi manusia yang kuat, tangguh, serta berpengalaman.
Tahun selanjutnya saya ingin mencoba menjalankan dan juga mencetuskan sebuah projek yang dapat memberi manafaat kepada sivitas UI, masyarakat, serta lingkungan mengingat manusia dan lingkungan adalah hal yang sangat berkaitan saling berkiatan dan berkesinambungan. Apabila masyarakatnya memiliki kesadaran yang baik, maka lingkungan pun dapat menjai baik. Begitu juga apabila lingkungan dapat bekerja sama dengan baik. Projek tersebut meliputi penerapan ilmu pengetahuan yang sudah saya dapatkan mengenai kesehatan dan lingkungan, misalnya aplikasi kesehatan, pelayanan kesehatan dengan sistem bank sampah atau daur ulang, melakukan budidaya tanaman-tanaman yang berpotensi menjadi obat di masa depan, dan lain sebagainya. Hal ini akan mengajarkan saya untuk dapat membangun koneksi dengan bnyak orang yang nantinya akan bermanfaat untuk saya. Projek ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan juga sumber daya alam Indonesia.
Lima sampai sepuluh tahun kedepan saya ingin melanjutkan pendidikan saya dengan sebaik mungkin. Memanfatkan kesempatan itu untuk terus belajar dan berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan yang saya dapatkan sebelumnya dan mengadakan riset atau penelitian untuk menggali pengetahuan agar dapat saya gunakan membuat inovasi besar dan bermanfaat yang dapat membantu Indonesia mengatasi masalah kesehatan mengingat masih tingginya angka permasalahan kesehatan di Indonesia. Sebagai seseorang yang terpelajar saya juga ingin terus menyuarakan agar pemerintah dapat selalu memberikan prioritas untuk jaminan kesehatan di Indonesia, mencetuskan ide atau gagasan maupun projek yang dapat menjamin kesejahteraan tenaga medis di Indonesia. Selanjutnya, rencana saya untuk dua puluh tahun yang akan datang yaitu menjadi promotor kesehatan dan menjadi tokoh kesehatan yang memiliki integritas di Indonesia maupun di dunia. Menulis buku, jurnal, maupun artikel yang dapat menjadi rujukan untuk proses pembelajaran mahasiwa bidang kesehatan maupun bidang yang lainnya. Semua rencana dan harapan yang saya susun ialah untuk kebermanfaatan bersama sehingga dalam menjalankan semua itu saya harus tanamkan di dalam diri saya sesuatu yang begitu penting yaitu ketulusan/keikhlasan, kepedulian, dan dedikasi.
Untuk adik-adikku yang akan berjuang menuju FKUI tahun depan ingatlah bahwa apapun yang akan kalian dapatkan nanti bisa jadi adalah takdir yang sudah menanti kalian. Sesuatu yang memang rezekimu tidak akan pernah melewatkanmu meskipun kau sedang berada di ujung dunia sekalipun, tetapi jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk bermalas-malasan ingatlah juga bahwa orang hebat tidak akan terbentuk dari kemalasan dan hura-hura belaka melainkan dari perjuangan yang mungkin dipenuhi air mata. Jangan bandingkan perjuangan kalian dengan orang lain karena bunga matahari tidak mekar bersamaan dengan sedap malam. Hargai setiap proses yang akan kalian lalui dan niatkan bahwa semua itu adalah tugas dari-Nya yang harus kalian lakukan dengan sebaik-baiknya.
“Belum dinamakan berjuang jika masih mengatasnamakan diri sendiri dan belum dikatakan gagal selama nadi masih dialiri.”
Коментарі