NARASI PERJUANGAN -- Fadilla Laila Nurakbar
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 8 min read
Sebelum saya menceritakan tentang perjuangan saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Fadilla Laila Nurakbar. Umur saya sekarang 17 tahun. Saya pernah bersekolah di SMAN 5 Bandung. Awal pertama perjuangan saya masuk ke Fakultas Indonesia ini saat saya masih kecil. Semasa kecil, saya sudah mulai bermimpi menjadi dokter. Saya suka melihat ayah saya yang merupakan seorang dokter pulang kerja menggunakan jas dokternya yang putih itu. Beliau terlihat sangatlah gagah. Hal itu lah yang menjadi pemicu awal mengapa saya bermimpi menjadi seorang dokter. Semenjak itu lah setiap kali ditanya oleh siapa pun “Ingin menjadi apa kamu nanti bila sudah besar?” saya pasti selalu menjawab saya akan menjadi seorang dokter.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari namanya pun sudah lumayan mengintimidasi saya. FK UI ini sangat amat terkenal karena lulusannya yang menjadi seseorang yang sangat amat sukses dalam karier dimasa depannya. Semua orang ingin sekali masuk ke dalam keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya pada awalnya tidak yakin bisa masuk ke UI ini karena UI itu persaingannya sangat amat ketat dan terlihat tidak terjangkau bagi saya. Saya percaya bahwa untuk saya masuk kedalam UI ini adalah sebuah keberuntungan. Posisi saya waktu itu yang minder untuk masuk UI membuat saya tidak yakin untuk mendaftar ke UI.
Walaupun begitu. Saya tetap mendaftarkan diri ke Fakultas Kedokteran Universtias Indonesia berkat kedua orang tua saya yang membujuk saya untuk mencoba untuk masuk ke UI. Selain itu pun, kedua kaka saya selalu menyemangati saya untuk giat belajar giat untuk masuk ke UI. Teman-teman semasa SMA saya pun saling membantu satu sama lain untuk masuk kedalam PTN favorit mereka masing-masing. Kalau dibilang motivasi saya masuk ke FK UI hanya karena FKUI UI ini adalah jalan awal untuk menuju kesuksesan di masa depan. Ya hal itu benar tetapi banyak factor lain yang meotivasi saya dalam perjuangan saya masuk ke FK UI ini seperti nasihat-nasih orang tua, dorongan dari keda kaka saya, bantuan dari teman-teman terdekat saya, serta rasa bangga yang akan dirasakan oleh orang-orang terdekat saya. Saya sudah membayangkan akan betapa bahagia dan bangganya orang–orang terdekat saya termasuk saya sendiri saat saya membuka hasil ujian yang menentukan apakah saya masuk ke Universitas Indonesia. Pendorong–pendorong seperti ini lah yang menjadi motivasi saya untuk masih berjuang masuk ke FK UI.
Usaha saya untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dimulai dari kelas dua belas tingkat SMA. Waktu dimana orang-orang mulai menentukan kemana mereka akan membawa masa depan mereka. Apakah itu ke PTN atau ke PTS atau bahkan langsung berkerja. Mungkin banyak yang masih bingung dengan apa yang mereka mau. Saya pun masih belum tau akan memilih peŕguruan tinggi mana yang akan saya pilih. Saya memang awalnya agak tidak menghiraukan hal tersebut dan tetap belajar untuk mengikuti SBMPTN. Semenjak awal kelas dua belas, saya dan teman-teman saya memutuskan untuk ikut suatu bimbingan belajar bernama Prosus Inten. Prosus Inten ini terletak sangat dekat dari sekolah ku dan setiap sebelum les kita berjalan bersama ke inten sembari tertawa ria sebelum harus fokus untuk mengikuti kelas Inten. Sebelumnya pun biasanya aku sudah membeli makanan untuk perbekalan saat di Inten. Saat di kelas kita harus mengnonaktifkan telepon seluler kita dan untuk mencatat semua penjelasan yang guru kita jelaskan dalam kelas. Biasanya suasana dalam kelas sangatlah tentram yang membuat pelajaran yang di pelajari masuk dengan cepat kedalam otak. Setiap bulan di Inten diadakan TO atau Try Out yang nanti setelah selesai akan ditugasi untuk membuat pembahasan TO tersebut. Biasanya kami menggunakan buku folio yang tebal utnuk mengerjakannya. Seltelah selesai TO, kami akan menempelkan soal TO yang dibawa pulang tersebut dan menuliskan pembahasannya di halaman selanjutnya. Sebelum kunci jawabannya keluar, aku dan semua teman ku hanya boleh berdiskusi dengan satu sama lain dan melihat sumber dari buku. Tidak diperbolehkan untuk bertanya kepada guru-guru yang ada untuk menjelaskan pembahsan dari TO tersebut. Biasanya aku dan teman-teman mengerjakan pembahasan yang kita sebut progress ini saat jam kosong di sekolah. Karena teman sekelas ku di sekolah bnyak sekali yng Inten jadi denfan sangat mudah aku dan teman-teman berdiskusi di dalam kelas. Kita akan saling mengajari satu sama lain tidak hanya dengan progress inten ini tetapi dengan pelajaran sekolah pun kita semus akan saling mengajari apabila besoknya ada ujian di sekolah.
Kegiatan ini berjalan kurang lebih selama semester satu, sebelum sistem SBMPTN diubah. Sistem ini diubah menjadi sebuah tes yang bernama UTBK. Tes ini adalah tes berbasis komputer yang soalnya sangat amat berbeda dari soal-soal tahun sebelumnya. Ini membuat semua bimbingan belajar harus mengubah sistem pembelajaran kurang dari tiga bulan dan mengubah semua soal-soal yang telah diberikan kepada para siswa. Dan semua jadwal yang ada di kalender akadrmik sekolah pun dipercepat. Belajar untuk SBMPTN pun makin sulit karena tidak ada contoh soal yang bisa diambil dari tahun kemarin sebab soalnya sngat amat berbeda. Hanya ada prediksi-prediksi soal yang bisa kita kerjakan untuk berlatih mengerjakan SBMPTN yang sekarang namanya UTBK ini. Ditambah lagi tugas-tugas akhir dari sekolah, ujian sekolah, ujian nasional, dan masih banyak lagi beban yang harus ditanggung semasa kelas duabelas yang sibuk ini.
Saya sempat mendapatkan kuota untuk mengikuti SNMPTN. SNMPTN merupakan sebuah jalur masuk PTN yang menggunakan nilai rapot dan prestasi semasa sekolah. Banyak guru-guru BK yang menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebum memilih PTN dan jurusan karena setelah memilih jurusan dan PTN tidak bisa lagi mengikuti ujian-ujian lainnya, seperti UTBK, UM, SIMAK, dll. Dan saat itu sistem untuk daftar SNMPTN nya sangat amat sibuk sehingga tidak bisa dibuka dan harus mencoba berkali-kali. Saya dan banyak teman saya seangkatan harus absen dari kelas di sekolah hanya untuk mendaftar SNMPTN yang sangat sibuk tidak ada yang tahu terbukanya kapan. Jadi, kami harus mencobanya terus-menerus hingga terbuka. Banyak pelajarn yang tertinggal di kelas dan kebanyakan orang tidak bisa belajar untuk persiapan UTBK. Kunjungan ke ruang BK pun semakin sering untuk memantau persaingan antara satu sekolah terhadap fakultas dan PTN. Guru BK semakin sering menyemangati kita untuk tidak patas semangat dan tidak salah memilih jurusan dan PTN. Walaupun begitu, saya masih sempat bingung untuk memdaftarkan diri ke PTN yang mana. Saya sudah tahu saya ingin masuk fakultas kedokteran tapi saya tidak tahu fakultas kedokteran mana. Setelah beberapa hari berdiskusi dengan orang tua dan guru-guru, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri ke FK UI. Sayya tidak begitu yakin sebenarnya akan masuk ke UI melewati jalur SNMPTN, tetapi karena hanya saya seorang yang mendaftar ke FK UI menggunakan jalur SNMPTN akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar. Hari-hari terakhir pendaftaran SNMPTN sangatlah berat karena semakin mepet ke tenggat waktu untuk mendaftarkan diri semakin sibuk juga we yang digunakan karena banyak orang yang mengakses web tersebut dan aksesnya hanya terbatas jadi sulit sekali untuk membuka webnya. Saya waktu itu sampai tidak tidur selama dua hari karena mencoba untuk membuka situs pendaftaran. Untungnya, karena madih banyak yang belum mendaftarkan diri, akhirnya LTMPT memperpanjang waktu pendaftaran hingga dua atau tiga hari. Dan lebih untungnya lagi, setelah diumumkan perpanjangan waktu akses memasuki situsnya berjalan lancar dan akhirnya saya bisa mendaftarkan diri.
Beberapa hari bahkan beberapa minggu berlalu, saya mulai melupakan tentang SNMPTN dan mulai kembali belajar untuk UTBK, ujian praktek, ujian sekolah, dan ujian nasional. Saya tidak mbegitu mengharapkan hasil SNMPTN karena hasil nilai rapor saya tidak terlalu bagus juga. Dan saya tidak hanya bertarung dengan teman-teman di daerah saya, tetapi mungkin saya bertarung dengan seluruh Indonesia. Itulah mengapa saya tidak terlalu mengharapkan hasilnya dan tetap belajar untuk UTBK. Hasilnya keluar pada saat saya sednsg melakukan ujian sekolah. Pada saat istirahat, teman-teman ku berbondong-bondong untuk membuka situs pengumumannya. Walaupun saya bilang saya tidak terlalu mengharapkan, tetap saja saya takut untuk membuka pengumuman tersebut. Saya tetap mengulur waktu untuk membukanya dan teman-teman yang lain sudah membujuk saya untuk membuka. Akhirnya teman-teman dan saya sendiri membukanya bersamaan. Hasilnya tidak mengejutkan dan seperti yang saya bayangkan. Saya tidak masuk FK UI di jalur SNMPTN. Setelah pengumuman itu, ada kedua teman dekat saya yang keterima di kampus impian mereka. Rasa sedih menyelimuti saya tetapi rasa sedih itu tidak membuat saya depresi karena saya sudah tahu hasilnya akan seperti apa. Ini mungkin tandanya saya harus berusaha lebih keras lagi.
Saya mulai berusaha lebih giat lagi untuk UTBK. Saya juga mulai mencari tahu tentang ujian-ujian mandiri apa saja yang ada dan mulai mendaftarkan diri ke sebagian ujian mandiri. Makin banyak kelas pembelajaran yang saya lalui, makin banyak TO yang saya kerjakan, dan makin banyak diskusi belajar yang saya lakukan dengan teman saya semakin dekat pula waktu untuk UTBK pertama. Dan pengalaman UTBK pertama saya berjalan tidak begitu mulus. Nilai yang saya terima pun tidak begitu bagus. Setelah tahu bahwa nilai yang saya peroleh tidak begitu bagus, saya merasa harus memperbaiki nilai saya karena masih ada kesempatan kedua. Walaupun memang waktunya cuma sebentar, setidaknya sekarang saya sudah tahu seperti apa model soalnya. Di bimbingan belajar pun mulai dicetak soal-soal yang mirip dengan soal UTBK tersebut. Pada saat itu, saya sangat berharap bahwa nilai saya akan naik. Dan benar nilai saya pada UTBK kedua naik, tetapi tidak naik secara melonjak. Nilai tersebut masih belum cukup untuk mendaftarkan diri ke FK UI. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri ke universitas lain dan akan ikut SIMAK UI. Persiapan untuk SIMAK UI pun dimulai sebelum ada pengumuman untuk SBMPTN. Banyak teman-teman yang sudah menyerah dan tidak mengikut ujian mandiri lagi, tetapi masih banyak juga yang berjuang dan menemani saya untuk ikut ujian mandiri. Saat liburan pun tidak bisa tenang karena pengumuman untuk masuk PTN sudah dekat. Dan saat hari penguman tersebut saya semakin banyak berdoa agar setidaknya saya masuk ke dalam PTN, tetapi hasilnya berkata lain. Saya tidak diterima di Univ yang saya pilih untuk SBMPTN. Saya merasa sangat terpuruk waktu itu karena pada saat itu teman-teman saya sudah mendapatkan PTN yang mereka inginkan sedangkan saya belum. Ibu saya menenangkan saya dan memotivasi saya untuk belajar lebih giat karena masih jalur ujian mandiri. Mungkin memang bukan jalan saya untuk berkuliah di universitas tersebut. Perjuangan saya pun masih berlanjut hingga waktu ujian SIMAK. Semalam sebelum ujian SIMAK, saya tidak bisa tidur. Walaupun sudah beberapa kali mencoba untuk tidur, tetap saja usaha saya gagal. Akhirnya, saya memilih hanya rebahan dan mencoba menenangkan diri sebelum ujian besok harinya. Saat ujian, saya merasa soalnya sangat susah. Ditambah lagi saya harus membuat essay. Walaupun begitu, soal-soal tersebut tetap saja saya kerjakan. Saya pulang dengan perasaan kurang percaya diri setelah ujian berakhir.
Beberapa waktu setelah ujian berakhir, saya mengikuti beberapa ujian mandiri yang lain. Saya sudah mulai melupakan tentang pengumuman SIMAK karena saya tidakn yakin akan masuk. Hari pengumuman semakin dekat dan saya semakin tidak tenang. Selalu bertanya-tanya apakah saya akan lolos atau tidak. Saya sudah tidak berharap akan lolos. Walaupun begitu, ibu saya tetap optimis dan selalu mengingatkan saya tentang pengumunannya. Saat hari pengumuman, saya bersama kaka saya dan ibu saya sedang berada diluar rumah. Saya sudah merasa pasrah tentang apapun pengumuman yang akan muncul. Ibu saya menyuruh saya untuk tetap tenang dan berdoa supaya hasil yang keluar adalah kabar baik. Setelah menanti-nanti, ternyata pengumumannya diundur satu jam dari jam yang telah ditentukan. Itu tidak membuat saya tenang melainkan merasa lebih gugup dari sebelumnya. Saya mencoba untuk menenangkan diri tetapi tetap saja gagal. Ibu saya tidak membantu dengan tetap menanyakan kapan hasilnya keluar.
Tibalah waktu pengumuman, saya, kaka, dan ibu saya baru saja sampai ke tempat pembelanjaan. Ibu saya menyuruh saya membuka hasilnya didalam mobil sebelum kami masuk ke dalam. Rasanya sangat gugup saat saya menuliskan alamat situs yang digunakan untuk melihat hasil. Dan ternyata saat melihat hasilnya terdapat tulisan kata selamat dan nomor NPM. Betapa bahagianya saya saat melihat kata tersebut. Saya langsung memberi tahu ibu saya tentang hal ini. Saya langsung sholat karena sudah waktunya sholat berdoa berterimakasih kepada Tuhan karena telah memberikan saya kesempatan untuk menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saya berharap setelah saya diberi kesempatan untuk menjadi bagian FK UI ini saya bisa menggunakan kesempatan ini secara baik dan benar. Saya berharap saya nantinya dapat menjadi orang yang berguna untuk masyarakat sekitar, dapat membanggakan orang tua, dan dapat pribadi yang terus berkembang kearah yan lebih baik. Saya berharap untuk keluaraga saya agar tetap diberi berkah oleh Tuhan dan agar bisa selalu menjadi keluaraga yang harmonis. Saya juga berharap agar teman-teman baru saya di FK UI angaktan tahun 2019 menyambut saya dengan lapang dada dan bisa bersama-sama meraih cita-citanya menjadi orang yang sukses.
Saya ingin belajar lebih giat lagi untuk setahun kedepan dan lulus dengan lancar menjadi sarjana kedokteran. Saya jugai ingin mendapatkan lebih banyak lagi teman yang bisa saya ajak untuk berjuang bersama-sama di FK Ui ini. Saya juga ingin mendapatkan banyak pelajaran saat coass nanti yang bisa digunakan saat saya sudah resmi menjadi dokter di masa depan.
Untuk adik-adik kelas yang bercita-cita ingin masuk ke FK UI tetap semangat ya belajarnya. Ingat saja kalau kalian gagal pada satu jalan, masih ada banyak jalan yang akan terbuka untuk kalian di waktu yang berbeda. Jadi, cobalah terus hingga kamu mendapatkannya.
Terakhir dari saya ada sebuah kata mutiara yang bisa dijadikan sebagai pedoman. “Hidup itu sebuah proses, jadi tidak apa kalau kamu gagal karena nantinya banyak jalan terbuka untuk mu.” dari kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa jangan takut untuk gagal karena gagal juga adalah bagian dari proses kehidupan itu sendiri.
Comments