top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - FAHRIYAH RAIHAN MAHARANI

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 16, 2019
  • 9 min read

Perkenalkan, semuanya! Saya Fahriyah Raihan Maharani dari angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya berasal dari Kota Surabaya dan merupakan seorang lulusan tahun 2018 di SMA Negeri 5 Surabaya. Bahagia sekali rasanya, pada akhirnya bisa menjadi bagian dari fakultas dan kampus impian saya. Universitas Indonesia sudah lama dikenal sebagai universitas terbaik di negeri ini. Banyaknya alumni UI yang merupakan tokoh yang sukses dan mengharumkan nama bangsa membuat tekad saya semakin bulat untuk berkeinginan menuntut ilmu di kampus yang menyandang nama bangsa ini. Nah, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu dari beberapa fakultas di UI yang memiliki paling banyak peminat. Dengan kualitas pendidikan yang unggul, lulusan dokter yang kompeten, serta biaya pendidikan yang lebih terjangkau dibandingkan FK lain yang tersebar di berbagai penjuru se-Indonesia, tak heran jika FKUI diminati banyak pelajar. Motivasi saya untuk masuk di FKUI adalah cita-cita saya sendiri untuk menjadi dokter. Dengan menjadi dokter, saya bisa memberi pertolongan langsung untuk masyarakat. Saya selalu kagum dengan orang-orang, apapun profesinya, yang mampu memberikan dampak positif untuk lingkungan di sekitarnya. Berguna bagi masyarakat adalah tujuan hidup saya. Keinginan saya untuk menjadi seperti mereka membuat saya memutuskan untuk menjadi seorang dokter sebagai pilihan jalan hidup saya. Tak hanya dalam artian heroik seperti ingin menyelamatkan banyak nyawa manusia, namun sekedar mendapat senyuman dan ucapan terima kasih yang hangat dari pasien dan meninggalkan jejak positif di benak banyak orang adalah harapan besar saya. Saya berharap dengan profesi dokter saya kelak akan mampu membantu memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Keinginan saya sebagai dokter semakin kuat dengan harapan orang tua dan keluarga saya yang juga mengharapkan saya untuk menjadi dokter. Saya percaya, dengan doa restu dan orang tua, segala jalan akan dipermudah. Akhirnya, saya memilih FKUI sebagai tujuan PTN tempat menimba ilmu untuk beberapa tahun ke depan. 


Saya menentukan pilihan saya untuk berjuang mengejar impian saya di FKUI sejak di bangku SMA kelas 11 semester satu. Di kala itu, saya masih mempertimbangkan berbagai pilihan lain selain kedokteran. Pada masa itu, beberapa PTN ternama menyelenggarakan Try Out SBMPTN sekaligus mempromosikan jurusan kampusnya. Dipaparkan dengan sangat banyak pilihan, saya semakin kehilangan arah. Namun, setelah berkonsultasi dengan orang tua dan beberapa orang terdekat, kemudian mempertimbangkan minat, tujuan hidup, serta prospek masa depan, akhirnya saya yakin untuk memilih FKUI. Saya mulai mengikuti bimbingan persiapan SBMPTN 2018 saat menjajaki kelas 12 semester satu bersama dengan teman-teman saya. Selama satu tahun itu, saya merasa sangat kelelahan, dengan jadwal harian yang padat seperti masuk sekolah pukul 06.30 kemudian dilanjutkan dengan bimbingan belajar di sore hari hingga malam. Hal ini dilakukan hampir setiap hari selama satu tahun. Ditambah lagi masa intensif (satu bulan sebelum hari-H SBMPTN) dimana jam belajarnya semakin diperbanyak dengan intensitas tinggi. Jika semangat saya sedang berkobar atau mood sedang baik, saya mampu belajar cukup lama dan banyak. Namun banyak saat-saat ketika saya jenuh, tumbang, tentu pada saat itu yang ingin saya lakukan hanyalah tidur dan menangis sendirian. Cengeng, ya. Saya dipandang orang-orang sebagai seseorang yang cukup rajin. Memang benar, karena saya merasa butuh usaha lebih untuk bisa mengikuti ritme belajar teman-teman sekitar saya. Jika merasa malas sedikit saja, saya akan ketinggalan banyak. Maka mau tidak mau saya harus belajar lebih sering dan lebih keras. Sekali merasa jenuh, sebelum terbawa berlarut-larut, saya berusaha segera bangkit lagi.. meski tidak mudah. Sungguh, saya berterima kasih dengan orang-orang terdekat saya yang pada masa itu menjadi tempat saya berkeluh kesah, yang menjadi semangat saya untuk terus melanjutkan perjuangan saya. Tanpa kehadiran mereka, saya tak akan mampu bertahan. Berdasarkan hasil Try Out bimbingan belajar saya selama setahun ini, saya disarankan memberanikan diri untuk memilih FK UI di pilihan pertama, FK UGM di pilihan kedua, dan FK UNS di pilihan ketiga. Antara yakin dan ragu, karena berdasarkan nilai-nilai Try Out selama ini saya dianggap cukup, namun masih ada kekhawatiran di dalam hati.


Di samping itu, ada satu kekhawatiran yang saya yakin terbesit di pikiran hampir semua pejuang SBMPTN 2018. Sistem penilaian yang baru! Kabarnya, dengan sistem Item Response Theory, sudah tidak ada lagi nilai minus. Muncul perdebatan antara apakah lebih baik mengosongi atau menjawab asal jawaban yang kita kurang yakini. Berbagai sumber bimbingan belajar pun memberi saran yang berbeda-beda. Kebingungan ini masih berlanjut sampai hari-H.


Singkat cerita, tibalah hari-H SBMPTN tahun 2018 yang jatuh pada tanggal 8 Mei. Teman-teman saling memberikan semangat sesama pejuang SBMPTN. Begitu juga yang sudah memiliki pegangan di SNMPTN juga turut mengucapkan semangat untuk kita. Ibu saya, yang sejak kecil saya panggil dengan sebutan 'Bunda', mengantarkan saya hingga ke depan ruangan ujian. Perasaan yang saya rasakan saat itu campur aduk. Diri saya dipenuhi dengan rasa gugup dan khawatir dengan kemungkinan yang ada. Saya ingat, saya sempat menangis. Saya katakan kepada Bunda bahwa saya takut tidak bisa membanggakan beliau. Bunda memeluk saya. Saya berusaha menahan rasa ingin menangis lebih banyak lagi dan menciba berhenti, karena malu jika terlihat orang-orang sekitar. Sedikit terheran, mental peserta lain kuat, tidak menangis seperti saya. Pada hari itu pun, masih belum ada kepastian apakah soal yang kita tidak yakin lebih baik dikosongi atau diisi. Saya termasuk dari orang-orang yang akan mengosongi.


Hari-hari setelah hari ujian saya jalani dengan sewajarnya. Doa semakin saya kuatkan, berhubung saat itu adalah bulan Ramadhan, saya perbanyak amal dan ibadah. Terkadang, saya menangis sendiri memikirkan hari pengumuman. Mencoba tetap optimis di tengah keabu-abuan ini. Hingga tibalah hari pengumuman SBMPTN 2018 yang jatuh pada tanggal 3 Juli. 


Informasi di website mengatakan bahwa hasil akan diumumkan pada pukul 17.00. Dari pagi di hari itu, saya benar-benar bingung akan beraktivitas apa. Jantung berdebar-debar sepanjang hari. Bunda dan Ayah menyarankanku untuk senantiasa berdzikir. Benar-benar, pada hari itu hanya saya isi dengan berbaring, berdoa, berdzikir, dan berlarut dalam pikiran sendiri. Setiap berusaha melakukan aktivitas lain, pikiran saya selalu teringat dengan pengumuman. Hingga pada pukul 14.00 saya berencana untuk tidur hingga jam 17.00 supaya ketika bangun bisa langsung membuka pengumuman. Namun kemudian, muncul berita bahwa pengumuman dimajukan menjadi pukul 15.00! Tubuh saya seketika langsung lemas. Satu jam lagi. Saya tidak jadi tidur, saya isi dengan tadarus sampai jam 3 sore. Kemudian dilanjut salat Ashar, lalu membuka pengumuman.


"Maaf, Anda dinyatakan tidak lulus SBMPTN 2018. Silakan mencoba lagi di SBMPTN 2019. Tetap semangat dan jangan menyerah!"

Gelap.

Saya sempat me-refresh ulang website beberapa kali karena masih tidak percaya.

Optimisme yang saya bangun susah payah runtuh begitu saja di depan mata. Bunda yang ikut melihat pengumuman mencoba tegar, tapi saya bisa lihat di matanya terdapat rasa kaget, kekecewaan, dan kesedihan. Saya sempat tidak menjawab pertanyaan orang lain yang menanyakan kabar untuk beberapa saat. Saya masuk ke kamar dan tentunya menangis. Saya gagal membanggakan orang tua saya hari ini.


Saya ingat motivasi saya untuk saya sendiri dulu, untuk cepat bangkit ketika terpuruk. Tak mudah untuk dilakukan. Diperparah lagi dengan saya yang kehilangan salah satu penopang semangat hidup saya sekian tahun terakhir. Di titik itu saya merasa sendirian, untungnya, orang tua saya sangat suportif. Mereka pintar menyembunyikan kesedihan mereka supaya saya segera bangkit lagi. Akhirnya saya mendaftar beberapa jalur pendaftaran lain yang masih tersisa dengan waktu yang tersisa. Saya kubur rasa sedih saya dalam-dalam, mengingatkan diri sendiri untuk fokus ke depan dan tidak berlarut dalam kesedihan. 

Alhamdulillah, saya diterima di 3 program studi Diploma III di tiga perguruan tinggi yang berbeda. Karena kurang sesuai dengan tujuan awal, sebenarnya saya ingin gap year. Namun, Ayah mengatakan untuk mengambil salah satu dari tiga program studi tersebut. Lagipula, ketika membuka salah satu pengumuman dari tiga pengumuman tersebut, Ayah sangat terharu hingga air matanya mengalir. Saya merasa Ayah sangat menginginkan ini. Sebuah pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya di sosok Ayah yang saya kenal. Rasanya akan sangat menyakiti Ayah apabila saya tidak mengambil yang diinginkan Ayah. 


Setelah sedikit berdiskusi, akhirnya saya putuskan untuk berkuliah sesuai harapan Ayah. Untungnya, saya masih dibolehkan untuk mengejar FK UI lagi tahun selanjutnya. Akhirnya saya ambil dan resmi menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi tersebut. Rencananya, saya akan jalankan perintah Ayah sembari saya menyiapkan diri untuk menghadapi SBMPTN tahun 2019. 


Dengan buku-buku bimbingan belajar dari tahun lalu, saya mulai menyicil belajar sejak selesai rangkaian ospek. Saya pasang target satu hari satu bab. Saya juga membuat flash card online khusus untuk pelajaran biologi mengingat pelajaran ini sangat banyak materi hafalan. Biasanya, saya menjadwalkan belajar untuk SBMPTN di malam hari dan belajar untuk pelajaran kuliah untuk pertemuan di hari itu di dini hari setelah salat tahajud. Itupun bila saya terbangun, karena seringkali kelelahan sehingga tidak bangun untuk tahajud. Tidak setiap hari target dapat terpenuhi. Tentu sering muncul rasa malas dan kelelahan. Pertengahan semester, strategi belajar mulai berantakan. Sering muncul saat-saat di mana saya merasa tak apa-apa tidak sesuai target, yang penting pada hari itu saya menyisihkan waktu untuk belajar. Saya bersyukur, pada masa sebelum masuk FK UI ini saya dipertemukan dengan orang-orang baik. Mereka menyelamatkan saya dari kejenuhan luar biasa. Mereka membuat semuanya yang kenyataannya melelahkan terasa lebih ringan. 


Di kampus saya yang sebelumnya, saya bukanlah mahasiswa yang aktif di berbagai kepanitiaan. Orientasi saya cukup belajar untuk perkuliahan dan belajar untuk SBMPTN. Keseimbangan dalam membagi waktu dan prioritas antara pelajaran kuliah dan persiapan SBMPTN saya sangatlah jauh dari sempurna. Ditambah lagi, di kampus lama saya diterapkan sistem drop out bagi yang IP-nya di bawah standar yang telah ditentukan. Akan sangat berbahaya jika saya terlalu fokus di SBMPTN namun ter-drop out dari kampus. Sebaliknya, jika terlalu fokus di pelajaran kampus, SBMPTN mungkin tidak akan terkejar. Di masa itu diri saya dipenuhi dengan kegelisahan. Pada beberapa pekan tertentu seperti pekan UTS atau UAS, saya benar-benar melepas persiapan SBMPTN untuk fokus ke ujian.


Saya kuatkan doa-doa saya. Berharap-harap dengan Yang Kuasa di sepertiga malam terakhir. Meskipun tidak rutin, tapi saya sempatkan selagi bisa. Melakukan amalan kebaikan sebanyak mungkin yang saya bisa usahakan. Mencoba menjadi orang baik bagi orang lain. Ibadah saya memang jauh dari sempurna. Namun, saya berusaha sekhidmat mungkin ketika menunaikan ibadah dan doa-doa. Memperbanyak berdzikir di setiap waktu senggang. Mengoptimalkan tirakat sebisa mungkin, supaya jalan saya dipermudah oleh Allah SWT. Dengan memaksimalkan ibadah, saya tidak khawatir lagi jika saya gagal ataupun berhasil, karena saya yakin saya sudah berserah diri sebaik mungkin dan apapun yang terjadi kepada saya nantinya adalah jalan terbaik yang pasti ada hikmah di belakangnya.


Berbulan-bulan telah berlalu, akhirnya pada tanggal 14 April 2019 saya melaksanakan UTBK saya yang berlokasi di Departemen Teknik Industri UI. Ujian kali ini saya tidak ditemani oleh Bunda. Sebuah pengalaman yang berbeda. Saya sendiri pada saat itu tidak bisa menentukan apakah saya sendiri sudah siap atau belum. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memikirkan itu. Hari itu adalah hari pertama kali saya menginjakkan kaki di lingkungan kampus UI. Saya sangat kagum dengan lingkungannya yang hijau dan fasilitas transportasi yang memadai. Setelah menjalani UTBK, saya berjalan-jalan sejenak di lingkungan kampus UI, tentunya terutama RIK, bangunan yang saya harap-harapkan untuk datangi lagi beberapa bulan kedepan bukan untuk sekedar berkunjung, namun menjalani perkuliahan. Saya cukup lega setelah sepuluh hari setelahnya melihat hasil nilai yang keluar. Cukup tak terduga karena saya merasa banyak soal-soal yang saya tidak yakin akan jawabannya. UTBK yang kedua saya berlokasi di sebuah SMK di Jakarta Pusat. Seperti UTBK sebelumnya, saya berangkat dan pulang sendiri. Singkat cerita, nilai UTBK saya jauh lebih rendah dibandingkan yang sebelumnya. Mungkin karena saya terlalu terlena dengan nilai di sesi satu. Juga karena saya sudah cukup lelah belajar sehingga intensitas belajarnya tidak seperti persiapan untuk UTBK pertama. 


Saya akhirnya memilih FK UI sebagai pilihan pertama dan FK UGM di pilihan kedua. Yang bisa dilakukan adalah memperkuat ibadah dan doa lebih jauh lagi, dan kembali fokus ke pelajaran kuliah. Kebetulan, pengumuman SBMPTN jatuh pada beberapa hari setelah UAS selesai. Beberapa hari sebelum pengumuman saya benar-benar bingung mau melakukan apa. Sama seperti tahun lalu, tampilan pengumuman selalu terngiang-ngiang di kepala hingga saya tidak dapat fokus mengerjakan aktivitas lain. Pengumumannya keluar pukul 17.00. Saya tidak berani membuka pengumuman sendiri. Teman saya menawarkan untuk membukakan pengumuman.


“Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN LTMPT 2019 di PTN: UNIVERSITAS INDONESIA; Program Studi: PENDIDIKAN DOKTER”


Kaget, lega, terharu bercampur menjadi satu. Akhirnya yang saya perjuangkan sudah saya dapatkan. Semua ini dapat terjadi atas kuasa Allah Yang Maha Mendengar. Hati saya berterima kasih sebesar-besarnya kepada orang tua saya yang tak hentinya memberi dukungan. Tiga orang pertama yang terbesit di pikiran apabila diminta menyebut teman dekat. Seseorang teman satu kelas sekaligus kos yang kerap memberi bantuan ketika merasa saya membutuhkannya. Seseorang lainnya yang memberi dukungan mental luar biasa dan yang pola pikir dan jalan pikirannya serupa dengan saya. Dan, satu orang lainnya yang membangkitkan saya di kala terjebak dalam kejenuhan, yang membuat saya tidak merasa sendirian di kehidupan ini. Yang mengajarkan saya banyak hal tentang hidup dan yang merupakan tempat berbagi gelak tawa dengan berbagai lelucon yang hanya kita bisa mengerti. 


Dengan masuknya saya di kampus yang sudah saya damba-dambakan sejak lama, saya berharap saya mempu berkontribusi dan memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar saya. Saya berharap saya mampu menoreh prestasi dan membanggakan orang tua, teman-teman, dan almamater. Saya harap teman-teman angkatan FK UI 2019 selalu kompak seterusnya, saling bahu-membahu dan saling mendukung ke arah yang lebih baik. 

Selama satu tahun ke depan, saya ingin mulai belajar dan mempersiapkan diri untuk menjadi mapres. Saat-saat ini saya harus terbuka dengan berbagai jalan, mengikuti minimal tiga kepanitiaan untuk mengembangkan kepribadian saya. Tiga tahun lagi, saya harap saya sudah mempunyai IPK yang memuaskan. Saya mengharapkan akan kemungkinan saya untuk menjadi mapres. Untuk sepuluh tahun ke depan, tepat ketika saya mencapai umur 29, saya berharap saya sudah mulai menjalani pendidikan S2 spesialis. Untuk 20 tahun ke depan, di umur 39, saya berharap saya sedang di puncak karir saya sebagai dokter spesialis.

Pesan saya untuk pejuang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah bahwa jangan pernah berhenti berjuang! Seimbangkan antara usaha dan doa. Percaya bahwa keajaiban ada. Meski harus berbelok dulu, saya sama sekali tidak ada rasa sesal. Semua pasti ada hikmahnya. Baik kalian langsung masuk kampus impian ketika baru lulus SMA, ataupun harus gap year dulu, semuanya akan terjawab pada akhirnya. Dalam pencarian jati diri saya selama pendewasaan ini, tahun perjuangan ini adalah tahun yang paling memberikan saya banyak pelajaran tentang hidup dan membuat saya jauh lebih berkembang dan lebih tangguh. Tetap semangat!

Satu pesan: “What seems to us as bitter trials are often blessings in disguise.”

Salam INTEGRITAS! 

-Fahriyah Raihan Maharani, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page