top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - Fakhri Rahmadiansyah

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 9 min read

Assalamualaikum! Hallo, perkenalkan nama saya Fakhri Rahmadiansyah. Saya lahir di Tangerang, 23 Desember 2000. Saya diterima di FKUI 2019 lewat jalur SNMPTN. Saya tidak sendiri. Ada teman saya yang ikut juga dengan saya di FKUI 2019. Dan saya patut berbangga dengan hal itu. Saya berasal dari SMA Negeri 1 Kota Tangerang. SMA yang terkenal didaerahnya, tapi masih kalah dengan SMA lain yang berada di satu provinsi dengannya. Sekolah ini berada di Jalan Daan Mogot No. 50, Kota Tangerang. Luas sekolah SMA yang tidak biasanya dengan sekolah terkenal yang lain, itu membuat saya ingin terus membanggakan warga sekolah dengan hal lain. Banyak kaka kelas saya yang juga bangga dengan sekolah kecil ini. Banyak yang bilang, “sekolah kecil tapi segudang prestasi”. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya laki-laki yang berusia sekitar 9 tahun. Cukup jauh memang perbedaan umur ini. Tapi dia tetap bisa menjadi teman. Tetap bisa menjadi sahabat. Sejak kecil, tepatnya sejak saya menduduki Sekolah Dasar kelas 3 sebenarnya saya dibesarkan oleh nenek saya. Saat itu, saya memilih untuk pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan saya. Menurut saya itu terlalu dini, tapi itu adalah keputusan terbaik dari kedua orang tua saya. Oleh karena itu, saya jauh dari orang tua sejak kecil. Dan saya ingin sekali membuktikan kalau usaha mereka itu benar benar terjamin. Orang tua saya bukanlah dari keluarga dokter. Bahkan mereka hanya seorang pegawai swasta yaitu ayah saya dan ibu saya adalah Bidan yang bekerja sebagai Pegawai Negeri. Mereka ingin, anaknya ketika besar harus melampaui profesi mereka. Dan saat mendengar itu, aku langsung bertekad kuat untuk konsisten dalam menggapai cita-cita saya, yaitu sebagai dokter. Melihat ibu saya yang bisa membahagiakan orang-orang itu membuat saya terkagum dengan orang tua saya. Dan saat itu juga, saya memilih cita-cita saya sebagai dokter.

Enam tahun berikutnya, sejak saya SMP, saya memikirkan bagaimana saya bisa membuktikan bisa melebihi profesi orang tua saya, bagaimana saya bisa melanjutkan studi saya, bagaimana saya bisa membanggakan sedikit pun orang tua saya. Lalu, saya bertanya-tanya kepada guru SMP saya, “Bu, setelah SMA menurut ibu dimana saya harus melanjutkan pendidikan?”. UI. Itulah jawaban bu guru saya dengan lantang. Tanpa ragu beliau menjawab instansi lembaga pendidikan tersebut. Sesampainya dirumah, saya langsung mencari info-info tentang Universitas Indonesia. Wow.. ternyata kampus itu adalah kampus impian sejuta umat. Dan saat itu juga saya merasa bukanlah saya yang pantas mendapat salah satu kursi di perguruan tinggi tersebut. Tapi saya tetap akan menuju universitas itu setelah mendengar wejangan dari salah satu guru saya, “jangan pernah takut untuk bermimpi setinggi mungkin”. Saya tidak akan patah semangat. Semuanya pasti bisa say agapai dengan maksimal. Dan saya setuju dengan mereka diluar sana yang memandang Universitas Indonesia adalah yang terbaik di Indonesia. Terlebih lagi dengan Fakultas Kedokterannya. Bahkan ada yang bilang, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah Fakultas Kedokteran termurah se-Indonesia. Waw, bahkan itu menambah semangat saya untuk berjuang demi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sejak ssat itu juga bahkan sampai SMA, saya tetap memandang kata-kata, “ FKUI harga mati!”. Terkesan ambis, tapi ini untuk membahagiakan kedua orang tua saya dan orang lain di masa depan nanti. Banyak alumni-alumni FKUI yang menjadi orang sukses dikemudian hari. Dan mereka sangat inspiratif bagi saya. Menjadi orang sukses, membahgiakan orang banyak, memiliki relasi yang kuat, bermanfaat bagi negara, dan rela berkorban demi mereka yang terserang penyakit. Penyakit ganas sekalipun. Semuanya mereka lakukan demi menciptakan Indonesia sehat. Banyak sekali kisha kisah inspiratif yang bisa memotivasi saya untuk ingin menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran UI. Salah satunya adalah klinik. Klinik ini merupakan tempat praktek kerja orang tua saya. Banyak sekali kejadian kejadian sedih, mengharukan, membahagiakan, menegangkan atau bahkan menyeramkan setiap kali mengingat kejadian kejadian yang pernah terjadi di klinik itu. Walaupun saya masih kecil, masih belum menegerti apa-apa tentang perasaan. Tapi saya tahu betul bagaimana rasanya menerima kabar yang bisa menentukan hidup seseorang. Banyak deh pokoknya seneng aja bisa berguna bagi masyarakat sekitar. Tidak itu saja, alasan kenapa saya ingin memilih FKUI. Yang lainnya adalah karna saya ingin berguna bagi orang banyak. Karna FK ini salah satu gerbang awal saya untuk membahagiakan orang di sekitar saya, orang tua saya, nenek, kake saya alhamdulillah punya masih ada, om tante saya, keponakan saya, sepupu saya. Yaa setidaknya bisa dijadiin teladan buat adek adek dibawah saya nanti. Seneng aja gitu membahagiakan orang orang, merasa berguna, merasa bermanfaat. Ya karna menurut saya, kebahagiaan yang paling bernilai, berasa, yaa menjadi berguna bagi orang lain, membuat orang lain bahagia, seneng gitu seneng bgt.

Semua ini berawal dari saya ngasih makanan sama pemulung dan… lihat deh keajaiban yang anda dapet. Saat itu saya lagi gelisah, gabisa apa apa, pasrah, sedih, galau, dan saya mencoba untuk itu. Dan saya liat ekspresi nya gimana, cara mereka berterimakasih gimana, Masyaallah. Hasilnya tuh yaa emang kita gadapet apa apa. Tapi percaya deh, anda bakalan dapet kebahagiaan yang luar biasa, subhanallah. Ini my real happiness sii. Ya awlanya si itu. Saya ngerasa dengan hal kecil aja saya bisa ngebahagiain mereka dengan cara itu apalagi dengan pekerjaan dokter. Pekerjaan yang menurut saya paling manusiawi, berkah, mulia, daripada pekerjaan lain.

Banyak orang orang disekitar kita yang bahkan membutuhkan kita, didaerah sana, di pojok sana, dikampung kita, yg bahkan sangat membutuhkan jasa kita. Saya dari tigaraksa dan saya merasakan itu. Mungkin temen temen saya yg dari daerah daerah juga merasakan hal yang sama.saya pernah baca buku, kepribadian ini tuh seperti ibu. Bukan untuk mengatur orang lain, namun untuk memberi cinta kepada orang lain, untuk memberi manfaat bagi orang lain.

Perjuangan saya dimulai sejak SMA, ketika saya tahu betul bagaimana perguruan tinggi itu. Perguruan tinggi yang akan mennetukan masa depan kita dan tentunya sifat kita yang akan mendukung dengan keberhasilan kita. Mendengar dan melihat kakak-kakak kelas saya yang diterima di FKUI, itu membuat saya merinding. Ternyata dari daerah sini juga bisa mendapat salah satu prodi terbaik di universitas terbaik juga di Indonesia. Sejak saat itu saya mulai mencari-cari informasi tentang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di internet, kakak kelas, guru guru dan lainnya. Dan ternyata memang tidak mudah perjuangan seseorang untuk menjadi bagian dari FKUI. Banyak dari mereka yang sudah mengikuti Bimbingan Belajar (Bimbel) ditempat-tempat ternama. Dari kelas sepuluh, hingga lulus atau bahkan hingga dia dapat perguruan tinggi negeri. Terus bekerja keras dari kelas I SMA hingga kelas XII SMA itu bukanlah hal yang gampang untuk menjadi bagian dari FKUI. Ternyata banyak lika-liku kehidupan dalam menggapai cita-cita yang diidamkan semua orang. Dan saya mulai mengikuti perjalanan-perjalanan seperti yang kakak kelas saya sarankan untuk menjadi bagian dari FKUI kedepannya. Saya mulai mengerjakan tugas dengan efeketif, tepat waktu, dan berusaha menjadi tugas yang terbaik. Saya mulai memahami setiap perkataaan guru-guru saya ketika mengajar. Mengulang kembali materi yang diajarkan saat kembali kerumah. Ada satu momen yang membuat semangat saya kembali meronta-ronta. Disaat kelas X, saya mendengar ada pengumuman kaderisasi MPK dan saya tertarik dengan itu. Tapi, banyak yang bilang sebagian besar dari MPK, susah bagi waktunya antara belajar dan organisasi. Tapi saya tetap memberanikan diri untuk mencalonkan sebagai anggota MPK. Dan akhirnya saya berhasil. Dan ternyata benar. Bagi yang belum terbiasa berorganisasi akan sulit untuk beradaptasi dalam membagi waktu antara belajaar dan berorganisasi. Mulai ssat itu juga saya mengikuti les. Setiap hari saya les, jika tidak ada jam les, saya bersama teman saya menambahkan jam pelajaran di tempat les. Istilah lain yaitu konsultasi pelajaran yang belum saya mengerti. Saya berdiam disana, menunggu gur-guru, mendengarkan penjelasannya sampai saya mengerti apa yang saya pelajari dan itu saya atur supaya tidak bentrok dengan jadwal organisasi saya. Di kelas XI saya melanjutkan estafet keorganisasian dengan manjadi anggota OSIS. Tidaklah mudah mengatur jadwal untuk belajar dan OSIS. Butuh manajemen waktu yang baik. Dan di masa ini, semua sempat turun bahkan saya mendengar bahwa jalur SNMPTN itu lewat jalur raport yang tidak pernah turun nilainya. Dan itu membuat saya pesimis. Butuh banyak usaha, motivasi, dan dukungan dari orang lain supaya saya bisa melanjutkan mimpi saya. Tibalah di kelas XII, semua info tentang jalur masuk perguruan tinggi semakin jelas. Saya mengikuti sosial media setiap akun official universitas yang ada di Indonesia. Tapi entah kenapa yang terpaku di hati saya adalah hanya Universitas Indonesia. Semua jalur dijelaskan oleh dia. Dan saya tertarik untuk mengikuti pemeringkatan SNMPTN se-Indonesia yang diadakan oleh tiap akun sosial media. Ketika melihat hasilnya. Waw, aku peringkat dari sekian ratus yang mendaftar. Ternyata banyak yang melebihi dari kita semua. Janganlah kalian sombong karena diatas langit masih ada langit. Saya yakin karena saya adalah peringkat paralel di sekolah saya. Tapi ternyata masih ada yang lebih dari saya. Lebih jauh tinggi. Melihat pernyataan itu, tidak membuat saya patah semangat untuk tetap konsisten berada didalam jalur “FKUI harga mati!”. Itu artinya saya harus berjuang dengan giat. Toh, jalur masuk FKUI tidak cuman satu. Masih banyak jalur-jalur lain yang bisa masuk ke FKUI. Soal-soal SBMPTN terus saya cicil, saya bahas ditempat les, saya pelajari dengan teliti. Sampai akhirnya di pengumuman SNMPTN. Sebetulnya saya tidak berharap banyak di pengumuman ini. Apapun hasilnya saya akan tetap tegar hati.

Jum’at, 22 Maret 2019, itu adalah hari yang menentukan bagi saya dan keluarga saya. Sehari sebelum itu saya terus berdoa agar mendapatkan hasil yang terbaik. Dan tibalah waktunya. Pukul 05.00, setelah sholat shubuh, saya iseng mengecek pengumuman, dan hasilnya hijau. Padahal pengumuman resminya pukul 13.00. jadi saya belum percaya itu. Teman-teman saya bahkan sudah percaya. Keluarga tiba-tiba ada yang langsung memeluk saya. Kebetulan saya disitu sedang bersama keluarga nenek saya karena saya masih tinggal dengan nenek saya. Saya terus sholawatan semoga itu adalah hal yang benar dan saya berharap tidak berubah. Haha. Pukul 11.30, saya menunaikan ibadah shalat Jum’at seperti biasanya. Sesampainya di rumah pukul 13.10, saya langsung dipeluk oleh kakek, nenek, sepupu saya, awalnya saya bingung kenapa, tapi mereka menjelaskan kalau saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sujud syukur, itulah hal yang pertama kali saya lakukan dan langsung memeluk bangga orang orang yang ada disekitar saya. Jujur, saya sedih ketika tidak ada orang tua saya ketika hari yang paling menentukan itu. Sedih banget. Tapi saya tetap bersyukur memiliki keluarga lain yang ikut bangga mendengar kabar itu juga. Tidak lama, saya langsung bergegas menghubungi orang tua saya yang sedang berada di luar kota. Ibu saya bangga sekali dan bahagia sekali sepertinya mendengar penjelasan dari saya. Dan itu lah pertama kali saya bisa meneteskan air mata bahagia kedua orang tua saya yang sebelumnya saya tidak pernah meraakannya di daerah sana. Bangga, sedih, lemas, terharu, gemetar itulah yang saya rasakan. Jujur saya awalnya seneng banget, nangis, sedih, bangga, kaget. Ya bayangin aja, seorang pelajar yg gapernah paralel 1, 2 bisa masuk FKUI yang katanya isinya buat anak OSN, OSP, OSK semua. Dan saya menjadi salah satu bagian dari mereka. Kaget banget dong, unexpected. Langsung meluk nenek kakek saya, dan saya disitu nangis. Baru kali ini saya bikin mereka nangis bangga. Ya kenapa nenek kakek saya, karna saya dulu dari SD tinggal sama kakek nenek saya, ibu saya jauh dari kakek nenek. Kata nenek saya, cepet telpon bunda. Dan saat itu juga saya nelpon bunda dengan bangga, nangis, sedih. Ga lama kemudian, lucu deh. Entah kenapa keluarga saya semuanya, langsung pos di akun sosmed mereka. “selamat ya keponakan kebanggan tante” “bangga banget punya keponakan” “seneng ya aada dokter juga dikeluarga kita”. Saya ngeliatnya nangis. Sedih deh. Dengan hal sekecil itu saya bisa banggain mereka semua. Padahal aslinya banyak bgt perjuangan, drama, lelah, ketiduran, ga tidur di dalemnya. Keren ya. Rencana tuhan itu seindah itu. Worth it pasti

Tapi disisi lain saya merasa takut. Takut kenapa ri? Takut aja. Takut menjadi orang yang sombong dengan itu, orang yang merasa dirinya paling tinggi, orang yang selalu ngomong tentang itu, orang yang merasa bangga dihadapan orang lain, temen yg ngeremehin temennya yang belum dapet kuliah, temen yang mandang yang lain cupu, anak yang merasa paling pinter dikeluarganya, anak yang merasa paling tinggi di keluarganya. Saya takut saya menjadi itu semua. Takut saya gabisa berguna bagi UI. Saya pernah denger, jangan jadikan kampus yang membuat nama kalian besar, tapi jadikan nama kalian yang akan membuat besar kampus itu. Dan menurut saya itu amanah terbesar saya, doain yaa semoga saya bisa beramanah sama tanggung jawab itu. Itu bukan cuman amanah saya saja, tapi amanah satu angkatan FKUI 2019 ini. Semoga kita bisa menjaga amanah dengan baik, bisa membanggakan kampus besar kita. Semoga keluarga juga bisa membantu, mensupport saya dalam kehidupan belajar saya di Universitas Indonesia.

Untuk kedepannya saya memiliki rencana yang mungkin insyaallah akan saya tempuh. Di tahun pertama saya berencana untuk bisa menjadi orang yang tidak cuman aktif dalam kegiatan akademik tapi kegiatan non akademik juga. Dan berencana untuk terus saling membangun kepercayaan tiap mahasiswa/i FKUI 2019 terhadapa saya. Tahun ketiga, saya berencana untuk mengikuti beasiswa student exchange dan terus ikut lomba internasional untuk bekal saya mengikuti kompetisi internasional. Saya juga berncana menyelesaikan skripsi saya tepat waktu dan sesuai ketentuan dosen. Di tahun yang kesepuluh, saya berencana untuk mengambil spesialis. Sangat disayangkan jika dokter tidak mengambil spesialis. Saya ingin mengambil spesialis Orthopedi karena saya punya pengalaman dengan kaki saya. Untuk tahun yang kedua puluh, saya akan menjadi dokter yang berguna bagi masyarakat kampung saya yaitu Tigaraksa, dan menjadi dokter yang bener benar menjadi inspiratif bagi mereka.

Pesan untuk kalian yang ingin masuk FKUI yaitu terus lah belajar dengan giat, sungguh-sungguh, perbaiki hubungan kalian dengan Tuhan kalian masing-masing dan dengan sesama kalian. Tetap jaga sikap kalian jangan sombong, angkuh, terus berdoa, beribadah, dan melakukan yang terbaik. Jangan tunda waktu kalian sedikit pun, karena waktu itu sangat amat berharga bagi kalian. Tetap semangat, istiqomah dalam mengerjakan apapun. Semangat!

“khoirukum anfa’uhum linnaas – sebaik-baik dari kalian adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.” (HR. Bukhori)

Wassalamu'alaikum

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page