top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - Farrel Dyco F

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 8 min read

Perkenalkan nama saya Farrel Dyco Fitrahardy dari SMA Negeri 5 Surabaya. Saya lahir pada tanggal 2 Januari 2001 di Kota Surabaya. Saya memiliki satu orang kakak dan satu orang adik. Menurut saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah salah satu sekolah kedokteran terbaik yang ada di Indonesia. Selain merupakan fakultas kedokteran yang tertua di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas sangat baik. Sebelumnya, saya tidak pernah menyangka akan bias menjadi mahasiswa kedokteran. Jujur, kebanyakan orang telah bermimpi untuk menjadi dokter sejak kecil. Namun, saya berbeda. Kedua orang tua saya bukanlah seorang dokter. Ayah saya bekerja sebagai seorang wiraswasta. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, saya bercita-cita menjadi seorang arsitek dan memiliki niat untuk melanjutkan pendidikan kuliah saya nantinya di Arsitektur UI. Saat duduk di bangku SMP, saya mengubah cita-cita saya. Saya ingin menjadi seorang insinyur sehingga saya ingin melanjutkan Pendidikan kuliah saya di FTTM ITB. Masa SMA adalah masa terbaik sekaligus masa terberat bagi saya. Saat duduk di kelas 10 dan 11 saya mengikuti beberapa kepanitiaan yang diadakan oleh sekolah saya. Saya memiliki teman kelas yang sangat baik. Saat saya duduk di kelas 12, saya diharuskan untuk mengambil keputusan yang akan menentukan jalan kehidupan saya ke depannya. Seperti remaja seusia saya pada umumnya, saya juga masih bersifat labil. Saat awal kelas 12 hingga akhir semester 1 saya ingin melanjutkan pendidikan saya di STEI ITB. Saya ingin mengambil jurusan Teknik Elektro nantinya. Namun, pada akhirnya saya menyadari bahwa saya tidak terlalu suka mata pelajaran fisika. Untuk dapat berkuliah dengan baik di teknik setidaknya saya harus menyukai mata pelajaran fisika. Dibantu dengan pertimbangan dari orang tua saya, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan saya di fakultas kedokteran. Awalnya saya tidak terlalu yakin dalam mengambil keputusan ini mengingat untuk menjadi dokter dibutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak murah. Saya juga tidak ingin membebani orang tua saya. Ada banyak fakultas kedokteran yang berkualitas di Indonesia. Setelah melakukan berbagai pencarian di internet dan dengan berbagai pertimbangan, saya akhirnya ingin melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki biaya semester termurah dibandingkan dengan universitas lainnya di Indonesia. Hal itu juga menjadi salah satu dari sekian banyak alasan saya berkeinginan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Untuk bisa diterima di FK UI jelas tidak mudah. Butuh perjuangan yang sangat berat serta berbagai pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapainya. Saya harus merelakan waktu bermain saya dengan teman-teman SMA saya untuk focus belajar demi menggapai mimpi saya ini. Saya juga harus merelakan nilai-nilai rapor saya dalam SNMPTN dengan memilih FK UI. Saya dan orang tua saya mengetahui dengan baik bahwa saya akan tertolak jika memilih FK UI pada pilihan SNMPTN saya. Meskipun begitu, saya tetap menangis ketika membuka pengumuman SNMPTN tersebut. Orang tua dan teman-teman saya terus memberi saya dukungan untuk tetap semangat dan berjuang. Saya belajar dengan keras dalam persiapan saya untuk mengikuti SBMPTN. Mengetahui bahwa impian saya adalah FK UI, saya mulai belajar untuk SBMPTN pada bulan Desember. Hanya tersisa beberapa bulan sebelum SBMPTN dilaksanakan. Saya mengulang materi SMA saya dengan mendengarkan dan mencatat seluruh materi yang ada di salah satu bimbel online. Saya juga mengerjakan dan mendengarkan pembahasan soal-soal tersebut satu per satu. Saya menyelesaikan hal tersebut pada bulan Januari. Selain itu, saya juga mengerjakan beberapa soal tiap harinya. Saya sedikit menyesal karena baru memulai belajar untuk SBMPTN di bulan Desember. Akibatnya, saat memasuki semester 2, saya sering tidak masuk sekolah untuk mengejar soal-soal yang belum saya kerjakan. Hal ini sebaiknya tidak ditiru. Lebih baik untuk belajar menyiapkan SBMPTN sejak awal. Selain lewat bimbel online, saya juga mengikuti salah satu bimbel offline di Surabaya, yaitu Prosus Inten. Saya mengikuti bimbel ini sejak saya duduk di bangku kelas 10. Tentor-tentor di tempat bimbel saya tersebut membimbing saya dengan baik dan sabar. Saya merasa terbantu dengan mengikuti bimbel ini. Saat di kelas 12, saya mengikuti alur pembelajaran yang telah diatur oleh bimbel saya tersebut. Meskipun sangat banyak materi dan soal yang diberikan, saya merasa senang karena saya menjalaninya dengan teman-teman saya yang sangat supportive terhadap satu sama lain. Saat UTBK 1 dilaksanakan, saya kurang percaya diri saat mengerjakannya. Saat nilai UTBK 1 saya diumumkan, saya belum puas dengan nilai saya terutama di bagian TPS. Saya merasa nilai saya belum cukup untuk dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya berusaha lebih keras saat mempersiapkan UTBK 2. Untuk meningkatkan kemampuan saya di bidang TPS, saya mencoba untuk rajin membaca koran tiap harinya. Saya merasa terbantu dengan melakukan kebiasaan ini. Saya cukup percaya diri saat mengerjakan UTBK 2. Namun, nyatanya nilai yang saya dapat justru lebih buruk dari nilai UTBK 1 saya. Teman-teman saya pun banyak yang mengalami hal serupa. Banyak yang mengatakan hal ini disebabkan oleh sistem penilaian IRT yang ada. Saya akhirnya berpasrah diri dan menerimanya dengan lapang dada. Dalam menentukan pilihan SBMPTN, saya juga mengalami kelabilan. Sempat bertentangan dengan orang tua, akhirnya kami bersepakat untuk memilih salah satu fakultas kedokteran yang ada di Surabaya. Pilihan kedua yang saya pilih saat SBMPTN murni berdasarkan keinginan saya sendiri, yaitu FTTM ITB. Saya sempat bersedih karena setelah perjuangan dan pengorbanan yang telah saya lakukan, pada akhirnya saya sendiri tidak berani untuk memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di pilihan SBMPTN saya. Saya menangis berhari-hari menyesali keputusan yang telah saya buat sendiri. Di saat seperti ini, orang tua dan teman-teman saya selalu memberi saya dukungan untuk bangkit dan terus berusaha di kesempatan terakhir yang saya miliki untuk bisa diterima di Universitas Indonesia, yaitu melalui SIMAK.

Hari-hari menuju SIMAK adalah hari-hari yang terberat selama masa SMA saya. Saat itu, teman-teman saya banyak yang telah diterima di tujuan utama masing-masing. Hal itu juga yang menyebabkan saya termotivasi untuk belajar lebih keras saat persiapan mengikuti ujian SIMAK. Saya masih harus terus berjuang hingga tanggal 21 Juli. Saya tetap rajin datang ke tempat bimbel saya meskipun hanya tersisa sedikit anak yang datang. Saya benar-benar fokus belajar karena saya sadar ini merupakan kesempatan terakhir saya untuk bisa diterima di FK UI. Awalnya saya mempertimbangkan keputusan untuk mencoba SBMPTN lagi tahun depan. Namun, akhirnya saya bertekad untuk memanfaatkan kesempatan terakhir yang ada. Saya hanya memiliki waktu sekitar 10 hari hingga SIMAK dilaksanakan. Saat itu saya harus membaca lagi materi dan soal-soal yang pernah saya kerjakan karena saat menunggu pengumuman SBMPTN, saya tidak membuka buku sama sekali. Saya belajar kurang lebih 10 hingga 12 jam tiap harinya. Saya meletakkan HP saya agar benar-benar bisa fokus. Saya juga menghindarkan diri dari media sosial untuk sementara. Saya melakukan hal ini sebagai hasil refleksi diri saya sendiri selama belajar UTBK kemarin. Saya akhirnya sadar saya masih sering bermain HP hingga larut malam saat mempersiapkan UTBK dulu. Hal itu mungkin yang membuat saya sering kurang fokus dalam belajar. HP dan media sosial adalah distraksi yang cukup besar terutama bagi remaja seumuran saya. Saya tidak ingin melakukan kesalahan-kesalahan tersebut untuk kedua kalinya. Saat mempersiapkan ujian SIMAK UI, saya belajar dengan mengerjakan soal-soal SIMAK UI mulai tahun 2009 hingga 2018. Tidak semua soal bisa saya kerjakan saat belajar, mengingat tingkat kesulitan soal SIMAK yang sangat tinggi. Maka dari itu saya selalu mengecek pembahasan dan mempelajarinya secara berulang. Saya juga sering frustrasi karena tidak bisa menemukan jawaban dari soal-soal tersebut. Hal yang saya lakukan saat itu ialah menangis kemudian tidur. Jenuh ialah hal yang wajar kita alami saat berada di bangku kelas 12 ini. Saat jenuh, saya selalu membuka youtube untuk menonton video-video motivasi yang ada. Saya juga sering menonton video OKK UI tahun-tahun sebelumnya yang membuat saya makin termotivasi untuk bisa diterima di Universitas Indonesia. Selain belajar, saya juga memperkuat ibadah saya kepada Allah swt. Saya menunaikan sholat wajib dan berbagai sunnah yang disarankan. Saya juga meningkatkan hubungan baik saya dengan orang tua serta orang-orang sekitar. Orang tua dan orang-orang terdekat saya lah yang terus memberikan dukungan dan meyakinkan saya untuk terus berusaha menggapai mimpi saya. Tanggal 21 Juli akhirnya tiba. Saya sedikit lebih tenang karena saya telah berpengalaman mengikuti berbagai ujian. Saya juga tetap berdzikir dan berdoa hingga ujian akan dimulai. Hal tersebut telah menjadi kebiasaan saya sejak mengikuti UTBK kemarin. Saat SIMAK UI dilaksanakan, yang pertama kali diujikan ialah kemampuan IPA. Saya hanya mengisi soal-soal yang saya rasa yakin akan benar karena system minus yang ada. Saya mengerjakan kemampuan IPA dengan cukup baik, kecuali di mata pelajaran fisika. Pada mata pelajaran fisika, saya mengisi sekitar 8 nomor dari 15 nomor yang ada. Setelah kemampuan IPA, selanjutnya saya mengerjakan kemampuan dasar. Tidak sesuai dengan ekspektasi saya, soal-soal yang diujikan di mata pelajaran matematika dasar sangat sulit. Tingkat kesulitannya melebihi matematika pada kemampuan IPA. Saya mencoba mengerjakan dua hingga tiga nomor, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, karena saya panik, saya langsung mengerjakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris terlebih dahulu. Setelah selesai mengerjakan soal-soal bahasa, sisa waktu yang ada hanya 15 menit. Saya mencoba untuk tenang dan tetap mencoba mengerjakan soal-soal matematika dasar yang ada. Dengan sedikit panik, akhirnya saya hanya mampu mengerjakan 6 soal dari 15 soal yang ada. Setelah selesai, saya langsung menangis. Pikiran saya sempat kosong saat saya menuli essay SIMAK UI saya. Saya merasa tidak ada harapan lagi bagi saya untuk dapat diterima di FK UI. Hari-hari sebelum pengumuman, saya tetap berdoa tiap waktu kepada Allah swt. Jika memang bukan rezeki saya, saya memohon untuk diberikan kesabaran serta keikhlasan. Saya terus mencoba untuk ikhlas. Beberapa hari berikutnya saya sudah tidak terlalu peduli dengan apa pun hasilnya nanti. Saya sibuk mengerjakan tugas-tugas ospek yang telah diberikan. Hingga akhirnya tanggal 31 Juli pun tiba. Saat itu justru orang tua saya yang merasa panik. Sebenarnya, orang tua saya tidak mengharuskan saya untuk berkuliah di Universitas Indonesia. Namun, melihat keinginan yang besar dan berbagai usaha yang telah saya lakukan, orang tua saya merasa sedih jika saya tidak diterima di Universitas Indonesia yang telah menjadi cita-cita saya sejak SD. Jujur saat itu saya sudah benar-benar ikhlas jika tidak diterima. Pukul 14.00 tepat, saya membuka pengumuman di HP saya. Saya melihat kata selamat, tetapi saya belum berani melihat di prodi apa saya telah diterima. Saat SIMAK UI kemarin, saya memilih tiga pilihan, yaitu kedokteran, ilmu komputer, dan teknik industri. Saat saya mengetahui bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya langsung memberitahu orang tua saya kemudian saya menangis. Saya juga memberi kabar kepada beberapa teman saya bahwa saya telah diterima. Saya sangat bersyukur kepada Allah swt karena telah diberikan kesempatan ini.

Harapan saya setahun ke depan, saya berharap saya dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya berharap saya bisa mendapatkan nilai-nilai akademik yang baik. Saya juga ingin aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi yang ada. Tiga tahun ke depan, saya berharap saya dapat menyusun skripsi yang baik dan bisa lulus dengan predikat cum laude. Sepuluh taun ke depan, saya berharap saya telah kembali ke kota kelahiran saya, yaitu Kota Surabaya. Saya juga berharap saya telah menjalani pendidikan spesialis di sana. Mungkin banyak yang akan bertanya alasan saya ingin melanjutkan kehidupan saya nantinya di Surabaya. Hal itu disebabkan ketika saya meyakinkan diri saya untuk pergi menuntut ilmu di luar kota, saya berkomitmen dengan diri saya sendiri untuk kembali dan mengabdi menjadi dokter yang baik di kota kelahiran saya tersebut. Saya juga berharap saya telah dapat membahagiakan kedua orang tua saya nantinya. Tanpa dukungan kedua orang tua saya, saya tidak mungkin dapat berada di sini, menulis tulisan ini. Dua puluh tahun ke depan saya berharap saya dapat menjadi dokter spesialis yang sukses, memiliki berbagai usaha sukses yang saya kembangkan sendiri. Saya juga berharap dapat menjadi teladan yang baik untuk orang-orang di sekitar saya. Pesan saya untuk yang ingin melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, awalnya saya juga tidak yakin untuk bisa diterima di sini, tetapi saya sadar tidak ada yang tidak mungkin jika kalian terus berusaha keras dan berdoa, serta yakin kepada Allah swt. bahwa nantinya mimpi kalian akan tercapai. Prinsip yang saya pegang sekaligus yang menyebabkan saya sekarang dapat berada di sini ialah lebih baik gagal daripada tidak mencoba sama sekali. Jika saat SNMPTN dulu orang-orang terdekat saya tidak meyakinkan saya untuk memilih berjuang meraih impian saya ini, saya tidak mungkin berada di sini sekarang. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, tentor-tentor bimbel, serta orang-orang yang selama setahun ini telah membantu memberi dukungan kepada saya.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page