top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- FATHUL GANI SANTOSO

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 15, 2019
  • 8 min read

Updated: Aug 15, 2019

NARASI PERJUANGAN


Greetings! Nama saya Fathul Gani Santoso mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019. Sebuah fakultas yang menjadi primadona seluruh pemuda pemudi Indonesia dari berbagai penjuru nusantara. Sebuah sekolah yangmana menjadi saksi sejarah perjuangan pergerakan bangsa. Sebuah tempat yang akan melahirkan calon dokter-dokter pejuang kesehatan masyarakat Indonesia. Sebelum berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya sempat mengenyam bangku pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 106 Jakarta.


Menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah suatu ketidakmungkinan tak terencana yang terjadi sebagai sebuah awal cerita baru dalam perjalanan hidup saya. Bagaimana mungkin seseorang yang ditolak lima perguruan tinggi negeri dan sebuah perguruan kedinasan, seseorang yang gagal menjadi mahasiswa Fakultas Teknik, dan seseorang yang merupakan orang biasa-biasa saja serta berasal dari sekolah yang biasa saja dapat menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Karena kegagalan tersebutlah saya dapat sampai di titik ini meskipun pada mulanya berat rasanya untuk dijalani dan diterima.


Pada saat kegagalan ini, saya merasa berada pada titik terendah dalam hidup saya. Stress, depresi, rendah diri, kehilangan semangat hidup, semua rasa tesebut bergabung menjadi satu. Namun pada suatu titik yang lain saya tersadar bahwa hidup harus tetap berjalan, bahwa hidup tidak selalu tentang apa yang kita ekspektasikan, dan bahwa hidup telah tertulis skenarionya dan kita sebagai pemain skenario tersebut hanya dapat mengikuti apa yang telah ditulis Sang Penulis Skenario. Pada saat titik inilah saya berjanji kepada diri saya sendiri, apapun yang terjadi dimasa depan, saya harus mengikuti SBMPTN 2019 bagaimanapun nanti hasilnya.


Setelah itu saya mulai melanjutkan kehidupan yang baru dengan mengikuti kemauan orang tua saya untuk berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta yaitu Universitas Trisakti. Di kampus ini saya mengambil prodi Manajemen, sebuah prodi yang berlainan arah dengan apa yang saya cita-citakan sewaktu SMA dahulu. Disini, saya menemukan sudut pandang yang baru akan dunia, saya mendapatkan semangat dan rasa kepercayadirian yang telah hilang sebelumnya, saya bertemu dengan orang-orang baru yang selalu mendukung saya dan seperti keluarga kedua bagi saya. Sempat rasanya ingin tidak mengikuti SBMPTN kembali, namun saya merasa bahwa saya harus menepati janji kepada diri sendiri. Bagaimana kita dapat menepati janji kepada orang lain apabila janji kepada diri sendiri diingkari. Sehingga saya harus terus melanjutkan perjuangan.


Pada tahun kedua ini saya memulai perjuangan saya dengan mengenali kembali diri sendiri. Apa sebenarnya kemampuan yang saya miliki, apa penghalang yang menyebabkan saya tidak bisa menjadi teman-teman yang berada pada ‘kesuksesan’, dan bagaimana cara saya mengakali hal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ialah bahan bakar awal saya untuk menempuh perjalanan yang cukup panjang ini. Setelah itu saya membuat goals (goals utama, goals bulanan, dan goals mingguan) dengan strategi yang ternyata sulit untuk dijalani ketika kita berkuliah.


Belajar untuk SBMPTN diiringi dengan berkuliah bukanlah suatu kegiatan yang mudah, ditambah dengan jarak tempuh dari rumah ke kampus yang cukup jauh sekitar 25 km menciptakan rasa lelah dan bosan, namun kondisi tersebut bukan menjadi alasan saya untuk menyerah. Ketika kita tidak bisa melewati suatu jalan, pasti ada jalan lain yang dapat kita tempuh. Meskipun tidak semua goals dapat dicapai, namun saya tetap yakin bahwa apapun yang kita tanam akan kita petik nantinya. Lulus tidak lulus bukanlah suatu perkara besar, melainkan hal yang terpenting bagi saya adalah telah menepati janji saya untuk mengikuti SBMPTN dan menikmati segala proses perjuangan saya yang telah saya lakukan.


Ketika nilai UTBK 2019 telah diumumkan, saya tak menyangka bahwa nilai yang keluar cukup berpotensi untuk masuk ke dalam perguruan tinggi negeri unggulan. Dengan nilai biologi yang menjulang tinggi dibandingkan mata uji yang lain, saya merasa seperti diberi jalan oleh Yang Maha Kuasa untuk mengambil program studi kedokteran yang diwakili oleh perintah Ayah saya, meski saya yakin bahwa Ayah saya hanya berniat agar saya tidak pindah dari kampus sebelumnya. Hal ini pun didukung dengan keinginan saya untuk mengambil program studi teknik berkurang, dan saya semakin yakin untuk memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Padjajaran.


Pada saat pendaftaran SBMPTN, saya masih bercita-cita menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Sehingga saya memilih program studi Pendidikan Dokter Universitas Indonesia pada pilihan pertama dan Pendidikan Dokter Universitas Padjajaran sebagai pilihan kedua karena memiliki daya tampung yang lebih tinggi.


Banyak orang yang menganggap bahwa saya tidak akan lulus kembali di tahun ini jika mengambil Fakultas Kedokteran, bahkan beberapa teman terdekat saya yang mengatakannya dan menyarankan untuk tetap di manajemen. Namun saya selalu yakin, bahwa segala sesuatu pasti telah diatur oleh Yang Maha Kuasa, sehingga bukan kehendak kita semua untuk menentukan apa yang akan terjadi. Bagaimanapun juga lulus atau tidak lulus bukanlah masalah bagi saya.


Waktu berlalu hari pun berganti, tiba saatnya hari pengumuman SBMPTN dimana saya memulai hari dengan rutinitas saya untuk kuliah. Pada hari itu, tepat setelah saya menyelesaikan quiz mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan, saya langsung membuka pengumuman SBMPTN di dalam ruangan kelas. Sebelum hasil pengumuman tersebut keluar, rasa grogi mulai menghantui saya, bagaimanakah kehidupan saya selanjutnya. Muncul keinginan saya agar mendapatkan permohonan maaf dari pihak LTMPT karena sudah nyaman dengan segala sesuatu yang ada di Trisakti. Saya juga tidak berharap lebih karena merasa kecil kemungkinan untuk lolos di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dan juga, berkuliah di manajemen menginspirasi saya untuk menjadi seorang entrepreneur pemerjuang kesejahteraan bangsa yang dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat sekitar, dan negara. Suatu dilema yang terjadi di dalam pikiran saya.

Namun ketika pihak LTMPT telah mengumumkan hasil penerimaan SBMPTN, yang menampilkan barcode serta tertera kalimat “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN LTMPT 2019 di PTN Universitas Indonesia Program Studi Pendidikan Dokter”, seketika waktu terasa berhenti sejenak. Terputar momen satu tahun yang lalu dimana hanyalah kalimat mohon maaf dan semangat yang tertera pada laman pengumuman SBMPTN. Apakah ini suatu khayalan? Apakah ini terjadi secara nyata? Apakah website LTMPT tidak mengalami gangguan? Dan ternyata ini semua adalah nyata adanya dan tidak ada satu kesalahan pun yang terjadi di dalam server maupun kesalahan pribadi dalam membaca. Ini adalah sebuah titik dimana merupakan titik awal perjalanan hidup saya untuk menjadi seorang pemerjuang bangsa, untuk menjadi seseorang dengan gelar “dr”.


Harapan saya di masa depan bagi diri saya sendiri nantinya saya dapat menjadi dokter yang cepat tanggap, andal, dan dengan pribadi yang kuat untuk mengabdi kepada negeri. Menjadi seorang dokter ialah bentuk pengabdian saya kepada NKRI terutama untuk memperjuangkan rakyat Indonesia yang sehat. Harapan saya bagi keluarga saya semoga keluarga saya dapat memahami dan mengerti dedikasi seorang dokter kepada pasien-pasiennya. Saya berharap semoga keluarga saya dapat menjadi langkah awal perwujudan Indonesia yang sehat sesuai dengan ambisi saya. Harapan saya bagi masyarakat Indonesia ialah terwujudnya masyarakat yang sehat meskipun saya sadar dan paham bahwa penyakit akan semakin berkembang dikemudian hari dan tidak dapat musnah 100%. Merupakan tanggung jawab saya sebagai tim medis untuk menghadapi hal tersebut. Dan terakhir, harapan saya untuk angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia semoga kita dapat menjadi garda terdepan masyarakat Indonesia di bidang kesehatan.


Layaknya sebuah tujuan, menjadi pemerjuang kesehatan masyarakat Indonesia ialah cita-cita yang tidak mudah untuk diraih. Butuh adanya suatu rencana untuk menggapainya. Satu tahun yang akan datang, ketika saya menjadi mahasiswa tingkat dua masa pre-klinik dimana sudah memasuki fase blok yangmana mulai fokus ilmunya kedalam dunia kedokteran. Saya harus mempersiapkan diri dan memperteguh niat saya untuk tekun mendalami pembelajaran yang akan diperoleh nanti. Meskipun saya yakin hal tersebut berat, namun saya memiliki rekan-rekan sejawat saya untuk berjuang bersama. Selain itu, menjadi dokter yang cerdas tidaklah cukup. Seorang dokter juga harus memiliki kemampuan communication, basic leadership, dan softskill lainnya yang nantinya penting untuk dimiliki dalam segala kondisi pekerjaan. Softskill-softskill tersebut dapat dikembangkan salah satunya melalui keanggotaan dalam organisasi, terlebih karena dari SMP saya sudah menjadi anggota OSIS, maka menjadi anggota organisasi atau dalam hal ini ialah organisasi BEM atau organisasi kampus lainnya ialah suatu keharusan yang akan saya jalani.


Tiga tahun yang akan datang, ketika saya menjadi mahasiswa tingkat akhir dimana akan mengakhiri masa pre-klinik. Saya sudah harus memiliki rancangan skripsi yang merupakan sebuah syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana. Selain itu, saya juga akan mempertimbangkan untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata sebagai wujud pengabdian saya kepada bangsa. Merupakan suatu hal yang sangat membuat saya tertarik sekaligus tertantang untuk mengunjungi dan berjuang pada daerah yang baru, daerah yang sangat membutuhkan peran saya sebagai calon dokter untuk membantu menjaga kesehatan masyarakat pada daerah tersebut.


Lima tahun yang akan datang, ketika saya menjadi mahasiswa klinik, yang tidak lama lagi akan mengikuti sumpah dokter. Selama masa klinik yang saya jalani, saya harus lulus pada semua stase agar tidak memperpanjang waktu studi dan bersungguh-sungguh menjalaninya. Karena pada masa klinik inilah bekal terpenting saya untuk menjadi dokter nantinya.

Sepuluh tahun yang akan datang, saya mempunyai dua rencana: Pertama, apabila setelah saya mendapat gelar dr. dan berencana untuk menikah sesegera mungkin. Saya akan menunda studi spesialis saya sekitar 2 – 4 tahun. Sehingga pada sepuluh tahun yang akan datang, saya akan melanjutkan studi spesialis Penyakit Dalam di Inggris, karena Inggris merupakan negara yang saya cita-citakan sejak SMA untuk menempuh pendidikan setelah sarjana pada negara tersebut. Kedua, apabila saya tidak berencana menikah sesegera mungkin setelah mendapatkan gelar dr., saya akan melanjutkan studi spesialis saya. Sehingga pada sepuluh tahun yang akan datang, saya sedang berjuang untuk pendidikan spesialis saya.


Dua puluh tahun yang akan datang, ketika sudah menjadi dokter yang berkualitas dan berpengalaman internasional. Saya ingin mengabdi kepada bangsa dan tetap menjalani hobi saya untuk berbisnis. Pada waktu ini saya harus sudah mempunyai bisnis sendiri. Bisnis yang saya impikan adalah sebuah start-up di bidang kesehatan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat memecahkan permasalahan yang ada di masa ini. Memiliki rumah sakit atau klinik milik sendiri yang bertujuan untuk menyamaratakan kesempatan kesehatan di setiap lapisan masyarakat juga salah satu hal yang saya impikan di masa ini.


Saya sadar dan memahami bahwa kehidupan ialah tak pasti dan ekspektasi tidak selalu diikuti dengan realita. Namun yang saya kenali pasti bahwa setiap perjuangan pasti akan membuahkan hasil, dan perjuangan yang dihadapi tidak semudah yang kita harapkan, sehingga saya akan terus berjuang untuk menjadi pionir-pionir pembela kesehatan bangsa.

Pesan saya kepada para calon pemerjuang kesehatan bangsa berdasarkan pengalaman dari kegagalan maupun keberhasilan yang telah terjadi kepada saya ialah:


Pertama, jangan sombong kepada mimpi sendiri. Kita seringkali menganggap mudah suatu perjuangan, atau terkadang kita beranggapan bahwa mimpi orang lain derajatnya lebih rendah dari kita hanya karena orang tersebut bercita-cita kuliah di jurusan yang kita anggap rendah, sehingga kerap menimbulkan perasaan sombong dan menyepelekan. Jika dalam bermimpi yang tidak nyata kita merasa sombong, bagaimana halnya ketika kita sudah mencapai cita-cita kita?.


Kedua, fokus kepada yang sudah pasti. Pernyataan selamat maupun permohonan maaf pada pengumuman seleksi ialah suatu ketidakpastian dan sudah ada yang mengaturnya. Daripada membuang waktu hanya untuk berandai-andai lebih baik kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk proses seleksi yang sudah pasti akan kita tempuh.


Ketiga, kerja cerdas > kerja keras. Apa yang membedakan manusia dengan teknologi?. Manusia memiliki hak dan kemampuan untuk memilih jalan yang ia tempuh dalam penyelesaian suatu pekerjaan atau permasalahan. Sedangkan teknologi dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih cepat, akurat, dan sesuai yang diperintahkan. Sehingga apabila kita hanya bekerja keras di era industri 4.0 yang mengedepankan teknologi, otomasi, dan internet of things (1) akan secara alami tertinggal dengan teknologi karena kecepatan pekerjaan yang dilakukan manusia akan jauh dibawah kecepatan teknologi sekeras apapun usaha kita. Berbeda dengan ketika kita bekerja cerdas, memahami medan yang akan dihadapi, menyiasati segala permasalahan yang ada,memanfaatkan segala teknologi kita akan jauh lebih sukses dengan usaha yang lebih sedikit dibandingkan ketika kita bekerja keras.


Keempat, planning yang terstruktur. Buat rencana yang jelas dengan batas waktunya masing masing. Selalu bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, sehingga apapun perubahan yang terjadi harus dievaluasi. Tentukanlah goals yang sulit untuk diraih, karena menurut teori manajemen The Goal-Setting Theory, tujuan yang spesifik dan sulit ketika diterima akan menghasilkan performance yang lebih baik dibandingkan menggunakan tujuan yang mudah (2).


Kelima, lakukan yang terbaik. Manfaatkanlah setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai menyesal dikemudian hari karena apapun yang telah terjadi tidak dapat diubah. Ketika kita melakukan yang terbaik setiap saat, kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang dapat bisa saja terjadi di waktu yang tak terduga.


Last but not least, Keenam, inilah bagian terpenting dari semuanya, yaitu berdoa. Berdoa dengan ikhlas dan jangan terlalu sering mendikte. Terkadang kita berdo’a secara langsung apa yang kita mau. Padahal hal tersebut belum tentu yang terbaik bagi kita, pasrahkan segala sesuatunya kepada Yang Maha Berkehendak, karena hanya Dia-lah yang mengetahui apa yang paling terbaik untuk diri kita. Dan juga ketika kita semakin pasrah terhadap apa yang kita panjatkan, Allah SWT akan memberi kepada kita semua yang terbaik bagi kita.


Every story begins then ends, The scriptwriter decides all of the actor to leave or stay, but the best ones will be remembered forever as the history” .--- Fathul Gani Santoso, 2019


Referensi:

(1) Nugraha D. Transformasi sistem revolusi industri 4.0. Presented at Workshop Technopreneurship "Road to TBIC 2019". 2018 September 30.

(2) Robbins SP, Coulter MK. Management fourteenth edition.Global ed. London:Pearson. 2018.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page