NARASI PERJUANGAN -- FEBRIYAN NANDA SATRIA
- FKUI 2019
- Aug 16, 2019
- 8 min read
Perkenalkan nama saya Febriyan Nanda Satria biasa dipanggil Briyan. Saya berasal dari SMA Negeri 81 Jakarta Timur. Saat ini saya sedang melanjutkan pendidikan saya di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan saya kesempatan untuk berkuliah di salah satu universitas yang terbaik di Indonesia. Saya juga ingin berterima kasih atas doa dan dukungan dari keluarga, guru, dan teman-teman yang telah menjadi bagian dari perjuanganku selama ini. Berkat doa dan dukungan mereka, saya bisa mewujudkan cita – cita saya sebagai dokter.
Ketika saya SD, cita – cita saya adalah menjadi dokter karena saya ingin menyelamatkan nyawa manusia dan pekerjaan dokter terlihat sangat keren bagi saya. Nilai akademik saya cukup bagus sehingga memotivasi saya untuk terus meraih cita - cita saya sebagai dokter. Pada tahun kelima dan keenam, saya sangat beruntung karena telah diberi kesempatan untuk belajar di luar negeri tepatnya di Amerika Serikat selama 2 tahun. Di sana, saya belajar budaya – budaya baru yang sangat menarik. Saya juga memiliki jaringan komunikasi dengan siswa – siswa yang berasal dari luar negeri. Tidak hanya itu, saya mulai beradaptasi di lingkungan yang baru. Tentunya hal ini tidak semudah yang dipikirkan karena saya harus mengikuti proses yang bertahap dan lama. Terlepas dari itu, saya bersyukur karena saya pernah mengenyam pendidikan di luar negeri.
Ketika saya SMP, saya mulai menghindari kehidupan sosial. Hal ini saya lakukan untuk mengintensifkan dan meningkatkan kemampuan waktu belajar saya. Pada awalnya saya mengalami kesulitan dalam perubahan karakter saya karena saya dikenal sebagai orang yang aktif dalam kehidupan sosial saya selama ini. Namun setelah sekian lama, akhirnya saya bisa mengubah sifat-sifat atau perilaku saya menjadi seorang introvert dan saya mulai menerima diri saya yang baru. Mulai dari situ, saya dikenal sebagai orang yang pendiam atau pemalu. Teman – teman saya mulai melihat potensi diri saya sebagai dokter melalui penilaian – penilaian akademik di sekolah. Saya turut termotivasi untuk menjadi siswa yang lebih baik karena dukungan teman – teman saya. Pengalaman perjuangan pertama kali saya adalah ketika saya berjuang ingin memasuki SMA negeri favorit antara lain SMA Muhammad Hoesni Thamrin, SMA Negeri 8 Jakarta Selatan, dan SMA Negeri 81 Jakarta Timur. Selain itu saya juga mencoba memasuki salah satu SMA terbaik di Indonesia yaitu SMA Taruna Nusantara. Setelah gagal diterima hampir semua SMA yang saya harapkan, akhirnya saya bersyukur karena telah diterima menjadi siswa di SMA Negeri 81 Jakarta Timur.
SMA Negeri 81 Jakarta Timur merupakan salah satu SMA Negeri favorit di Jakarta. Namun memasuki SMA yang favorit merupakan salah satu tantangan bagi saya yang belum pernah saya hadapi. Potensi akademik setiap siswa tergolong sangat tinggi daripada saya. Oleh karena itu, kita harus saling bersaing dan berkompetisi dalam kegiatan belajar setiap harinya. Dari situ, saya mulai menjadi seseorang yang pesimis karena persaingan yang sangat ketat antar siswa – siswanya. Oleh karena itu, saya mulai mengikuti suatu bimbingan belajar yang dapat membantu meningkatkan nilai-nilai akademik saya di sekolah. Pada awalnya saya ingin kuliah di fakultas kedokteran Universitas Indonesia karena menurut pendapat teman-teman dan guru saya Universitas Indonesia memiliki fakultas kedokteran yang terbaik di Indonesia, namun seiring dengan berjalannya waktu saya mulai berpikir untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada karena saya tahu kemampuan akademik saya yang tidak cukup bersaing untuk masuk ke Universitas Indonesia. Adakalanya saya menjadi depresi karena tidak yakin kalau saya bisa menjadi dokter sehingga saya pernah memiliki rencana untuk mengambil teknik kimia sebagai pilihan kedua saya. Dilema antara dunia kedokteran dengan dunia teknik membuat saya stress sehingga berpengaruh pada performa akademik saya di sekolah. Setelah berpikir lama, saya memutuskan untuk tatap berada di jalur kedokteran karena saya telah berkomitmen untuk menjadi dokter ketika saya masih kecil dan komitmen itulah yang terus membara semangatku untuk bekerja keras dan tidak pernah menyerah selama ini.Ada juga teman – teman saya yang terus memberikan semangat untuk tidak melepaskan harapan. Perjuangan saya terus berlanjut selama tiga tahun dan pada akhirnya kita harus berkompetisi dan bersaing untuk mendapatkan bangku kuliah di perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang selama ini kita harapkan.
Ketika saya kelas 12, saya berhasil mendapatkan kuota SNMPTN. Saya memilih Universitas Gadjah Mada sebagai pilihan pertama saya, namun saya belum beruntung karena daya saing yang sangat tinggi. Momen itu merupakan momen awal kesedihan saya karena ditolak oleh perguruan tinggi yang saya inginkan. Tidak berhenti di situ, saya juga mengikuti UTBK bersama teman-teman saya yang belum lolos seleksi melalui jalur SNMPTN. Pada saat UTBK gelombang pertama, saya mengerjakan soal – soal ujian dengan tenang tanpa beban karena saya ingin mendapatkan gambaran-gambaran soal dari UTBK karena angkatan saya adalah angkatan uji coba untuk UTBK yang pertama kali. Hal ini saya lakukan agar saya mulai terbiasa dengan soal – soal yang memiliki standar UTBK. Waktu pengerjaan soal pun sangat minim karena setiap materi memiliki waktu pengerjaan yang berbeda-beda sehingga kita harus cepat berpikir secara logis dan analitis. Ketika pengumuman hasil UTBK gelombang pertama keluar, saya mengalami perasaan yang hancur karena hasil UTBK saya sangat rendah dan jauh dari ekspektasi saya. Dari situ, saya bertekad untuk mengerjakan UTBK gelombang kedua dengan serius dan optimis. Kebetulan bimbingan belajar yang telah saya ikuti mengajarkan cara-cara cepat untuk mengerjakan soal-soal yang berstandar UTBK. Pada saat UTBK gelombang kedua , saya mulai mengarahkan seluruh konsentrasi dan pemikiran saya untuk menjawab soal – soal sebisa mungkin dalam waktu yang singkat. Saya berharap untuk mendapatkan hasil UTBK yang maksimal. Namun, hasil UTBK kedua saya tidak jauh dari hasil UTBK gelombang pertama saya sekitar 3,6 poin. Tentunya hal ini sangat mengecewakan saya. Dari situ saya mulai mengintrospeksi diri sendiri dengan membandingkan nilai-nilai UTBK yang lain dan saya menyimpulkan bahwa saya tidak bisa masuk ke perguruan tinggi negeri yang saya harapkan. Oleh karena itu, saya memilih Universitas Diponegoro sebagai pilihan pertama saya dan Universitas Jember sebagai pilihan kedua saya. Ketika pengumuman SBMPTN tiba, saya sangat sedih menerima informasi bahwa saya ditolak oleh kedua perguruan tinggi tersebut. Namun semangat saya belum berhenti di situ, masih ada jalur ujian tulis yang masih dibuka untuk seleksi mahasiswa baru tahun ajaran 2019/2020.
Setelah pengumuman seleksi SBMPTN, saya sudah mulai berhenti mengikuti bimbingan belajar karena saya mulai sistem belajar otodidak atau belajar sendiri di rumah. Selain itu, saya mulai tidak aktif dalam segala sosial media yang saya punya. Saya juga mengikuti berbagai jalur ujian tulis yang diselenggarkan oleh beberapa perguruan tinggi negeri. Waktu itu, saya belum memiliki rencan untuk melanjutkan studi saya di perguruan tinggi swasta. Pertama, saya mencoba jalur ujian tulis IUP Universitas Gadjah Mada yang diselenggarakan selama dua hari, namun saya tidak lolos dalam seleksinya. Jalur tulis ini diadakan sebanyak tiga gelombang dan saya mengikuti ketiga – tiganya, namun hasilnya tetap sama. Kedua, saya mencoba jalur ujian tulis IUP Universitas Airlangga, namun saya masih gagal. Ketiga, saya mencoba jalur ujian tulis reguler Universitas Airlangga, tetapi tetap gagal. Keempat, saya mendaftarkan diri di Institut Teknologi Sepuluh Nopember karena jalur mandiri ITS hanya memberikan kedua hasil UTBK. Pada awalnya saya ragu – ragu karena di ITS tidak ada fakultas kedokteran sehingga saya memutuskan untuk memilih informatika sebagai pilihan pertama saya, teknik kimia sebagai pilihan kedua saya, dan teknik elektro sebagai pilihan ketiga saya. Pada akhirnya, saya diterima menjadi mahasiswa informatika di ITS. Kelima, Saya mencoba jalur ujian tulis di Universitas Diponegoro dimana saya memilih fakultas kedokteran sebagai pilihan pertama saya dan teknik kimia sebagai pilihan kedua saya. Ketika hasil jalur ujian tulis diumumkan, saya tidak diterima di kedua jurusan tersebut. Keenam, saya mencoba mengikuti jalur ujian tulis Universitas Negeri Sebelas Maret. Pilihan saya sama seperti pilihan saya ketika mendaftar di UNDIP. Ketika pengumuman tiba, saya diterima sebagai mahasiswa teknik kimia UNS. Sejak saat itu, saya hanya memiliki 2 pilihan yaitu sebagai mahasiswa informatika ITS atau mahasiswa teknik kimia UNS.
Ada satu jalur ujian tulis yang ingin saya coba yaitu SIMAK KKI yang diadakan oleh Universitas Indonesia. Namun jadwal SIMAK KKI UI bentrok dengan jadwal ujian tertulis reguler yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada. Tentunya hal ini merupakan keputusan yang sangat sulit dibuat karena salah memilih bisa mengakibatkan penyesalan di kemudian hari. Namun dengan konsultasi keluarga, guru, dan teman saya, saya memutuskan untuk mengikuti SIMAK KKI UI karena saya ingin mencoba hal yang baru yaitu kuliah di luar negeri dan mendapatkan gelar ganda. Tentunya saya belajar dengan tekun untuk mewujudkan harapan terakhir saya. Saya belajar dari pagi hingga larut malam. Saya mengerjakan soal – soal ujian dengan tenang tetapi juga serius. Ketika saya telah selesai mengerjakan soal – soal ujian, saya merasa ada beban yang sudah diangkat. Beberapa hari kemudian, saya mendapat pesan dari sekretariat fakultas kedokteran Universitas Indonesia yang memberitahu bahwa saya telah lolos seleksi pertama dan diundang untuk mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Tentunya saya sangat senang, bersyukur, dan terharu karena usahaku tidak sia – sia. Namun perjuanganku belum berhenti di situ, saya belum bisa merayakan karena saya baru lolos tahap pertama. Tahap kedua yaitu MMPI yang terdiri dari banyak pernyataan telah saya isi sesuai dengan kepribadian diri saya sendiri. Tahap ketiga atau tahap terakhir dalam SIMAK KKI UI yaitu wawancara. Tahap ketiga ini merupakan tantangan untuk saya karena sebagai seorang yang introvert saya harus berani untuk mengemukakan pendapat saya di hadapan orang lain. Tetapi berkat tekad saya yang kuat untuk menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, saya memberanikan diri untuk memberi penampilan terbaik saya dalam wawancara ini. Ketika semua tahapan ujian telah selesai, saya merasa semua beban yang ada di pundak saya hilang. Sekarang hanya menunggu waktu pengumuman. Pada tanggal 5 Agustus 2019 tepatnya pada pukul 14.03, saya memberanikan diri untuk membuka pengumuman di situs UI. Pertama kali saya melihat hasil seleksi SIMAK KKI saya, saya hanya melihat banyak kalimat yang sangat panjang hingga ke bawah. Namun ada satu kata yang menarik perhatian saya yaitu “Selamat”. Perasaan yang saya alami tidak pernah terbayang dalam pikiran saya selama ini. Saya mulai senang dan bersyukur sampai saya lompat dari tempat tidur saya. Orang tua saya juga sangat bangga karena saya telah diterima di salah satu kampus terbaik di Indonesia dengan jurusan yang selama ini saya harapkan yaitu fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Sebelum saya menghadapi ini semua, pandangan saya terhadap FK UI adalah cita-cita yang sangat susah untuk dicapai bahkan mustahil dicapai bagi saya karena kemampuan dan potensi akademik saya yang belum mencukupi. Tapi setelah saya melewati perjalanan yang sangat panjang dimana saya lebih mengalami duka daripada suka, saya mulai percaya bahwa segala sesuatu yang mustahil pasti bisa dilakukan oleh semua orang jika kita memiliki niat yang kuat, usaha yang keras, serta rajin berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya motivasi saya untuk masuk FK UI sudah ada sejak saya masih kecil karena saya ingin meningkatkan jasa pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya di daerah – daerah terpencil seperti Papua. Harapan saya sekarang adalah menjalankan amanah saya sebagai mahasiswa fakultas kedokteran di Universitas Indonesia dengan tekun belajar, rajin mengerjakan tugas, selalu hadir pada setiap pemberian materi di kelas, dan tentunya mengharumkan nama almamater saya sebagai mahasiswa dari Universitas Indonesia. Saya juga ingin membanggakan kedua orang tua saya dengan prestasi – prestasi yang akan saya bawa nanti dan saya ingin selalu merawat serta memberi pertolongan kepada orang tua saya sebagai bentuk rasa terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Tetunya saya ingin berkontribusi dalam peningkatan jasa pelayanan kesehatan di masyarakat Indonesia sebagai dokter yang berkompeten untuk membantu pertolongan medis bagi seseorang yang membutuhkannya. Harapan saya untuk teman – teman angkatan FK UI angkatan 2019 adalah saling peduli terhadapa satu sama yang lain, bekerja sama untuk menghasilkan dokter – dokter yang berkualitas di seluruh Indonesia, dan terus menjalin komunikasi satu sama lain ketika kita semua sudah lulus dan mendapatkan IPK sesuai dengan harapan kita masing – masing. Karena saya adalah mahasiswa di kelas khusus internasional, rencana saya adalah menerapkan ilmu – ilmu medis yang saya dapat dari luar negeri di Indonesia untuk meningkatkan kualitas jasa pelayanan kesehatan di Indonesia yang mampu bersaing dengan skala internasional.
Pesan saya untuk semua siswa yang sekarang duduk di bangku SMA dan ingin melanjutkan studinya di fakultas kedokteran Universitas Indonesia adalah jangan pernah menyerah dan teruslah berjuang karena suatu hari nanti seluruh usaha dan keringat yang telah kalian perjuangkan tidak akan sia – sia. Saya sudah membuktikan bahwa saya bisa menjadi mahasiswa FK UI berkat usaha dan perjuangan saya yang tak kenal lelah. Jangan lupa untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena semua rencana kehidupan kita berada di tangan Tuhan, jadi jangan lupa untuk menyempatkan waktu kalian untuk berdoa dan beryukur atas segala kelimpahan rahmat yang telah Ia berikan.
“Keep fighting for what you believe is right and never give up."
Comments