Narasi Perjuangan -- Hafsa Hapsari
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Halo, perkenalkan nama saya Hafsa Hapsari, biasa dipanggil Hafsa. Saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun ini (2019) lewat jalur penerimaan Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI). Saya bersekolah di Sekolah Menegah Atas Negeri 3 Bandung selama dua tahun, dengan tahun masuk 2016. Saya mengikuti SBMPTN 2018 dengan pilihan pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat masa persiapan SBMPTN 2018, saya merasa sudah siap dan yakin mampu mengerjakannya dengan baik. Sayangnya, saat hari ujian saya mengalami demam panggung, saya merasa gugup dan tidak bisa fokus mengerjakan soal. Hasilnya, saya tidak diterima pada SBMPTN 2018. Namun, perjuangan saya di tahun 2018 belum selesai. Saya mengikuti Ujian Tulis UGM, Seleksi Masuk UNS, PPMB Unair, dan Ujian Mandiri Undip dengan pilihan pertama di semua universitas yaitu jurusan Kedokteran. Saat itu, ujian SIMAK hanya mebuka kelas paralel, sedangkan ujian untuk S1 kelas reguler tidak diselenggarakan, jadi saya tidak mengikuti seleksi masuk UI jalur mandiri.
Saya mengikuti ujian tulis di Yogyakarta dan mendapat lokasi ujian di Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak seperti saat SBMPTN 2018, saya bisa mengerjakan soal-soalnya dengan tenang dan lancar sehingga saya merasa optimis akan diterima. Akan tetapi takdir berkata lain, saya yang sebelumnya tidak mengetahui sistem pengumpulan jawaban tidak mempertanyakan saat pengawas mengambil LJK sebelum soal TPA dikerjakan sehingga jawaban subtes TPA milik seluruh peserta satu kelas tidak dipindahkan ke LJK. Setelah mengetahui teman-teman yang lain menuliskannya jawaban TPA di LJK, saya mendatangi panitia, dan dijanjikan jawaban peserta akan dipindahkan ke LJK masing-masing.
Tibalah hari pengumuman ujian-ujian mandiri yang saya ikuti. Saya lolos di jurusan Biologi UNS dan Keperawatan Unair yang seleksinya memakai nilai SBMPTN. Termyata hasil ujian tulis, yang mana saya optimis lolos dan diterima, di luar yang saya bayangkan. Saya tidak diterima bahkan di pilihan ketiga. Hasil terakhir yang diumumkan adalah ujian mandiri Undip. Saya juga tidak lolos di pilihan manapun. Saat itu, mental saya cukup jatuh. Saya tidak menyangka tidak diterima di jurusan Kedokteran universitas manapun. Saya merasa telah mengecewakan kedua orang tua saya yang telah banyak mengorbankan apa yang dimilikinya, termasuk tenaga dan biaya. Setelah merenung dan mempertimbangkan bahwa inilah jalan terbaik yang Allah pilihkan untuk saya, saya dan orang tua sepakat bahwa saya akan cuti selama satu tahun untuk mempersiapkan diri mengikuti SBMPTN 2019.
Saya mulai mencari info bimbingan belajar untuk alumni dan menjatuhkan pilihan ke lembaga bimbingan belajar terkenal di Bandung. Tidak hanya itu, saya mengumpulkan info penerimaan mahasiswa baru lewat jalur mandiri sebagai cadangan jika saya gagal lagi di SBMPTN 2019. Selama cuti, saya tidak hanya mengikuti bimbel, tetapi juga mengikuti latihan rutin bela diri yaitu taekwondo dan les persiapan TOEFL. Selain untuk mengisi waktu agar tidak bosan, saya juga ingin meningkatkan dan memperkaya kemampuan saya.
Pola pikir saya dan orang tua saya banyak berubah pasca tidak diterimanya saya di fakultas kedokteran mana pun. Saya dan orang tua setuju bahwa tahun ini (2019) mau tidak mau saya harus kuliah di mana pun itu. Karenanya, saya mengikuti banyak tes masuk sekolah tinggi negeri, saya mengikuti ujian masuk Poltekkes Bandung, Politeknik Negeri Bandung, hingga tes masuk Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN). Akan tetapi, saya tetap fokus pada tujuan awal yaitu SBMPTN 2019.
Seperti yang telah diketahui, SBMPTN 2019 menerapkan sistem baru sekaligus dimanfaatkan sebagai ajang uji coba. Sistem ini mempunyai beberapa dampak positif, salah satunya peluang diterima di PTN pilihan semakin tinggi karena kita memilih berdasarkan nilai yang didapat. Singkat cerita, setelah mengikuti dua kali ujian saya mendapat nilai UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) yang relatif tinggi. Akan tetapi, karena saya tidak mengetahui nilai peserta SBMPTN yang lain dan rasa takut akan ditolak lagi, saya mengasumsikan bahwa nilai saya tidak cukup tinggi untuk mendaftar ke FK UI. Saya tidak ingin mengambil risiko gagal lagi jika nekat memilih FK UI. Akhirnya, pilihan pertama saya jatuh kepada FK UNS. Saya pikir akan mengejar FK UI di jalur mandiri. Setidaknya jika saya gagal masuk FK UI, saya tetap bisa mencapai cita-cita saya yaitu menjadi dokter.
Tidak seperti tahun sebelumnya yang harus menunggu dua bulan sampai pengumuman SBMPTN, SBMPTN 2019 hanya mempunyai jeda waktu dua minggu dari awal mendaftar sampai waktu pengumuman. Menjelang pengumuman banyak desas desus mengenai proses penilaian SBMPTN, mulai dari pembobotan hingga nilai UTBK mana yang akan diambil. Karena saya berpendapat bahwa tidak akan ada yang berubah jika kita memperdebatkan isu tersebut, saya tidak menghiraukannya dan lebih memilih untuk fokus berdoa serta mempersiapkan ujian mandiri universitas lain.
Hari pengumuman tiba. Saya mengisi waktu sambil berlatih soal-soal persiapan Ujian Tulis UGM. Alhamdulillah, saya diterima di jurusan Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Saya langsung berlari memeluk ibu saya yang sedang tidur. Saya bersyukur karena dengan diterimanya saya bisa mengikuti ujian mandiri tanpa beban yang terlalu berat. Namun, karena sejak awal ambisi saya adalah untuk berkuliah di UI saya tetap mengikuti beberapa ujian mandiri, di antaranya ujian mandiri UI, Unair, UGM, dan ITB.
Lagi-lagi ada satu peraturan yang baru diberlakukan tahun 2019, yaitu siswa yang telah diterima di SBMPTN 2019 tidak bisa diterima di universitas lain. Hasilnya, saya tidak diterima di UGM, ITB, maupun Unair. Karena hasil SIMAK UI diumumkan setelah daftar ulang UNS, saya harus pergi ke Solo untuk mengurus berkas-berkas. Ditolaknya saya di beberapa ujian mandiri membuat saya sedikit demi sedikit melupakan impian saya untuk kuliah di UI. Saya dan orang tua sudah tidak terlalu menunggu dan mengharapkan hasil SIMAK UI. Akan tetapi, akhirnya perjuangan saya terbayarkan. Saya yang sedang tidak bisa membuka pengumuman, diberitahu oleh ibu saya yang pertama kali membuka pengumuman. Sampai sekarang masih terbayang ekspresi bahagia dan terharu dari ibu saya. Begitu pula dengan ayah saya. Beliau bercerita saat dikabari bahwa saya diterima di FK UI, beliau sampai sempat tidak fokus bekerja saking senang dan tidak percayanya.
Mungkin sebagian dari para pembaca bertanya-tanya mengapa saya begitu ingin bersekolah di FK UI hingga rela menunda berkuliah. Pertama saya akan menjelaskan mengapa saya ingin menjadi dokter. Menurut saya, dokter adalah orang yang memiliki kemampuan yang akan berguna di mana pun mereka berada. Saya ingin menjadi seperti itu, menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama kapan pun dan di mana pun. Untuk mendukung semua itu, menurut saya FK UI adalah tempat terbaik untuk memulainya. Selain dikenal sebagai fakultas kedokteran tertua di Indonesia, FK UI juga merupakan fakultas kedokteran terbaik untuk saat ini. FK UI juga sudah mencetak banyak dokter berkualitas dan memiliki integritas tinggi. Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia juga aktif dalam melakukan peneliitian-penelitian dalam bidang kesehatan demi mengikuti perkembangan dunia medis yang selalu berubah-ubah. Seperti yang sudah disinggung di atas, sebagai fakultas kedokteran tertua, FK UI tentunya berpengalaman dalam mendidik orang-orang yang akan menjadi dokter. FK UI membuktikan ialah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia lewat kekonsistenannya berada di posisi puncak daftar universitas terbaik hasil survei rutin beberapa lembaga.
Menurut saya Universitas Indonesia juga sangat mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Mengapa? Karena Universitas Indonesia menetapkan besaran uang kuliah yang relatif lebih rendah dari pada universitas lain. Rendahnya biaya kuliah tidak menurunkan kualitas dan mutu yang diberikan oleh Universitas Indonesia. Ini jugalah salah satu alasan saya memilih FK UI. Saya ingin meringankan beban orang tua saya. Di sisi lain Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki jarak yang cukup dekat dengan rumah saya, dibandingkan universitas lain seperti UGM, Undip, apalagi Unair. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena saya yang merupakan anak tunggal sangat dikhawatirkan oleh orang tua saya jika saya harus tinggal sendiri jauh dari rumah.
Diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah mimpi banyak orang. Yang artinya semakin banyak sainganmu untuk berebut kursi. Tentunya perjuangan yang sangat besar harus dilakukan. Kamu harus keluar dari zona nyamanmu, meninggalkan kebiasan-kebiasaan yang dapat menghambat keberhasilan. Saat kamu bermalas-malasan, ribuan orang sainganmu sedang belajar hingga tengah malam. Suatu saat, kamu akan merasa jenuh dan lelah, tetapi ingatlah apa yang sejak awal menjadi alasanmu untuk memulai perjuangan ini.
Tentang strategi belajar, semua orang punya cara masing-masing yang cocok untuk dirinya. Kita harus mencari tahu cara belajar seperti apa yang akan lebih efektif, efisien, dan cocok untuk diri sendiri. Pada umumnya, tingkat pemahaman terbagi menjadi beberapa tingkat. Mengetahui adalah tingkat pemahaman yang relatif rendah, sedangkan saat kita bisa menjelaskan suatu hal itu artinya tingkat pemahaman kita berada pada level yang tinggi. Kalian bisa mempraktikannya denan berbicara di depan cermin atau merekam video diri sendiri.
Selain cara belajar, kita juga harus menentukan target, topik apa yang sudah harus kita kuasai dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan sumber yang saya baca, belajar beberapa bab yang masih berkaitan lebih baik dari pada berganti-ganti mata pelajaran tiap satu bab. Hal ini karena bab-bab tersebut saling terkait dan berhubungan satu sama lain. Untuk menguji pemahaman, kerjakanlah semua soal tiap bab. Jangan lupa untuk selalu meninjau ulang apa yang telah dipelajari. Perbanyak latihan soal juga penting untuk dilakukan. Kegiatan tersebut bisa melatif refleks otak dan tangan kita. Banyak berlatih juga memperluas jangkauan atau pengetahuan kita tentang berbagai jenis soal yang mungkin keluar.
Terakhir, cobalah mengajarkan atau lakukan diskusi kelompok dengan teman-teman. Selain bisa membantu teman yang kesulitan atau yang belum paham, praktik ini juga bisa meningkatkan pemahaman kita terhadap suatu hal. Semua usaha di atas tentunya harus selalu diiringi dengan doa. Restu ornag tua wajib didapat. Juga jangan pernah lelah meminta kepada Allah SWT.
Saya berharap ke depannya saya akan menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, menjadi orang yang terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Saya juga berharap dapat mempertahankan sifat baik yang sudah saya miliki. Saya juga ingin menjadi orang yang peduli pada lingkungan sekitar, memiliki integritas, jujur, dan bersikap aktif dalam setiap kegiatan. Selain itu, saya juga ingin menjadi dokter yang profesional, bisa berkomunikasi dengan baik dengan pasien, teman sejawat, maupun orang-orang di sekitar. Saya berharap orang tua saya panjang umur dan selalu diberi kesehatan serta perlindungan. Saya juga ingin membalas kebaikan,yang sebenarnya tidak akan pernah lunas. Semoga orang tua saya tetap menjadi orang tua yang suportif dan edukatif. Saya sebenarnya tidak ada dalam posisi mengomentari sikap orang lain. Akan tetapi, masyarakat yang berpegang pada norma dasar, memiliki prinsip, dan menghindarkan diri dari hal yang buruk tentunya akan dapat mebentuk lingkungan yang baik dan sehat.Saya harap rekan-rekan sejawat FK UI 2019 tetap menjaga persatuan, sikap solid, kebersamaan, sikap saling menghormati dan menghargai, dan sikap menganggap teman sejawat sebagai saudara kandung.
Diterimanya saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bukanlah sebuah akhir dari perjuagan. Akan tetapi, ini merupakan peristiwa yang menandai dimulainya perjuangan yang tentunya akan lebih berat dan lebih melelahkan. Saya harus menentukan target apa yang harus dicapai agar kegiatan yang saya lakukan kedepannya rapi, teratur, dan tidak menyia-nyiakan waktu.
Untuk satu tahun ke depan, saya berencana menyesuaikan diri dengan lingkungan agar bisa mendapat IP yang memuaskan. Saya mendengar rumor bahwa tahun pertama adalah waktu paling santai relatif dibandingkan tahun selajutnya. Oleh karena itu, saya ingin mencoba mengikuti unit kgiatan mahasiswa dan perkumpulan yang menarik minat saya. Saya ingin meningkatkan kemampuan bela diri dan menargetkan satu tahun saya akan lolos tiga ujian kenaikan tingkat. Saya juga ingin banyak mengikuti banyak simposium tentang dunia medis modern, juga seminar tentang cara mengasah softskills.
Saya berencana sudah memiliki gambaran mengenai skripsi yang akan saya kerjakan tiga tahun ke depan. Saya juga ingin menjadi orang yang produktif dengan memenangi berbagai macam lomba, baik di bidang bela diri yang saya geluti maupun lomba bertema kedokteran. Saya juga berencana meninjau ulang apa yang sudah saya pelajari sejak awal kukiah. Tujuannya adalah untuk mematangkan pemahaman dam pengetahuan untuk menyusun skripsi dan mempersiapkan diri melakukan pendidikan klinis. Sepuluh tahun ke depan saya harap sudah lulus pendidikan spesialis dan bekerja di rumah sakit besar untuk menambah pengalaman. Saya juga ingin melanjutkan studi S2 dan S3 sembari aktif memberi kuliah umum kepada orang banyak.Saya tetap ingin bekerja di rumah sakit dua puluh tahun yang akan datang. Saya berencana rutin berkeliling membuka praktik pemeriksaan kesehatan ke daerah yang sulit mengakses fasilitas kesehatan. Saya juga ingin memiliki poliklinik tetap.
Akhir kata, saya yang sebenarnya masih banyak kekurangan ini berharap semoga pengalaman yang saya tuangkan ke dalam bentuk narasi perjuangan, yang awalnya dibuat untuk memenuhi tugas ini, dapat menjadi inspirasi, motivasi, dan penyemangat untuk teman-teman di luar sana. Teruslah berjuang. Seperti kata pepatah, ada banyak jalan menuju roma. Jika terjatuh, kita harus segera bangkit dam memulai lagi. Cobalah semua jalan yang tersedia. Karena jika hal yang diinginkan memang ditakdirkan untuk kita, kita pasti akan mendapatkannya bahkan melalui jalan yang tidak pernah kita bayangkan sekali pun.
Comments