top of page
Search

Narasi Perjuangan - Keysha Selia Puteri Harahap

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 10 min read

Nama saya Keysha Selia Puteri Harahap, biasa dipanggil Keysha atau Echa untuk teman dekat. Saya lahir 16 tahun lalu di Jakarta pada 17 Desember tahun 2002. Mungkin banyak orang akan bertanya, mengapa saya bisa 2 tahun lebih muda dari rata-rata mahasiswa baru angkatan 2019, hal itu dikarenakan saya mengikuti program akselerasi sebanyak dua kali saat SD dan SMP. Saya melanjutkan studi saya selama tiga tahun di SMAN 8 Jakarta, dan disinilah juga saya melakukan perjuangan terbesar saya demi meraih mimpi memasuki FKUI. Saya berasal dari keluarga hukum, dimana hampir semua anggota keluarga besar saya lulusan FHUI dan berprofesi sebagai pengacara, hakim agung, dan jaksa. Bahkan, saya merupakan satu dari dua anggota keluarga besar saya yang memilih peminatan MIPA di SMA. Sejak kecil, saya sudah menunjukkan perbedaan saya dibandingkan anggota keluarga saya yang lain, disaat kedua kakak saya sangat menyukai pelajaran IPS dan tidak jago dalam pelajaran IPA, saya malah sangat menyukai pelajaran IPA dan tidak menyukai pelajaran IPS. Sejak SD pun saya mulai mengikuti lomba – lomba biologi dan sempat berkompetisi di OSN Biologi tingkat provinsi. Semakin dewasa, saya semakin menyukai biologi, terutama mempelajari tentang organ – organ tubuh dan apapun yang berkaitan dengan kesehatan manusia. Saat saya sudah SMA, mimpi saya pun semakin terlihat jelas, saya ingin sekali menjadi dokter. Tidak ada alasan jelas mengapa saya ingin menjadi dokter, tetapi banyak hal – hal kecil di hidup saya yang menunjukan bahwa dokter lah profesi yang saya inginkan. Hal – hal kecil tersebut seperti, menyukai pelajaran biologi terutama materi organ dan kesehatan manusia, kepuasan saya saat bisa menolong seseorang, keresahan saya saat mendengar bahwa terdapat banyak masalah kesehatan di Indonesia, dorongan almarhumah nenek saya yang sangat menginginkan cucu nya menjadi dokter, dan hal – hal lain yang tidak bisa saya sebutkan seluruhnya.

Awalnya, saya hanya ingin menjadi dokter, tetapi saya tidak tahu harus masuk kampus yang mana. Bisa dilihat bahwa fakultas kedokteran di universitas manapun sangat susah untuk ditembus dikarenakan passing gradenya yang sangat tinggi. Saya berpikir bahwa “masuk kuliah fakultas kedokteran saja sudah susah, apalagi masuk ke FKUI yang notabene adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia”. Pandangan saya terhadap FKUI hanya berisi dengan seberapa tinggi dan prestisnya FKUI. Saya sendiri memandang FKUI sebagai fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia, mungkin bukan hanya saya yang berfikir seperti itu, melainkan hampir semua orang di SMA saya.

Banyak hal yang mendorong saya untuk masuk FKUI, baik dari diri sendiri, orang terdekat di sekitar saya, maupun dari keadaan yang terjadi di Indonesia. Dimulai dari diri sendiri, motivasi masuk FKUI diawali dari keinginan saya untuk menjadi dokter dan memasuki kampus terbaik di Indonesia. Bisa dilihat dari penjelasan saya sebelumnya, bahwa dari kecil saya memang sudah memiliki cita – cita untuk menjadi dokter. Namun, keinginan dari diri saya untuk masuk FKUI baru muncul saat SMA, disaat semua orang membicarakan tentang seberapa hebat dan prestisnya FKUI, disaat itu juga saya bisa menyimpulkan bahwa saya ingin masuk FKUI. Motivasi juga datang dari orang tua saya, ayah saya menginginkan salah satu anaknya untuk memecahkan tradisi keluarga kami yang selalu masuk jurusan IPS dan masuk jurusan hukum saat kuliah, beliau juga mendorong saya semenjak kecil sampai dewasa untuk masuk ke rumpun kesehatan saat kuliah. Walaupun tidak memaksa, tetapi ayah saya juga sangat menginginkan saya masuk Universitas Indonesia, hal ini dikarenakan beliau merupakan alumni FHUI saat S1 maupun S2, beliau ingin saya merasakan kekeluargaan dan kebahagiaan yang beliau rasakan saat mengenyam pendidikan di UI. Motivasi juga diberikan oleh ibu saya, dulu ibu saya gagal masuk FKUI dan akhirnya beralih mengambil pendidikan D3 jurusan persalonan. Oleh karena itu, ia melimpahkan mimpinya kepada saya untuk memasuki FKUI. Sudah kewajiban saya sebagai anak untuk membahagiakan dan mewujudkan harapan orang tua saya, maka itu harapan – harapan mereka saya jadikan motivasi besar untuk berjuang masuk ke FKUI.

Selain keluarga inti, keluarga besar pun memainkan peranan penting dalam memberikan motivasi kepada saya. Tante saya merupakan salah satu dosen besar di Universitas Indonesia di fakultas farmasi, beliau bernama Yahdiana Harahap, ia ingin sekali saya untuk mewujudkan mimpinya dahulu, yaitu masuk FKUI dan menjadi dokter. Kakek dan almarhum nenek saya juga mendorong saya untuk menjadi dokter, mereka sangat kecewa saat cucu mereka tidak ada yang berkecimpung di dunia MIPA dan kesehatan. Saat mereka melihat saya mengambil jurusan IPA di SMA, mereka langsung menaruh harapan besar terhadap saya untuk masuk ke fakultas kedokteran, terutama FKUI, karena kakek saya sendiri merupakan lulusan FHUI. Dorongan – Dorongan mereka umpama bahan bakar untuk saya berjuang meraij FKUI, tanpa mereka mungkin saya belum berada di tempat ini sekarang.

Mungkin saat SD dan SMP saya bisa dikategorikan sebagai anak pintar, nerd, dan lebih memilih kehidupan akademis daripada kehidupan sosial. Namun, hal itu semua berubah saat SMA, walaupun saya masuk SMAN 8 Jakarta, saya bukan termasuk anak yang pintar dan rajin. Saat kelas 10 nilai saya masih bisa dibilang bagus walaupun menurun drastis disbanding saat SMP, saya masih mendapat ranking 5 dari 36 orang saat semester satu dan ranking 4 dari 36 orang saat semester dua. Namun, semua hal berubah saat kelas 11, saya sangat fokus menjalankan organisasi, terlebih lagi saya terpilih menjadi wakil ketua divisi subseksi PUAPALA yang notabene sangat sibuk dan sangat menguras tenaga fisik. Pada tahun ini pun, saya benar – benar memanfaatkan masa SMA saya untuk bersenang – senang, saya pergi dengan teman – teman hampir setiap hari dan jarang memikirkan pekerjaan sekolah. Saya juga sering bolos sekolah dan mendapat nilai buruk saat tes, akhirnya hal ini pun berdampak pada nilai rapot dan ranking saya di kelas. Saya mendapat ranking 19 dari 36 orang di kelas, hal ini membuat saya merasa terpukul dan ingin memperbaiki cara belajar saya.

Kelas 12 pun datang, saya berkomitmen untuk memperbaiki cara belajar, meningkatkan frekuensi belajar, dan mulai lebih fokus terhadap kehidupan akademis daripada kehidupan sosial. Usaha saya memperbaiki pola belajar terbayarkan saat saya kembali mendapat 10 besar di kelas dan masuk ke dalam 40% kuota SNMPTN. Jujur, saya tidak berharap banyak pada jalur SNMPTN, karena banyak orang di SMAN 8 Jakarta yang lebih pintar dan lebih pantas untuk diterima di FKUI lewat SNMPTN dan saat nilai akumulasi seluruh siswa yang mendaftar FKUI di SNMPTN di urutkan, saya mendapat peringkat ke 14, sedangkan biasanya FKUI hanya mengambil sekitar empat samapai sembilan orang pada tahun – tahun sebelumnya. Selain mendaftar jalur SNMPTN, saya juga mendaftar lewat jalur Talent Scouting. Saat itu, semua orang menyangka bahwa saya pasti akan diterima lewat jalur ini. Jujur, saya juga percaya diri akan diterima lewat jalur Talent Scouting karena jika dilihat dari segi nilai, nilai saya paling tinggi diantara lima murid SMAN 8 Jakarta yang dipanggil ke tahap interview, saya kira juga bakat Bahasa inggris saya lumayan bagus, dan essay saya pun lengkap dan mendetil.

Hari pengumuman SNMPTN pun datang, walaupun saya sudah pasrah, rasa berharap masih tetap muncul di dalam hati kecil saya. Saya hanya bisa pasrah dan menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa karena saya yakin apapun yang terjadi sudah menjadi takdir-Nya. Saat saya datang ke sekolah, saya duduk diantara teman – teman saya yang sudah tegang tidak karuan, pada pukul sepuluh kami semua sepakat akan membuka hasil SNMPTN bersama – sama. Saya pun membuka pengumuman SNMPTN saya, mengecewakan tapi tidak mengejutkan, saya mendapat warna merah yang menyatakan bahwa saya harus mencoba di jalur SBMPTN. Saya tidak begitu sedih karena saya sudah menebak bahwa saya tidak akan diterima, terlebih teman – teman saya juga hanya satu yang diterima di jalur SNMPTN. Namun, rasa iri dan sedih menghampiri saya saat kakak saya tanpa diduga diterima di jurusan hukum Universitas Indonesia jalur SNMPTN. Selama ini orang – orang selalu menganggap saya jauh lebih pintar dan lebih rajin daripada kakak saya, tetapi kakak saya lah yang diterima di SNMPTN. Bayangkan betapa sedihnya saya saat orangtua saya membuat acara perayaan untuk merayakan masuknya kakak saya di FHUI, saya harus menahan rasa malu saat orang – orang bertanya “lah, kok malah Keysha yang tidak diterima, kan dia yang pintar?” dan saya harus menahan tangis saat orang lain berkata “Keysha sekarang kalah ya dengan Shafa”. Namun, semua masih bisa saya tahan karena harapan terbesar saya, Talent Scouting, akan diumumkan pada hari esok.

Sejujurnya, saya merasa kecewa dengan interview Talent Scouting saya, banyak kata kata yang tifdak terangkai dengan baik, banyak bahasa inggris yang salah, dan terdapat pertanyaan yang tiadk terjawab dengan baik. Namun, saya menang dari segi nilai rapot sehinga saya masih menaruh harapan besar terhadap Talent Scouting. Hari pengumuman pun datang, rasa deg – degan dan khawatir tidak dapat dihindari. Saat jam dua pas saya langsung membuka pengumuman, tanpa diduga, saya mendapat kalimat penolakkan. Rasa kaget, panik, kecewa, sedih, tidak percaya, marah, dan takut bercampur aduk menjadi satu. Saya terdiam selama beberap detik sebelum akhirnya menangis sepuas – puasnya, hati saya dipenuhi dengan rasa tidak percaya. Susah sekali untuk bangkit dari dua penolakkan sekaligus, saya benar – benar jatuh ke titik nadir dalam hidup saya.

Dengan bantuan teman – teman dekat dan guru bimbingan belajar, akhirnya saya mulai bangkit secara perlahan – lahan. Demi mempersiapkan diri menghadapi UTBK, saya belajar di bimbingan belajar enam hari seminggu dari jam tujuh sampai jam dua belas, lalu dilanjutkan dengan diskusi bersama – sama sampai kira – kira jam Sembilan malam. Setiap hari saya habiskan dengan belajar dan mengerjakan soal – soal yang saya anggap susah, setiap hari pasti saya lalui dengan rasa lelah tetapi bahagia. Walaupun berat dan melelahkan, kalau saya diberi kesempatan untuk memutar waktu dan diterima lewat SNMPTN atau TS, saya akan menolak. Menurut saya, masa – masa belajar UTBK merupakan masa – masa terindah dalam hidup saya, pada saat ini saya bisa mengeluarkan seluruh tenaga saya untuk belajar demi mengejar FKUI, pada masa ini saya bisa berkumpul dengan teman – teman untuk belajar bersama dan bertukar beban, dan pada masa ini juga lahirlah memori – memori indah persahabatan dan kekeluargaan antara sesama pejuang UTBK. Lama – kelamaan nilai try out saya mulai naik, sampai akhirnya saya bisa mencapai peringkat 8 dari 4000 lebih orang dengan nilai 68%. Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri saya untuk mengerjakan UTBK pertama pada keesokan harinya.

Singkat cerita, saya merasa bisa mengerjakan UTBK dan percaya diri dengan hasilnya. Tidak ada sedikitpun rasa takut dan ragu saat membuka hasil UTBK pertama. Namun, tanpa disangka – sangka, hasil yang keluar tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Nilai yang keluar terdiri dari satu 400-an, dua 500-an, dua 600-an, dan dua 700-an, dengan rata – rata nilai 647,25. Realistis saja, dengan nilai rata – rata 650 sudah tidak ada harapan bagi saya untuk masuk FK universitas Pulau Jawa, terlebih lagi FKUI. Sudah tiga kegagalan saya alami, rasa sedih yang saya alami sudah tidak dapat dibendung lagi. Setelah membuka hasil UTBK pertama, saya langsung jatuh sakit dan dirawat selama lima hari. Sudah sulit bagi saya untuk bangkit, disaat itu saya merasa dunia tidak adil kepada saya. Saya sudah belajar sekuat tenaga, tetapi saya masih diberi kegagalan.

Perjalanan belum berakhir, masih ada UTBK kedua. Persiapan saya tidak se-serius UTBK pertama, saya meluangkan sedikit waktu untuk bersenang – senang dan melepas penat. Singkat cerita saya sudah menyelesaikan UTBK kedua saya, saya merasa soalnya jauh lebih susah dari UTBK pertama. Pada saat itu saya merasa tidak ada harapan, kecewa berat, dan ketakutan. Namun, saya memberanikan diri untuk membuka pengumuman, secara tidak terduga, nilai yang keluar melebihi ekspektasi saya. Semua nilai TPA saya diatas angka 800 dan nilai terendah saya masih dikisaran angka 500. Saya mendapat nilai rata – rata 743 dan saya sangat bangga terhadap diri saya sendiri. Akhirnya perjuangan saya terbayarkan dan saya bisa merasa lega.

Setelah berkonsultasi dengan guru bimbingan belajar menganai nilai dan pilihan fakultas serta universitasnya, saya menetapkan FKUI sebagai pilihan pertama dan FK di salah satu universitas Pulau Jawa sebagai pilihan kedua. Jujur, saya kurang percaya diri untuk bisa masuk ke FKUI karena banyak orang lain yang nilainya jauh lebih tinggi dari saya. Saya habiskan waktu sekitar satu setengah bulan merasa tidak tenang, saya tidak bisa membayangkan apabila saya tidak bisa melanjutkan studi di FKUI. Akhirnya tanggal 9 Agustus pun datang, hari yang ditunggu – tunguu sekaligus dihinndari pun datang, saya langsung memasuki laman pengumuman SBMPTN dan membukanya bersama teman – teman saya. Saat kolom “liat hasil” saya klik, saya melihat kotak hijau bertuliskan “selamat anda diterima di Fakultas Kedokteran – Universitas Indonesia”, saya bingung harus merasa apa. Ada rasa haru, rasa senang, rasa bangga, dan anehnya ada rasa sedih karena ternyata banyak teman saya yang belum diterima di SBMPTN. Tidak ada air mata yang keluar dari mata, melainkan saya langsung berteriak kegirangan dan memberitahu orangtua saya tentang keberhasilan saya lolos di jalur SBMPTN. Mereka menangis atas rasa haru, untuk pertama kalinya saya merasa bisa membuat mereka bahagia dan bangga.

Banyak harapan yang ingin saya raih saat melakukan studi di FKUI. Saya ingin memaksimalkan potensi diri saya baik di bidang akademik maupun organisasi. Saya ingin meraih nilai yang terbaik dan dapat menjalankan studi saya dengan lancar sampai selesai. Saya juga ingin berpartisipasi dan menyumbangkan waktu saya untuk aktif berorganisasi. Saya juga ingin memperluas koneksi saya, tidak hanya sebatas di lingkaran mahasiswa FKUI, tetapi ke seluruh mahasiswa Universitas Indonesia. Saya harap keluarga, terutama orangtua saya masih diberikan umur panjang dan kesehatan sampai saya bisa menyelesaikan studi saya dan membacakan sumpah dokter. Saya harap mereka bisa bangga terhadap perjuangan saya mulai dari perjuangan masuk FKUI hingga lulus adri FKUI. Saya juga berharap khusus untuk kakak saya agar dia bisa menjalankan studinya dengan lancar dan menyelesaikan studinya tepat waktu di FHUI. Harapan saya untuk FKUI angkatan 2019 adalah agar kami selalu kompak dan solid. Saya harap kami bisa menjalin kekeluargaan yang erat dari masuk hingga keluar. Saya harap FKUI 2019 akan menjadi keluarga besar kedua saya dan kami bisa mencetak memori – memori berharga selama melakukan studi selama lima tahun di FKUI.

Satu tahun dari sekarang mungkin belum ada hal signifikan yang terjadi. Saya ingin memaksimalkan nilai saya dan saya harap bisa melakukan studi saya di FKUI dengan lancar. Saya juga mentargetkan diri saya untuk sudah memiliki teman yang banyak, mengenal para kakak tingkat dan dosen. Saya juga ingin memiliki koneksi yang luas di dalam FKUI maupun di luar FKUI. Pada tiga tahun kedepan, saya mentargetkan diri untuk mengikuti dan aktif dalam organisasi – organisasi besar Universitas Indonesia. Saya juga ingin mendapat IPK yang cum laude dan saya mentargetkan untuk memperluas koneksi saya lagi dan tetap mempertahankan persahabatan dengan teman – teman FKUI 2019. Sepuluh tahun kemudian, kemungkinan saya sudah menyelesaikan studi spesialis saya. Saya mentargetkan diri untuk bisa lulus pendidikan spesialis kulit dan kelamin dan bisa bekerja di rumah sakit atau klinik estetika. Pada sepuluh tahun lagi saya sudah berusia 26 tahun dan saya berencana untuk sudah berkeluarga agar tidak kesepian. Pada 20 tahun lagi saya berencana untuk membuka praktik sendiri dan saya juga ingin bisa mandiri secara finansial sehingga orangtua saya tidak perlu membiayai saya lagi.

Pesan saya untuk adik – adik yang ingin masuk FKUI adalah berusaha dan belajarlah sekuat yang kalian bisa. Perjuangan masuk FKUI tidak bisa dibilang mudah, butuh banyak perjuangan, pengorbanan waktu, kesabaran dalam belajar, ketekunan dalam belajar, dan keikhlasan. Banyak jalan menuju FKUI, jika belum diterima di SNMPTN, masih ada SBMPTN dan SIMAK. Saya pun yakin perjuangan kalian tidak akan berhenti saat kalian berhasil masuk FKUI, bahkan tanggung jawab kalian akan semakin berat saat sudah masuk ke dalamnya. Luruskan niat dan mental kalian, dengan ini semoga kalian bisa berhasil masuk ke FKUI.

Kata – kata yang menginspirasi saya sampai saat ini adalah “Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” – Tan Malaka

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page