top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - LATIFAH NUR ANISA RAHMI

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Hallo semuanya ! Perkenalkan, nama saya Latifah Nur Anisa Rahmi, teman-teman yang dekat dengan saya biasa memanggil saya Icha. Saya lahir di Cirebon pada hari Selasa, 24 Oktober tahun 2000 dan saya merupakan alumni dari SMAN 1 Cirebon. Alhamdulillah, tahun ini saya berkesempatan untuk dapat menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya sangat bersyukur saya dapat diterima lewat jalur SBMPTN di Fakultas dan Universitas yang merupakan impian dan cita-cita saya sejak saya kecil.

Keinginan saya untuk masuk ke FK UI, berawal dari keinginan saya untuk menjadi seorang dokter. Saat saya berusia empat atau lima tahun, saya sering sekali sakit. Dari situlah saya melihat kebaikan dan kegigihan seseorang yang disebut ‘dokter’ yang dengan senang hati mau untuk mengobati saya walaupun di waktu dimana orang lain sedang tertidur. Saya terinspirasi untuk menjadi seorang dokter yang dekat dan ramah. Dulu saya hanya mengetahui FK UI sebagai tempat satu-satunya untuk belajar ilmu kedokteran, tapi seiring berjalannya waktu dan setelah mendapat pandangan dari sanak saudara dan kakak kelas, saya tetap ingin untuk bisa melanjutkan pendidikan saya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.


Membicarakan pandangan saya terhadap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tentu saya yakin jika Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia yang telah mencetak dokter-dokter terbaik bangsa yang telah mendedikasikan dirinya untuk rakyat Indonesia. Menjadi fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia membuat saya percaya bahwa peminatnya tentu akan sangat banyak tiap tahunnya. Tentu untuk dapat diterima butuh usaha dan kesabaran yang ekstra pula. Oleh karena itu, sejak mulai masuk ke SMA, saya mulai bertanya dan mengumpulkan informasi tentang jalur apa saja yang dibuka agar saya dapat masuk ke fakultas dan universitas yang saya impikan.


Memasuki kelas 11 SMA, keluarga saya mengingatkan saya bahwa jangan sampai saya terlena dan lupa untuk belajar karena masa SMA memang masa yang indah tetapi sekaligus loncatan dan pijakan untuk kita mencapai jenjang pendidikan tinggi yang kita inginkan. Mendengar nasihat tersebut, saya memutuskan untuk keluar dari kegiatan non-akademis yang saya ikuti, saya hanya mengikuti pembinaan OSN, saya tidak ingin pikiran saya bercabang. Saya mulai fokus untuk belajar SBMPTN dan memertahankan nilai rapor saya untuk SNMPTN.


Masuk ke kelas 12, saya berhasil masuk ke daftar anak- anak yang menerima kuota SNMPTN. Saya memberanikan diri untuk memilih FK UI sebagai pilihan saya. Hari pengumuman snmptn tiba, kami, saya dan teman-teman satu tempat les, sepakat untuk membuka hasilnya bersama-sama. Tepat pukul 17.00, kami membukanya. Pada awalnya, saya dan beberapa teman saya masih belum bisa masuk ke web, tapi sudah ada beberapa yang bisa dan mereka tiba-tiba berteriak serta loncat kegirangn. Saya senang sekali melihat ekspresi teman - teman saya ketika mereka berhasil diterima di perguruan tinggi yang mereka impikan. Saya juga berharap saya dapat berteriak dan loncat kegirangan seperti itu juga. Akan tetapi, Tuhan berkendak lain, Ya, bisa ditebak hasil SNMPTN saya merah " Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2018. Silahkan mengikuti SBMPTN 2018." Sejujurnya, saya tidak apa-apa. Guru saya dulu selalu bilang untuk siap kalah dan siap menang di snmptn. Saya pahami dan saya coba untuk tetap tenang melihat hasil tersebut. Tetapi, ketika saya melihat ibu saya datang dengan senyum dan mata yang berkaca-kaca menahan tangis sambil berkata, "tidak apa-apa nak, masih ada sbmptn." disitu saya terenyuh. Saya merasa saya gagal menjadi seorang anak. Saya gagal untuk membahagiakan orang tua satu-satunya yang saya miliki.


Hari-hari berikutnya saya coba jalani dengan tetap semangat. Dari pengumuman SNMPTN ke hari tes SBMPTN kurang lebih hanya berjarak 2 minggu, saya coba memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi. Saya belajar soal-soal sbmptn lagi, mengikuti try out lagi, belajar berkelompok lagi, intinya kali ini saya harus berhasil. Hari tes pun tiba, sayang emosi saya masih tidak stabil, pikiran - pikiran negatif datang menghantui saya, bagaimana kalau saya tidak bisa mengerjakan soalnya ? Bagaimana kalau saya gagal lagi ? Bagaimana jika saya tidak dapat membahagiakan orang tua saya lagi ? Pikiran - pikiran seperti ini membuat fokus saya hilang. Saya menjadi lebih fokus untuk menghilangkan pikiran tersebut daripada memikirkan soal-soal yang seharusnya saya kerjakan. Kepada teman - teman, saya sangat menyarankan untuk tidak memikirkan hal - hal seperti ini menjelang hari tes. Enjoy dan nikmati soal apapun yang keluar nantinya. Setelah menunggu hampir 3 bulan, hasilnya pun keluar. Saya memutuskan untuk menjadi siswa gap year.


Saya tidak pernah berpikir jika saya akan gap. Kalau ditanya bagaimana rasanya saat pertama kali memutuskan gap, rasanya nano - nano. Ada rasa marah pada diri sendiri, rasa kecewa karena belum bisa membahagiakan orang tua, rasa jenuh karena harus mengulang pelajaran yang sama lagi dan lagi, rasa sedih ketika melihat teman - teman lain sudah mulai mempersiapkan kepindahan mereka ke kota tujuannya sementara tinggal saya sendirian yg berada di Cirebon, tapi saya bersyukur karena akhirnya saya bisa lebih mengerti keadaan sekitar saya pada saat saya menjalani gap. Apa yang saya lihat baik - baik saja, pada kenyataannya tidak baik - baik saja. Selama setahun perjalanan gap saya, saya sangat bersyukur saya dapat bertemu banyak orang - orang baik, orang- orang yang selalu ada, orang - orang yang selalu mensupport saya bagaimanapun kondisi saya saat itu. Benar kata orang, ketika kita menjalani sesuatu dengan hati yang senang, semuanya menjadi terasa mudah.


Saat gap, saya tidak kehilangan semangat belajar saya, saya yakin menunda perkuliahan selama setahun bukanlah sebuah alasan untuk memberhentikan perjuangan saya untuk mengejar cita-cita saya. Saya tetap belajar siang dan malam, mengikuti try out - try out online, try out-try out offline, belajar lewat internet, ikut belajar berkelompok online hingga akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke sebuah bimbel. Di bimbel tersebut, jadwal belajarnya sangat padat. Saya masuk kelas dari pukul 08.00 pagi dan berakhir pukul 16.00. Kadang ada tambahan di malam hari ketika saaya tidak mengerti pelajaran pada siang harinya atau ketika saya belum lulus kuis. Tugasnya pun demikian, ada try out yang dikerjakan di rumah, tugas mandiri yang diberi pada sore hari dan dikumpulkan besok paginya, try out offline di hari minggu setiap 2 minggu atau 1 bulan sekali. Belum lagi soal-soal try out yang harus dikerjakan ulang di buku tebal beserta cara-cara nya. Yang saya suka dari bimbel tersebut adalah kami seemua belajar dengan menyenangkan, belajar bukan lagi menjadi tuntutan melainkan menjadi kebutuhan, motivasi diberikan sehingga kami tidak merasa terbebani.


Hari demi hari, bulan demi bulan, terlewati. Tak terasa tiba-tiba saya sudah berada di awal tahun 2019. Tahun ini sistem tes untuk masuk ke PTN (Perguruan tinggi negeri) berubah. Tes yang semula dilakukan dalam bentuk kertas, kini dilakukan dalam bentuk komputer. Tes yang dulu dapat kita ikuti di tempat terdekat kita, kini tes dilakukan di universitas negeri terdekat. Subjek yang diteskan pun kini berbeda, dulu tesnya kemampuan saintek ( terdiri dari matematika ipa, fisika, kimia, dan biologi ) atau kemampuan soshum ( terdiri dari sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi ) dan TKDU ( tes kemampuan dasar umum yang terdiri dari TPA, matematika dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris ) kini berganti menjadi TPS ( Tes Potensi Skolastik ) dan TPA ( Tes Potensi Akademik ). Nilai juga akan diberi tahu secara personal kepada kita setelah 10 hari tes UTBK. Awal saat mendengar kabar ini, saya sempat kaget, saya merasa kurang PD ( Percaya Diri ) karena saya belajar tipe - tipe soal sebelumnya, sementara soal tahun ini terlihat lebih berbeda, terlihat lebih seperti pada penurunan konsep semua. Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya tak kecil hati, saya benar-benar memanfaatkan waktu yang ada, saya vakum dari semua sosial media. Saya fokus untuk menaikkan nilai-nilai try out saya.


Tes UTBK ( Ujian Tulis Berbasis Komputer ) pertama saya lalui pada bulan April. Saya memilih tes pada sesi ke-5 gelombang 1 karena menurut saya, saya bisa lebih matang mempersiapkan bentuk-bentuk soal yang akan keluar selama 2 minggu. Saya lebih tenang saat menghadapi ujian tersebut, saya merasa saya sudah belajar dan berusaha dengan baik. Satu per satu soal TPS berhasil saya jawab, masuk ke soal soal TKA, masih bisa teratasi walau waktunya sedikit. Hasil nilai keluar 10 hari berikutnya. Setelah mengalami pengunduran jam pengumuman menjadi malam hari, saya ingat sekali saya membukanya tepat sebelum makan sahur, saya kecewa melihat nilai yang tertera tidak sesuai seperti yang saya targetkan, terutama pada mata pelajaran favorit saya, sampai-sampai saya tidak selera untuk makan sahur dan bertanya-tanya apa yang salah dengan diri saya. Saya kemudian pergi les dan dinasihati oleh guru saya bahwa perjuangan belum selesai masih ada UTBK gelombang 2, masih ada ujian mandiri lainnya, jangan lah saya terlalu berlarut pada kesedihan dan menutup diri dari kesempatan berikutnya. Saya bangkit kembali, jam belajar saya, saya tambah, saya review kembali materi yang saya lupa. Hingga tiba lah hari UTBK gelombang ke-2.


Menjelang UTBK ke-2, saya benar-benar menenangkan pikiran saya, saya pasrahkan semuanya pada Tuhan. Saya merasa saya sudah ikhlas, saya benar-benar berada di titik terendah saya dan sudah saya pasrahkan semuanya. Ada perasaan lega yang saya dapatkan setelah saya mengerjakan soal-soal tersebut. Setidaknya, saya sudah berusaha, itu pikiran saya. Menunggu hasil nilai yang kedua keluar, saya habiskan dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di bulan Ramadhan. Saya tidak berpatok pada nilai yang saya dapat lagi. Saya ikhlas menerima nilai yang akan keluar, saya yakin berapa pun nilainya nanti, itulah nilai terbaik yang Tuhan telah berikan kepada saya. Dan alhamdulillah, nilai saya naik. Saya tidak menyangka nilai rata-rata saya akan naik.


Setelah kedua nilai saya dapatkan, saya bimbang kemana saya harus mendaftar. Saya sempat berpikir dan ingin untuk masuk ke FMIPA. Saya merasa jurusan matematika sangatlah menarik karena dengan melihat angka, kita dapat membuat prediksi dan pencegahan terhadap langkah yang akan diambil. Tapi di sisi lain, keinginan saya untuk menjadi seorang dokter masih besar di hati saya. Berkonsultasi dengan orang tua, ibu saya berkata jika ibu saya juga ingin jika saya menjadi seorang dokter pertama di keluarga besar yang dapat membantu orang lain berjuang melawan sakitnya. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar kedokteran di kedua pilihan saya.


Menunggu hasil sbmptn, saya habiskan dengan berkunjung dan bersilaturahim dengan keluarga keluarga besar. Saya berdoa pada Tuhan untuk memberikan hasil yang terbaik bagi diri saya, keluarga saya dan masa depan saya. Saya menata dan mempersiapkan hati saya apabila hasilnya diterima maupun tidak diterima. Saya ikhlas atas apapun yang akan terjadi.

Tanggal 9 Juli, pukul 3 sore, saya masih tidak berani membuka pengumumannya. Teman-teman saya sudah mulai bertanya bagaimana hasilnya. Saya tetap tidak berani membukanya. Hingga akhirnya karena ibu saya sudah penasaran sekali, saya beranikan diri untuk membukanya. Saya jauhkan hp saya, dengan mata yang setengah terbuka saya melihat ada tulisan 'Indonesia' terpampang jelas di hp saya, saya langsung berteriak dan menangis dan langsung memeluk ibu saya. Ibu saya yang masih tidak tahu bagaimana hasilnya bertanya-tanya bagaimana hasilnya, saya berkata “mah icha keterima di UI”. Ihu saya langsung menangis, mengucap syukur dan langsung memeluk saya dengan erat. Disitu saya sangat bersyukur sekali, saya dapat membahagiakan ibu saya. Hati terasa damai ketika melihat orang tua yang sangat saya sayangi dapat bahagia karena hal yang dapat saya lakukan.


Harapan bagi diri saya selama mengemban ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berharap saya tidak akan pernah melupakan perjuangan dan kisah haru yang pernah saya alami. Saya berharap agar saya selalu diberi kekuatan dan diberi kesabaran dalam menghadapi hari-hari yang akan datang. Saya berharap saya dapat menimba ilmu dengan sebaik -sebaik dan sedalam-dalamya sehingga saya dapat mengaplikasikannya kepada lingkungan saya kelak. Saya juga berharap agar saya dapat membantu orang lain nantinya dengan ilmu yang saya pelajari. Harapan saya untuk teman-teman angkatan, semoga kita semua semakin solid, dapat saling mendengar dan membantu antar teman, selalu bahagia, dapat lulus tepat waktu dan 249 orang angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019 dapat dilantik sumpah dokter bersama-sama tanpa kekurangan satu orang pun. Aamiin. Salam Integritas !


Rencana saya dalam waktu 1 tahun kedepan, saya berharap saya dapat mengikuti dan beradaptasi dengan baik, dapat membagi waktu yang baik antara akademik dan organisasi, dapat mengharumkan nama FK UI dan semoga saya dapat memperoleh IP ( Indeks Prestasi ) diatas 3.4. Rencana saya dalam 3 tahun kedepan, semoga saya sudah lulus sarjana kedokteran dan sedang bersiap menunggu masa klinik/koass. Semoga ipk saya juga termasuk IPK ( Indeks Prestasi Kumulatif ) yang cumlaude. Rencana saya dalam 10 tahun kedepan, semoga saya dapat mendapat beasiswa dan saya dapat melanjutkan pendidikan dokter spesialis yang saya minati nanti di UI kembali. Rencaya saya dalam 20 tahun kedepan, semoga saya dapat tetap membahagiakan orang tua saya, dapat membantu serta dapat memberi dampak positif pada masyarakat luas nantinya.


Pesan kepada teman- teman yang sedang atau akan berjuang untuk masuk ke FK UI, tetap semangat, jangan takut, jangan putus asa dan jangan menunda-nunda waktu untuk belajar. Kendalikan emosi dan mental saat hari tes nanti. Belajar SBMPTN pasti menemukan titik jenuh, malas, dan perasaan ingin menyerah, tapi lihat kembali alasan kenapa kamu berjuang, lihat kembali sudah berapa jauh kakimu melangkah, lantas kenapa berhenti ?

It's okay to cry at first, but the show must go on. Tidak ada kata mustahil bagi Tuhan.


Jangan pernah lelah untuk terus berlari mengejar mimpimu. Yakinlah bahwa tidak ada usaha yang menghianati hasil dan tidak ada hasil yang menghianati usaha. Setiap orang mempunyai rezekinya masing-masing dan terakhir, what's meant to be will always find its way ! Semangat selalu untuk mengejar cita-cita !

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page