NARASI PERJUANGAN-MARYAM NABILA
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 10 min read
Halo, good people! Perkenalkan, nama saya Maryam Nabila. Saya datang dari sebuah kota yang terkenal akan ngapaknya, kota mana lagi kalau bukan Kota Tegal, Jawa Tengah. Saat ini saya tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan tahun 2019. Saya berasal dari sebuah sekolah tertua di Kota Tegal, yaitu SMAN 1 Tegal. Berasal dari sekolah di kota kecil membuat banyak sekali orang yang meragukan impian saya yang ingin bersekolah di FKUI. Tidak sedikit yang mengatakan impian saya terlalu tinggi, tetapi saya sangat tidak setuju. Menurut Mario Teguh, tidak ada impian yang terlalu tinggi, yang ada adalah tindakan yang tidak cukup.
Semua hinaan yang saya terima tidak menghentikan langkah saya untuk tetap mengejar FKUI. Saya kerap mendapat pertanyaan seperti mengapa harus FKUI ketika ada banyak fakultas kedokteran lain? Bagi saya, tidak ada yang lainnya. Saya memercayakan FKUI menjadi pengantar saya menuju gerbang kesuksesan saya. FKUI sendiri telah membuktikan kualitasnya dengan melahirkan dokter-dokter hebat yang memegang banyak peranan di Indonesia. Menurut pandangan saya, FKUI adalah fakultas kedokteran yang terbaik. Meskipun FKUI pernah tergeser dari posisi nomor satu, hal tersebut tidak dapat membuat saya berpaling. Saya selalu yakin bahwa FKUI akan kembali menjadi yang nomor satu, dan sekarang FKUI pun kembali bertengger di posisi nomor satu di negeri ini.
Menjadi dokter sudah menjadi impian saya sejak kecil. Ketika mayoritas anak lain takut dan menangis ketika dibawa ke dokter, saya justru bersemangat dan sangat menantikan momen itu. Saya selalu penasaran dengan hal-hal yang dilakukan oleh para dokter. Saya selalu ingin mengetahui bagaimana caranya menyuntik orang dan yang paling menarik bagi saya pada saat itu adalah jas putih dan stetoskopnya! Setiap kali menemui seorang dokter, ibu saya selalu menceritakan bahwa saya ingin menjadi dokter, sang dokter pun akan mendoakan dan memberikan beberapa nasihat bahwa saya yang harus rajin belajar.
Mengetahui bahwa anaknya ingin menjadi seorang dokter, ibu saya berkata bahwa saya harus belajar dengan giat untuk bisa masuk ke FKUI karena disana banyak melahirkan dokter-dokter hebat. Ibu saya selalu bercerita bahwa pertama kali beliau datang ke RSCM pada tahun 1991, beliau menyempatkan diri untuk melihat FKUI dari gerbang luarnya. Ibu saya yang pada saat itu sedang mengandung kakak saya yang pertama berdoa sembari memegang pagar FKUI agar kelak anaknya dapat masuk ke FKUI. Sayangnya, kakak saya yang tertua lebih memilih untuk terjun ke dunia teknik dan kakak saya yang nomor dua memilih untuk terjun ke bidang hukum. Dengan begitu, saya adalah harapan satu-satunya bagi ibu saya yang ingin memiliki anak yang bersekolah di FKUI. Ibu saya selalu menjadi motivasi terbesar bagi saya untuk terus belajar. Setiap kali saya merasa malas, saya selalu mengingat betapa besarnya impian ibu saya yang ingin anaknya menjadi dokter lulusan FKUI, hal itulah yang membuat saya kembali bangkit dan tidak bermalas-malasan.
Selain karena ingin mewujudkan impian ibu saya, saya memilih FKUI karena FKUI adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. FKUI memiliki fasilitas yang lengkap dan staf pengajar yang sangat berkualitas. Bagi saya, bisa menimba ilmu dari dokter-dokter terbaik di negeri ini adalah sebuah keuntungan yang luar biasa yang tidak semua orang dapat mendapatkan kesempatan itu. Selain itu, saya juga dapat belajar secara langsung tentang bagaimana kiat-kiat untuk menjadi dokter yang sukses serta dapat memberikan pengabdian luar biasa terhadap masyarakat.
FKUI yang terletak di ibukota negara pastinya berisi anak-anak dari seluruk penghujung negeri, hal ini membuat saya semakin tertarik untuk bisa belajar di FKUI karena saya bisa lebih banyak belajar mengenai toleransi dan lebih mengenal budaya dari daerah lain.
Saya menyadari bahwa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukanlah hal yang mudah karena hampir semua orang yang bercita-cita menjadi doker mendambakannya. Oleh sebab itu, saya harus selalu rajin belajar dan berdoa serta menyusun strategi yang tepat. Sejak duduk di bangku SMP, saya sudah merencanakan untuk masuk ke salah satu SMA favorit di Jakarta sekolah sudah banyak sekali alumninya yang diterima di FKUI. Saya mempersiapkan ujian nasional SMP dengan sebaik mungkin agar mendapat nilai yang memuaskan dan bisa meloloskan saya ke SMA favorit itu, tetapi Tuhan berkehendak lain. Saya harus mengubur mimpi saya dalam-dalam untuk bersekolah di sana karena saya terlambat melakukan pendaftaran online. Kecewa? Sangat. Saya berangkat ke Jakarta untuk mendatangi Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, tetapi permohonan saya tetap ditolak. Sepanjang jalan saya terus bercucuran air mata menyesali keteledoran saya.
Setelah hari itu, ibu saya mengajak saya untuk mendaftar ke SMA 1 Tegal. Awalnya berat, berat sekali. Bahkan tulisan selamat yang menyatakan saya diterima pun tidak bisa membuat saya senang. Saya selalu merasa bahwa seharusnya saya tidak disini, jika bukan karena keteledoran saya. Hari-hari awal saya di SMA terasa cukup sulit untuk dijalani, hingga akhirnya ibu saya menawarkan sebuah solusi bagaimana jika saya tetap bersekolah di SMA 1 Tegal selama satu semester lalu pindah ke sekolah impianku itu. Dengan senang hati saya langsung menyetujui solusi tersebut. Saya bertekad untuk belajar sebaik mungkin agar nilai saya bagus dan bisa diterima pindah ke sekolah favorit itu. Namun, Tuhan kembali berkehendak lain. Tuhan membalikan hati saya dengan sangat cepat. Tidak sampai satu semester bersekolah di SMA 1 Tegal saya sudah jatuh cinta dengan teman-teman dan lingkungan disana. Saya kemudian mengurungkan keinginan saya untuk pindah dan memutuskan untuk berprestasi sebagik mungkin di sekolah agar tetap bisa masuk ke FKUI.
Setiap harinya saya selalu mengikuti pelajaran di kelas sebaik mungkin dan berusaha untuk tidak lengser dari peringkat atas di sekolah. Meskipun saya tetap sering bermain dengan teman-teman, saya tetap berusaha untuk selalu bertanggung jawab akan nilai saya. Selain belajar dengan sebaik mungkin, saya juga mengikuti beberapa perlombaan seperti ALSA E-COMP UI, IREC UGM, dan ALSA E-FEST UNDIP. Mendapat piagam dari tiga universitas bergengsi di Indonesia sangat menambah kepercayaan diri saya untuk bisa lolos di SNMPTN.
Namun, ketika sudah tiba saatnya untuk pendaftaran SNMPTN, saya dihadapkan dengan hal pelik yang membuat saya harus memilih jurusan lain di SNMPTN. Dengan berat hati saya mendaftar di jurusan tersebut, tetapi saya tetap memasukan FKUI di pilihan kedua meskipun saya tahu hal tersebut adalah hal yang sia-sia namun setidaknya saya melakukan itu untuk menyenangkan hati saya sendiri. Hari pengumuman SNMPTN 2018 pun tiba, ketika saya membuka pengumumannya, di sana tertulis kata “Selamat”, sebuah kata yang harusnya membuat saya senang, tetapi anehnya tulisan itu membuat saya berada dalam sebuah kebimbangan. Saya betul-betul tidak tahu harus bersikap bagaimana. Saya seharusnya senang karena jerih payah saya selama tiga tahun terbayarkan, namun saya juga bersedih karena saya tidak bisa mewujudkan impian saya untuk menjadi seorang dokter.
Namun, akhirnya saya memutuskan untuk tetap melakukan daftar ulang dan melalui rangkaian orientasi mahasiswa hingga akhirnya berkuliah di sana. Setiap hari saya semakin merasa ingin pergi. Bahkan, sebelum acara ospek dimulai saya sudah ingin mengundurkan diri. Namun pada saat itu saya berpikir saya harus mencoba tetap berkuliah disana karena siapa tahu nantinya saya akan suka. Ketika sudah mulai berkuliah, ternyata perasaan ingin mencoba lagi di tahun depan semakin menggebu-gebu. Saya memutuskan untuk membeli buku latihan soal SBMPTN dan mengejakannya di sela-sela mengerjakan tugas kuliah. Jujur, capek sekali rasanya. Saya tidak punya waktu istirahat pada saat itu dan saya merasa saya tidak bisa terus-terusan begini karena tidak sehat untuk badan saya, apalagi saya yang menangis setiap harinya semakin memperburuk keadaan. Saya akhirnya memutuskan untuk bercerita kepada orang tua saya. Keduanya setuju dengan rencana saya untuk keluar dan belajar lagi untuk SBMPTN tahun depan.
Saya kemudian pulang ke rumah dan mengirimkan surat pengunduran diri. Ketika berada di rumah, saya memutuskan untuk menenangkan diri dulu selama kurang lebih satu bulan. Setelah merasa lebih tenang dan lebih baik, saya mendaftar ke dua bimbel online yang cukup terkenal. Saya memulai belajar dengan belajar TPA terlebih dahulu. Setelah selesai belajar TPA, saya melanjutkan dengan belajar bahasa indonesia dan bahasa inggris. Pada bulan Desember, saya mendaftar sebuah bimbingan belajar yang sistem pengajarannya secara privat. Saya memulai belajar di bimbel tersebut pada bulan Januari dan memulai belajar TKD Saintek.
Di sela-sela kesibukan, saya menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan volunteering setiap hari sabtu sore di Kota Tua. Disana, saya mengajar anak-anak jalanan. Saya senang sekali karena mereka selalu bersemangat dan ceria meski mereka tidak memiliki fasilitas yang menunjang belajar mereka. Mereka adalah pengingat saya untuk selalu bersyukur karena Tuhan mencukupkan segala kebutuhan saya, bahkan alhamdulillah Tuhan memberi saya lebih. Mereka mengingatkan saya bahwa kelebihan yang Tuhan berikan kepada saya harus saya bagikan kepada mereka yang kurang beruntung.
Setelah UN 2019 dilaksanakan, saya mengikuti program intensif di salah satu bimbel yang terkenal banyak membantu alumninya untuk masuk ke FKUI. Saya belajar setiap hari senin hingga jumat disana. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan diskusi pada pukul 9.00, kemudian dilanjutkan dengan belajar di kelas, lalu ditutup dengan diskusi lagi dan berakhir pada sekitar pukul 15.00. Sepulang dari bimbel, saya kembali ke kos dan menyiapkan keperluan berbuka puasa karena pada saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan. Setelah melaksanakan ibadah tarawih atau baru sekitar pukul 20.00, saya melanjutkan kembali belajar saya dengan mengerjakan tugas mandiri yang diberikan serta mengingat kembali materi yang diajarkan di kelas pagi tadi. Sebelum pukul 23.00 saya harus sudah tidur dan bangun pada pukul 3.00 karena menurut saya itu adalah waktu terbaik untuk belajar. Biasanya, saya akan memanfaatkannya untuk membaca materi biologi karena lebih memudahkan saya untuk menghafal. Keesokan harinya, saya kembali melakukan aktivitas seperti yang sudah diterangkan.
Saya memilih tanggal 4 Mei 2019 sebagai tanggal saya melaksanakan UTBK 1 yang kebetulan bertempat di FKUI Salemba. Selama di FKUI Salemba saya terus melantunkan shalawat serta meminta kepada Allah Swt. semoga saya diberikan kemudahan untuk bisa lolos di FKUI. Alhamdulillah tidak terjadi halangan apapun saat mengerjakan dan ketika nilainya keluar, hasilnya sangat di luar ekspektasi saya. Saya tiada henti mengucap syukur kepada Allah karena diberikan nilai yang saya tidak menyangka sebelumnya. Akan tetapi, saya menyadari bahwa saya tidak boleh terlena dan harus kembali belajar untuk UTBK 2 tanggal 25 Mei 2019.
Pada hari itu saya beragkat ke UPN Veteran Jakarta untuk melaksanakan UTBK 2. Sesampainya disana, saya terus berdoa agar diberikan kemudahan. Setelah selesai mengerjakan, saya kembali ke Depok dan pergi menemui teman saya yang sedang berada di RIK UI. Selama disana, saya terus bersholawat dan berdoa semoga saya bisa diterima di FKUI. Keesokan harinya, saya pulang ke rumah dan menanti nilai UTBK 2 keluar. Setelah nilainya keluar, saya merasa cukup kecewa karena hasilnya turun dibandingkan yang pertama. Saya sempat khawatir bagaimana jika pesaing saya nilainya naik drastis sedangkan nilai saya tidak lebih baik dari sebelumnya. Semenjak saat itu, saya semakin mengencangkan doa dan selalu memohon kepada ibu saya setiap saat agar mendoakan saya.
Hari pendaftaran SBMPTN pun tiba, setelah berdiskusi dengan orang tua, teman, dan tutor saya di bimbel, saya memutuskan untuk memilih FKUI sebagai pilihan pertama dan FKUGM di pilihan kedua. Nekat? Iya, sangat. Saya bahkan sempat menyesal sesaat setelah menyimpan permanen pendaftarannya. Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur, saya hanya bisa berdoa dan berdoa. Setiap harinya sebelum pengumuman, saya selalu merasa tidak tenang. Namun, ibu saya mengatakan kepada saya bahwa saya harus menyerahkan semua hasilnya kepada Allah. Ada sebuah kejadian unik yang terjadi sebelum pengumuman SBMPTN. Saya bermimpi saya sedang membuka pengumuman dan disana tertulis saya diterima di FKUI. namun, saya tidak menceritakan mimpi tersebut kepada siapapun. Uniknya, beberapa hari kemudian ibu saya menghubungi saya yang kebetulan sedang berada di Depok bahwa beliau bermimpi saya diterima di FKUI. Namun, lagi-lagi saya tidak mau terlalu menghiraukan mimpi tersebut karena saya takut kecewa jika hasilnya nanti berbeda. Saya pun memutuskan untuk tetap berangkat les dan mempersiapkan untuk ujian mandiri.
Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Sebelum membuka pengumuman, saya menyempatkan diri untuk membaca kitab suci agar hati lebih tenang dan lebih siap menerima apapun hasilnya. Pada pukul 15.02 saya membuka website pengumuman SBMPTN dan memasukan nomor peserta saya. Saya mencoba untuk menutupi layarnya dengan tangan saya, namun dibalik sela-sela jari saya melihat kata ‘Indonesia’, saya pun langsung mengangkat tangan saya dan menangis seketika karena saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Inonesia! Alhamdulillah, Allah sebegitu baiknya mengabulkan semua pengharapan saya dan kedua orang tua saya. Saya langsung menghubungi ibu saya dan mengatakan bahwa saya diterima di FKUI. Sebelumnya, saya belum pernah menangis karena bahagia, dan hari itu adalah pertama kalinya saya menangis karena bahagia. Saya merasa sangat lega dan bersyukur bahwa usaha saya selama ini terbayarkan dan impian saya untuk masuk ke FKUI berhasil terwujud.
Saya menyadari bahwa diterima di FKUI bukan berarti perjuangan saya telah berakhir. Ini adalah awal dari perjuangan yang lebih berat lagi. Saya berharap semoga Allah terus memberikan kelancaran dan kemudahan bagi saya. Saya berharap saya bisa menyerap semua ilmu yang diberikan baik oleh dosen maupun para senior dapat saya serap dengan baik dan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat nantinya. Saya berharap saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan saya berkuliah di FKUI nantinya dan mengambil setiap kesempatan yang ada dengan baik. Saya berharap saya dapat terus membanggakan keluarga saya terutama kedua orang tua saya dan dapat menjadi penerus adik kakak saya untuk menjadi dokter lulusan FKUI. Saya juga berharap semoga kelak saya dapat menjadi dokter yang dapat mengabdi kepada masyarakat dengan baik, terutama masyarakat yang kurang mampu. Saya berharap kedepannya saya dapat memberikan pengaruh yang besar dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Saya berharap semoga saya dan rekan seangkatan saya selalu diberikan kemudahan dan kerendahan hati serta selalu mengingat tujuan awal kita ingin menjadi dokter dan tidak hanya memikirkan materi saya. Saya berharap saya juga dapat memberikan kontribusi yang besar bagi angkatan serta dapat selalu menjaga agar kami semua dapat lulus dan mengucapkan sumpah dokter bersama.
Saya memiliki rencana bahwa dalam satu tahun kedepan, saya dapat mendapatkan IPK cumlaude dan menjaganya hingga lulus. Saya juga berharap untuk menambah kegiatan volunteering saya dan tidak hanya di Kota Tua saja. Tiga tahun kedepan, saya berharap saya sudah mengerjakan skripsi saya dan memulai sebuah bisnis untuk membiayai pendidikan profesi saya sehingga saya tidak perlu meminta kepada orang tua saya lagi. Sepuluh tahun lagi, tepatnya ketika usia saya sudah 27 tahun, saya ingin sudah berkeluarga dan memiliki anak. Saya juga ingin membuka praktik dokter gratis bagi masyarakat yang tidak mampu. Kemudian, saya akan mengambil S2 Magister Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia agar saya bisa menjadi direktur rumah sakit. Dua puluh tahun dari sekarang, saya berharap saya sudah menjadi direktur rumah sakit dan meningkatkan pelayanan serta profesionalitas rumah sakit di daerah saya yang saat ini pelayanannya masih kurang baik terutama terhadap pasien kurang mampu. Saya juga berharap saya pada saat itu sudah mendirikan rumah singgah di beberapa kota di Indonesia bagi pasien beserta keluarga yang hendak berobat namun tidak memiliki biaya untuk penginapan serta biaya untuk kehidupan sehari-hari. Semoga Allah melancarkan dan mengabulkan segala harapan saya.
Teruntuk teman-teman dan adik-adik yang ingin masuk ke FKUI, teruslah berusaha dan mengimbanginya dengan berdoa dan berbuat baik. Teruslah berjuang meski terkadang memang sangat melelahkan, tetapi kalian harus yakin bahwa perjuangan kalian akan berbuah manis pada akhirnya. Bahkan, jika kalian harus mengambil gap year, saya memohon kalian jangan pernah berkecil hati. Saya selalu mensyukuri keputusan saya untuk mengambil gap year karena saya bisa belajar banyak hal. Selama gap year saya menyaksikan banyak sekali kebaikan Tuhan dan betapa hebat kuasa-Nya. Saya juga berkeinginan bahwa setelah gap year ini saya tidak hanya berhasil masuk ke FKUI tetapi saya juga harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dewasa. Saya juga banyak belajar bahwa terkadang hidup ini tidak berjalan sesuai yang kita inginkan, namun rencana Tuhan selalu yang terbaik. Kita harus mengingat \ perkataan Ali bin Abi Thalib, “Saya meminta sesuatu kepada Allah. Jika Allah mengabulkannya untuk saya maka saya gembira SEKALI saja. Namun, jika Allah tidak memberikannya kepada saya maka saya gembira SEPULUH kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan saya. Sedangkan yang kedua itu pilihan Allah SWT.”
Sekian cuplikan perjuangan saya menggapai mimpi di FKUI serta harapan saya di masa mendatang. Dengan izin Allah, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan semua impian saya. Semoga seluruh impian saya tercapai dan saya dapat menjadi dokter yang bermanfaat bagi orang-orang di sekeliling saya dan juga bagi bangsa dan negara. Terakhir, izinkan saya memberi sebuah kalimat yang menginspirasi dari Marilyn Monroe, don’t stop when you are tired, stop when you’re done.
Comments