top of page
Search

Narasi Perjuangan -- Muhammad Abimanyu Satrio Wibowo

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 15, 2019
  • 8 min read

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Muhammad Abimanyu Satrio Wibowo biasa dipanggil dengan nama Abi. Saya berasal dari SMA Negeri 5 Surabaya yang merupakan salah satu sekolah favorit di Surabaya. Tahun ini saya menjadi mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurut saya mustahil dan tidak mungkin untuk bisa menjadi salah satu mahasiswa perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Bahkan jurusan yang saya pilih merupakan jurusan paling favorit pada tahun 2018 dan jurusan dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk bisa mendapatkan bangku Pendidikan di sana. Sebenarnya saya memiliki cita-cita menjadi seorang arsitek atau insinyur karena hobi saya menggambar dan suka hal-hal yang berbau bangunan. Namun, dengan seiring berjalannya waktu saya menemukan tujuan saya.

Pada saat saya duduk di bangku kelas 9 Ayah saya terkena serangan stroke, saat itu hidup saya terasa hancur harus melihat Ayah saya berada di IGD terbaring koma dengan alat bantu di tubuhnya. Sejak saat itu saya mendapatkan perasaan agar saat dewasa saya bisa menyembuhkan Ayah saya dengan menjadi seorang dokter. Selain itu, saya juga ingin menyembuhkan orang lain agar tidak merasakan kesedihan yang saya dapatkan saat mendapati ada salah satu anggota keluarga yang kita sayangi jatuh sakit. Ibu saya juga mendukung untuk menjadi seorang dokter.

Banyak orang berkata bahwa Fakultas Kedokteran yang terbaik dan menghasilkan lulusan berkualitas ada di Universitas Indonesia maka dari itu saya mulai bermimpi untuk menjadi salah satu lulusan di sana. Lalu saya menuliskan FK UI di sticky notes lalu saya tempel di meja belajar saya sebagai motivasi saya agar semangat belajar. Sejak saat SMA saya jarang sekali mendapatkan nilai bagus dan sempurna, setiap hasil ulangan dibagikan saya selalu mendapatkan nilai jelek dan harus mengikuti remedi. Bayangkan saya harus mengikuti 15 remedi dari 16 mata pelajaran pada semester 1. Saya merasa orang paling bodoh yang ada di SMA saya. Memang banyak waktu saya tersita di ekstrakurikuler SMA. Namun, anehnya saya tidak menuntut diri saya untuk belajar lebih rajin, sebaliknya saya lebih memilih mengikuti kepanitiaan dan organisasi yang lebih menyita waktu saya untuk sekolah maupun belajar di rumah. Akhirnya saya copot dan buang sticky notes yang bertuliskan impian saya untuk masuk di FK UI.

Semakin lama keadaan ayah saya semakin buruk, padahal sebelumnya ayah saya masih semangat bekerja dengan keadaan setengah lumpuh dan tidak bisa berbicara. Pada akhirnya ayah saya dipensiunkan dini oleh perusahaan ayah saya bekerja. Hal itu menjadi beban pemikiran saya, dari mana keluarga saya bisa makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari jika tidak ada penghasilan untuk keluarga saya. Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri karena selama 2 tahun di SMA hanya membuang-buang waktu di berbagai kepanitiaan yang tidak memberi manfaat akademik dan bukannya memanfaatkan kesempatan bisa masuk di sekolah favorit di Surabaya.

Akhirnya saat saya duduk di kelas XII, saya berpendirian untuk mengurangi kegiatan saya di organisasi dan kepanitiaan di Sekolah, Saya mulai memaksakan diri agar bisa paham dari awal semua pelajaran yang sudah tertinggal. Sedikit demi sedikit saya bisa mendapatkan nilai yang bagus bahkan jarang sekali mengikuti remedi, sejak saat itu saya mulai percaya kepada diri saya bahwa saya mampu bersaing dengan teman-teman saya. Namun masih banyak teman-teman yang membutuhkan bantuan saya di kepanitiaan karena sedikitnya minat angkatan saya untuk mengisi kekurangan. Akhirnya saya niatkan diri saya untuk membantu mereka dengan syarat saya tidak ingin sibuk dengan kepanitiaan dan ingin fokus belajar. Namun, dengan berjalannya waktu, ternyata saya harus memberikan perhatian ekstra kembali dengan organisasi dan kepanitiaan yang saya ikuti di kelas XII. Pernah suatu kepanitiaan yang saya ikuti memiliki masalah, terpaksa saya mengerjakan tugas desain dari awal sampai akhir acara dilaksanakan, saya mulai merasakan hidup saya kembali seperti sebelumnya menjadi budak kepanitiaan. Hal itu membuat beban pikiran saya menambah, akhirnya saya niatkan semua ini sebagai bentuk balas budi dan amal.

Setelah selesai seluruh kepanitiaan dan organisasi yang saya ikuti saya kembali fokuskan pikiran dan perhatian saya untuk belajar. Semakin lama dengan berjalannya hari keadaan keuangan keluarga saya mulai memburuk, saya mulai merasakan kembali beban pikiran yang kehadirannya mengganggu saya untuk fokus belajar. Namun saya tahu Allah selalu memberikan bantuan dan jalan keluar dari setiap masalah, saya tingkatkan ibadah saya dan tiba-tiba saya terpikirkan suatu hal, saya harus fokus berusaha dengan belajar dan saya serahkan seluruh masalah keuangan kepada-Nya, karena saya tidak akan mampu menghasilkan uang dengan kondisi saya yang harus fokus belajar untuk mendapatkan perguruan tinggi. Namun, saya masih bimbang dalam memilih ke mana diri saya harus berlabuh ke perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan.

Mulai terpikirkan cita-cita saya dulu saat kecil untuk menjadi seorang arsitek atau insinyur. Saya mulai mencari-cari informasi tentang jurusan arsitek dan insinyur yang terbaik di Indonesia, ada beberapa kampus ternama seperti ITB (Institut Teknologi Bandung), ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), dan UI (Universitas Indonesia). Namun setelah saya berkonsultasi dengan kakak kelas saya, ternyata biaya kuliah di ITB termasuk mahal dan biaya hidup di Bandung yang tidak murah, sedangkan di UI jurusan yang saya inginkan masih ragu soal kualitasnya dengan ITS yang sudah memiliki banyak prestasi gemilang di jurusan itu. Tetapi, saya punya keinginan untuk masuk ke UI mengikuti jejak ayah saya yang merupakan alumni Fakultas Hukum UI. Rasanya jiwa saya terpanggil untuk menjadi mahasiswa UI. Namun, saya bingung jurusan apa yang saya pilih jika saya memilih kuliah di UI. Saat itu mulai terpikirkan kembali untuk masuk FK UI. Saya mencoba mencari informasi tentang UKT untuk jurusan kedokteran di UI. Ternyata UI merupakan salah satu penyedia pendidikan kedokteran termurah yang ada di Indonesia. Saya mulai tertarik mencoba untuk masuk FK UI dengan jalur SBMPTN yang digelar pada pertengahan tahun 2019. Saya mencoba meminta restu dari ibu apakah diperbolehkan untuk masuk FK UI. Alhamdulillah ibu saya merestui saya untuk berkuliah di sana. Namun masih ada keraguan dalam diri saya tentang kecerdasan saya dibandingkan teman bimbel saya yang lain.

Saya tidak pernah mendapatkan peringkat pertama bahkan lima besar di setiap Try Out bulanan bimbel saya. Saya mulai mengatakan pada diri saya, “Oke mungkin sebagai cara Allah untuk membuat saya menjadi orang yang tidak sombong, selalu berusaha lebih, tidak cepat puas dan selalu rendah hati.” Pada akhirnya saya memutuskan untuk lebih fokus dan giat dalam belajar. Saya mulai memahami setiap konsep dari dasar, mulai membaca jurnal-jurnal ilmiah, menulis setiap materi pelajaran dengan sangat rapi daripada sebelumnya, dan memaksa diri untuk mengerjakan banyak soal di buku latihan. Saya mendapatkan banyak keuntungan dari bimbel saya maupun teman-teman saya yang selalu mendukung saya untuk belajar lebih giat lagi. Memang untuk mencari batas diri kita harus memaksakan ke tingkat paling maksimal. Hal itu yang menjadi semangat untuk selalu berusaha lebih dan lebih lagi. Ternyata hasil kerja keras saya membuahkan hasil, yaitu saya ditempatkan di kelas bersama anak-anak yang cerdas di bimbel saya. Hal tersebut membuat saya lebih terpacu dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan sempurna.

Saya selalu menargetkan agar bisa menjawab setiap kuis dengan benar tanpa salah satu soal pun. Namun, lambat laun saya mulai merasakan kejenuhan dengan dunia matematika dan fisika yang dulunya saya gemari. Saya mulai malas menghitung angka banyak dan memahami soal fisika lebih teliti. Tetapi, saya menemukan keseruan dan rasa penasaran yang lebih jauh tentang pelajaran biologi, seperti jenis-jenis penyakit dan parasit, atau mungkin struktur organ tubuh manusia. Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar biologi dengan membaca jurnal-jurnal kesehatan yang sebenarnya di luar dari materi pelajaran yang harus saya pelajari. Mungkin ini sebuah pertanda jika saya harus melanjutkan pendidikan di FK UI.

Tanggal 14 April 2019, saat itu saya menjalani tes gelombang pertama UTBK. Saya merasa sangat tidak percaya diri dengan tes yang baru saja saya lakukan. Saya sudah pesimis pasti akan mendapatkan nilai di kisaran 500, nilai tersebut termasuk rentang sangat rendah. Ternyata Allah memberikan sebuah kejutan untuk saya, rata-rata nilai saya ada di kisaran 700-an tepatnya 739. Saya sangat bersyukur sekali karena nilai tersebut sudah cukup agar bisa diterima di FK UI. Tetapi saya masih ragu karena masih banyak orang yang nilainya belum jelas dan bisa saja lebih dari saya, sedangkan untuk FK UI membutuhkan nilai yang pastinya sangat tinggi. Saya pun kembali memfokuskan diri untuk belajar lebih giat lagi agar lebih siap dan matang saat menghadapi UTBK gelombang kedua. Tetapi, hasil UTBK gelombang kedua tidak sebagus gelombang pertama, hanya mendapatkan rata-rata 660. Hal itu membuat saya bimbang mengambil risiko dengan pilihan pertama saya di FK UI atau mencari aman dengan memilih perguruan tinggi lain seperti ITB.

Banyak sekali pertimbangan yang saya buat untuk memilih pilihan di SBMPTN. Tiba-tiba saya mendapatkan suatu petunjuk lagi, di mana lebih baik mati mencoba daripada hidup tanpa melakukan apa-apa. Akhirnya saya beranikan diri untuk memilih FK UI dan bijaksana dengan pilihan kedua di Fakultas Teknik Sipil ITS. Saya selalu terbayang-bayang jika tidak diterima di FK UI, bagaimana kekecewaan yang akan saya dapatkan jika nantinya tidak diterima. Ikhlas adalah satu-satunya jalan keluar dari semua rasa kecemasan itu, saya ikhlaskan semua pilihan itu ke Maha Pengatur. Setiap keputusan-Nya pasti yang terbaik. Saya harus siap menerima hasil akhir dari SBMPTN, harus siap kehilangan mimpi besar saya yang pernah terlupakan. Satu bulan lamanya kami peserta SBMPTN 2019 harus menunggu, saya coba habiskan untuk refreshing dan beribadah, saya perbaiki juga hubungan saya dengan orang tua saya maupun saudara kandung saya. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, tepat setelah azan asar pengumuman SBMPTN 2019 akan diumumkan. Saya mencoba berusaha agar fokus beribadah terlebih dahulu sebelum membuka web pengumuman SBMPTN 2019.

Ibu saya sudah tidak sabar untuk melihat hasil SBMPTN 2019. Lalu saya buka pengumuman tersebut dan ternyata Allah memberikan kejutan besar dalam hidup saya, ternyata saya diterima FK UI. Ibu saya berbahagia dan langsung memeluk saya. Berita tersebut menyebar dengan cepat, banyak teman-teman yang memberikan ucapan selamat kepada saya.

Saya berharap ke depan saya akan lebih giat lagi dalam belajar, bisa memberikan prestasi gemilang untuk FK UI, serta berguna bagi orang lain. Saya juga ingin membanggakan kedua orang tua dengan cara menjadi dokter hebat yang bisa memberikan kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat. Saya juga ingin menjadi orang penting dalam kehidupan teman-teman saya sesama Angkatan 2019, mungkin menjadi alasan mereka untuk tertawa di kala kesedihan atau sebagai teman berbagi pemikiran. Selain itu saya berharap diri saya bisa berpartisipasi lebih untuk angkatan 2019.

Mungkin dalam satu tahun ke depan saya ingin mencapai nilai cumlaude. Untuk tiga tahun ke depan mungkin saya bisa mengikuti kegiatan bakti sosial, seperti membantu korban bencana alam maupun layanan kesehatan bagi orang tidak mampu. Untuk sepuluh tahun ke depan saya memiliki keinginan untuk berdinas ke salah satu daerah terpencil di Indonesia, seperti Provinsi NTB, Lombok, dan daerah lainnya. Mungkin dua puluh tahun ke depan saya ingin memiliki klinik yang berguna untuk masyarakat tidak mampu agar bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan gratis, selain itu saya juga ingin berperan penting dalam dunia kedokteran dengan menemukan penemuan seputar kesehatan.

Untuk teman-teman dan adik-adik yang ingin sekali masuk ke FK UI, saya ingin berpesan bahwa untuk bisa diterima di FK UI harus memiliki tekad yang kuat dan hati yang ikhlas. Tidak hanya kerja keras yang harus dilakukan, lebih dari itu. Sikap dan perbuatan juga berpengaruh dalam kehidupan kita. Tuhan pasti akan memberikan balasan yang lebih terhadap hamba-Nya yang selalu berbuat kebaikan terhadap sekitar, tidak hanya kepada sesama manusia, namun kebaikan seperti membuang sampah yang ada di jalan bisa memberikan pengaruh yang besar dalam hidup. Hal-hal kecil yang membuat orang lain tersenyum juga akan memberikan pengaruh yang besar ke depan. FK UI bukanlah tempat untung orang yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai sempurna, FK UI membutuhkan hati yang baik dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Jika teman-teman dan adik-adik memiliki halangan yang tidak bisa diselesaikan seorang diri, ada baiknya meminta bantuan kepada orang lain dan kepada sang Maha Pencipta. Selalu percaya pasti ada jalan dan petunjuk yang siap mengarahkan teman-teman dan adik-adik ke jalan yang benar. Keberanian juga dibutuhkan agar bisa diterima FK UI. Selalu berpikir optimis dan jangan terbebani dengan pikiran yang memang tidak ada jawabannya.

Saya selalu mengingat kata-kata dari teman saya yang membuat saya terpukul saat mendengarnya. Saat itu teman saya berkata, “Lebih baik hidup menderita di awal, daripada harus menderita di akhir.” Kata-kata tersebut memberi keberanian untuk memilih FK UI saat SBMPTN. Mungkin tanpa tanpa kata-kata tersebut saya tidak bisa berada di FK UI sekarang. Selain itu ada kata-kata yang selalu saya pegang dalam hidup saya, “Lebih baik mati berusaha daripada hidup tanpa mencoba apa pun.” Kalimat tersebut selalu memberikan saya semangat untuk berusaha lebih baik lagi dalam menjalani setiap rintangan dan kesusahan dalam hidup.

Mungkin itu sedikit cerita dalam hidup saya, semoga bisa menginspirasi teman-teman dan adik-adik. Selalu semangat ke depan dan selalu berbuat kebaikan, karena kita butuh orang baik lebih banyak lagi di dunia. Assalamualaikum.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page