NARASI PERJUANGAN - MUHAMMAD ATHALLAH ARSYAF
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 11 min read
Perkenalkan nama saya Muhammad Athallah Arsyaf dari SMA Negeri 87 Jakarta. Bisa belajar di Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan terbesar yang bisa seseorang miliki. Puji Syukur saya bisa menjadi salah satu dari orang-orang yang mendapatkan kesempatan tersebut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan mimpi saya semenjak menduduki bangku SMP. Hal tersebut dipengaruhi oleh betapa menggebu-gebunya profesi dokter pada saat itu.
Keinginan saya untuk menjadi dokter semakin memuncak karena keberadaan dari seorang role model yang telah menjalankan pendidikannya sebagai seorang dokter. Orang tersebut adalah bunda saya. Pada saat itu, ia sedang menjalani PPDS Spesialis Anestesi nya di RSCM - FKUI Salemba setelah 1 tahun lulus dari S1 Pendidikan Dokter FK UI. Salah satu momen yang paling penting dalam perjuangan saya adalah ketika pertama kali mendapatkan hadiah sebuah buku kedokteran berjudul “Human Physiology: From Cells to Systems” Oleh Lauralee Sherwood. Buku tersebut masih saya ingat dengan jelas sampai sekarang sebagai buku yang sangat tebal dan digunakan khususnya bagi para mahasiswa kedokteran tingkat 1 di kebanyakan tempat. Buku ini menjadi inspirasi dan bukti penting dalam linimasa awal perjalanan saya menjadi dokter.
Kesan pertama kali ketika saya membaca buku ini adalah betapa menariknya konsep yang terkandung di dalamnya. Disini saya pertama kali menyadari seberapa pentingnya interdependensi satu hal dengan lainnya dalam fungsi kerja tubuh. Beberapa tahun setelah itu pun buku Physiology Sherwood masih menjadi salah satu buku paling penting dalam perjalanan saya. Walau cukup detail, buku ini masih sering menjadi referensi saya dalam tugas-tugas biologi dan juga dalam perlombaan olimpiade. Salah satunya digunakan dalam perlombaan National Medical and General Biology Competition (NMGBC) 2019 dan Olimpiade Kedokteran Bioscope di Universitas Padjadjaran. Setelah beberapa saat, saya menyadari bahwa ilmu kedokteran merupakan suatu hal yang sangat menarik dan menetapkan tujuan terakhir kalinya untuk serius menjadi seorang dokter.
Berpindah dari jenjang SMP ke SMA merupakan suatu perubahan besar untuk saya. Berasal sebelumnya dari Sekolah Internasional yang menggunakan Bahasa Inggris dan seketika beradaptasi ke Sekolah Negeri yang menggunakan Bahasa Indonesia merupakan penyesuaian yang cukup besar untuk saya. Ditambah lagi dengan sistem dan proses pembelajaran yang jauh lebih kaku dan berdasar pada rote learning membuatnya lebih membosankan. Karena hal itu saya menjadi lebih terdorong untuk bereksplorasi diluar ruang kelas untuk mendapatkan pembekalan dalam bentuk-bentuk lain. Salah satunya adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan kompetisi. Saya menemukan bahwa melakukan berbagai kegiatan tersebut memperkaya ilmu dan pengalaman saya sesuai dengan bidang yang ingin saya perdalam terutama dalam bidang kedokteran. Salah satu dari kompetisi tersebut adalah ketika saya mengikuti Olimpiade Kedokteran Gigi Dasar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada pada tahun 2017. Pada perlombaan Kedokteran pertama tersebut, saya belum berhasil membawa pulang piala tetapi pengalaman yang saya dapatkan jauh lebih berharga dari piala manapun. Perlombaan kedua adalah pada ajang Olimpiade Kedokteran Gigi Dasar Kedokteran Gigi 2018 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan berhasil meraih Juara 3. Walaupun saya berhasil membawa pulang piala pada perhelatan tersebut, saya merasa lebih kecewa karena menyadari kurang cepat dan tanggapnya diri saya pada saat ronde Grand Final. Pada tahun berikutnya karena merasa masih kurang puas dengan hasil yang sebelumnya saya dapatkan, saya mengikuti perlombaan yang sama di FKG UI dan akhirnya berhasil merebut Juara 1.
Tetapi jika harus mengatakan satu lomba yang menurut saya paling berkesan, maka NMGBC 2018 yang digelar oleh FK UI merupakan awal mula saya mulai mengenal tentang betapa berorientasi sosialnya dunia para mahasiswa kedokteran. Pada kali ini saya tidak hanya memerlukan kemampuan intelektualitas saja tetapi juga dengan lelah mengkoordinasikan sebuah rangkaian acara kampanye sosial yang memerlukan kemampuan intrapersonal. Disitulah saya dituntut untuk mengembangkan ide-ide dan konsep dasar yang saya miliki pada suatu isu kesehatan tertentu dan mengeksekusikan hal tersebut secara langsung dengan cara terjun ke masyarakat. Hal ini merupakan hal yang cukup sulit, terlebih karena karakter diri saya yang cukup tertutup dengan orang baru. Tetapi mau tidak mau, saya harus dapat mendorong diri saya menuju arah yang lebih baik. Kemampuan beradaptasi dengan cepat dan berkomunikasi asertif merupakan suatu sifat yang krusial dimiliki oleh seorang dokter. Pada kesempatan kali ini saya lebih mengerti emfasis dari peran dokter yang dapat mencetus dampak besar melalui berbagai macam metode yang tersedia. Di akhir perlombaan ini, saya sangat bersyukur karena presentasi hasil saya sukses dan berhasil mendapatkan Juara.
Di luar melatih jiwa yang kompetitif, memperluas wawasan juga bisa dilakukan melalui kegiatan seminar. Salah satu Seminar yang saya pernah ikuti adalah Seminar Kesehatan Nasional yang digelar oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Pada kesempatan itu, saya diberikan peluang untuk mendapatkan transfer ilmu yang tidak ternilai dari para ahli-ahli di bidangnya secara komprehensif dan dinamis. Pemaparan mengenai Mortalitas Neonatus di Indonesia menjadikan nya topik yang sangat menarik dan memperbaharui pengetahuan tentang isu-isu terkini dalam kedokteran.
Perkembangan akademis yang baik di sekolah pun turut serta saya jadikan prioritas utama saya. Mendapatkan nilai rapor yang sangat baik tidak luput menjadi bagian yang besar dalam meraih cita-cita untuk dapat berkuliah di FK UI. Maka dari itu sejak Semester 1 di SMA saya sudah menyusun rencana studi saya untuk 3 tahun kedepan, serta memasang target nilai yang ingin dicapai. Hal ini sebagai bentuk persiapan saya untuk mendapatkan hasil yang maksimal agar dapat mendaftar di jalur undangan.
Sewaktu saya duduk di Kelas 11, semakin saya sadari bahwa bidang ilmu Biologi dan Kimia merupakan mata pelajaran yang paling saya gemari. Walaupun pembelajaran yang diberikan di kelas terkadang kurang maksimal, saya tidak pernah merasa teralihkan untuk mempelajari materi-materi tersebut secara mandiri. Banyak fenomena yang membuat saya menjadi penasaran dan bertanya-tanya. Hal ini mendorong saya untuk mencari diluar referensi belajar dan terus memotivasi saya untuk memperluas ilmu yang sudah ada. Dengan itu saya mengetahui bahwa minat belajar saya tersebut sudah membuat saya cukup kompatibel untuk melanjutkan pendidikan tinggi di bidang rumpun kesehatan.
Dalam waktu yang terasa singkat, akhirnya saya sampai di penghujung masa SMA. Waktu dimana semua jerih payah saya selama tiga tahun akan diuji tanpa kenal lelah. Di tahun ini lah dimana saya menghadapi rintangan yang cukup berat. Sempat di satu titik dimana saya merasa sangat demotivasi sampai-sampai tidak berkeinginan lagi untuk mendaftarkan diri di Jalur Undangan dan langsung saja mendaftar di Perguruan Tinggi Luar Negeri. Tetapi karena dukungan dari kedua orang tua, guru-guru, dan juga teman-teman saya di sekolah, saya pun akhirnya mendaftarkan diri pada Jalur SNMPTN dan Talent Scouting UI. Hal ini saya lakukan karena tidak ingin mengecewakan para orang-orang yang terus mendoakan dan mendukung saya selama ini.
Mungkin banyak dari orang yang berpendapat bahwa, diterima di Jalur undangan itu mudah karena tidak diperlukan begitu banyak perjuangan. Tetapi menurut saya jalur undangan merupakan jalur dengan bidik yang sangat berbeda. Para pejuang jalur undangan harus bisa pintar mempelajari pola-pola seleksi yang dibidik oleh Universitas dengan seksama walaupun informasi yang tersedia sangat minim. Bukanlah rahasia lagi bahwa penyelenggaraan seleksi dengan Jalur undangan ini tidak dilakukan secara transparan. Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peluang kelulusan dari seseorang di PTN yang tidak dipublikasikan. Tetapi walaupun begitu, saya tetap menganggap bahwa memperjuangkan jalur undangan juga sama pentingnya, hanya saja kita harus bijak dalam mempersiapkannya lebih dini. Oleh karena itu saya mulai mempelajari pola seleksi berdasarkan sosialisasi PTN, tulisan blog, dan juga pengalaman siswa yang telah sukses diterima di Jalur Undangan.
Nilai rapor, sertifikat, perkembangan grafik, asal sekolah, asal provinsi, dan alumni adalah beberapa poin-poin penting dalam kriteria seleksi pada jalur undangan. Tetapi setelah ditelusuri, hanya dua hal yang berpengaruh besar yaitu asal sekolah dan alumni. Dua hal tersebut adalah variabel yang tidak bisa lagi kita ubah. Tidak seperti nilai dan sertifikat yang masih bisa kita usahakan dan perjuangkan. Di saat yang bersamaan saya mengetahui betul bahwa Universitas Indonesia sangat memprioritaskan sekolah-sekolah dengan Indeks Kualitas Sekolah yang sangat baik. Indeks Sekolah tersebut ditentukan oleh jumlah dan performa dari alumni-alumni sekolah asal yang berkuliah di UI. Karena belum pernah ada yang sebelumnya diterima di FK UI, maka peluang saya untuk diterima di FK UI sangatlah sempit atau mungkin tidak ada. Terlebih lagi, tanpa dihalangi oleh masalah itu, masuk ke FK UI memang sudah merupakan hal yang cukup sulit.
Tetap optimis, saya mendaftarkan diri di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada SNMPTN dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Talent Scouting. Saya mengetahui bahwa kedua pilihan saya tersebut merupakan pilihan yang cukup sulit untuk didapatkan, tetapi saya telah berusaha semaksimal mungkin selama 3 tahun dalam mempertahankan nilai dan memperebutkan juara. Saya juga terus berdoa pada maha kuasa agar dimudahkan lulus di salah satu Fakultas tersebut. Pikir saya waktu itu adalah; jika saya merubah pilihan saya menjadi berbeda dari apa yang saya doakan, maka bagaimana tuhan bisa mengabulkan doa saya tersebut?
Setelah mendaftarkan diri pada keduanya, yang paling membuat berkesan adalah ketika mendaftar pada Jalur Talent Scouting. Karena belum pernah sebelumnya diundang untuk mengikuti Talent Scouting, saya memberanikan diri menuliskan surat pengajuan permohonan formulir ke pihak Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Indonesia (PMB UI) agar Sekolah saya dapat diundang. Hal ini disertai dengan pembuktian kualifikasi dan kualitas pelamar yang didukung oleh pelampiran Curriculum Vitae (CV). Tanpa harapan apapun, saya tidak mengira UI akan memberikan kuota dengan mudahnya pada sebuah sekolah yang bisa dikatakan “kurang populer”. Tetapi beberapa minggu kemudian, datang sebuah surat undangan yang menjelaskan bahwa permohonan telah diterima dan mereka memberikan kesempatan bagi satu orang saja untuk mendaftar, dengan syarat harus sesuai dengan kualifikasi yang sudah dikirimkan ke pihak UI. Maka dari itu saya langsung bergegas mendaftarkan diri saya dengan menggunakan formulir yang telah diberikan oleh UI. Disitulah saya merasakan betapa bahagianya diberikan peluang untuk setidaknya mendaftarkan diri di UI walaupun sekolah saya belum memiliki riwayat sama sekali di Program Kelas Khusus Internasional (KKI) manapun di Universitas Indonesia.
Talent Scouting adalah jalur undangan khusus untuk Program KKI yang tersedia di Universitas Indonesia. Talent Scouting itu sendiri menerapkan kualifikasi penerimaan yang menurut saya lebih kompleks dari Jalur SNMPTN. Ia juga memiliki tahapan dan persyaratan yang berbeda pula. Tidak hanya serta-merta mengupload nilai saja, banyak hal lain yang dapat mempengaruhi penerimaan. Salah satunya mahasiswa diwajibkan mengunggah Sertifikat TOEFL dengan nilai minimal 550 atau IELTS dengan nilai minimal 6.0. Pendaftar juga diwajibkan menulis sebuah Motivational Letter yang berisi alasan mengapa memilih Fakultas Kedokteran. Melampirkan sertifikat hasil SAT atau sertifikat prestasi juga sangat dianjurkan. Menurut saya tahapan mendaftar pada Talent Scouting memerlukan proses dan waktu yang cukup lama dibanding dengan pendaftaran SNMPTN. Untuk Talent Scouting ini sendiri, memakan waktu beberapa minggu hanya untuk menyusun Motivational Letter. Hal yang satu ini sangat penting karena tidak saja memetakan motivasi dan tujuan kita dalam perkuliahan, tetapi pihak penguji juga dapat melihat seberapa luas wawasan yang kita miliki diluar angka-angka.
Setelah menyusun semua berkas yang diperlukan untuk mendaftar, saya langsung bergegas mengunggah semua dokumen ke laman Penerimaan UI. Pada saat itu saya sempat ragu untuk memilih Kedokteran, karena peluang untuk diterima juga tetap saja tipis dan persaingannya merupakan yang paling ketat pada Talent Scouting setiap tahun. Tetapi berhubung sudah merangkai esai sesuai dengan alasan mengapa ingin masuk ke Fakultas Kedokteran, maka merubah pilihan ke Fakultas lain sudahlah tidak mungkin lagi. Dengan memberanikan dan meyakinkan diri sendiri, saya akhirnya memfinalisasi pendaftaran saya untuk Talent Scouting 2019.
Beberapa saat setelah itu, saya mendapatkan telepon dari pihak Sekretariat FKUI yang mengundang saya untuk mengikuti wawancara MMI-MMPI. Hal ini merupakan rangkaian tahap kedua dari proses seleksi yang dilakukan untuk mengevaluasi lebih lanjut mahasiswa mana yang pantas untuk diterima di FKUI KKI. Pada rangkaian kali ini, pendaftar akan diwawancara secara umum oleh penguji dan juga mengikuti rangkaian Multiple Mini Interview (MMI) yang berupa format wawancara terstruktur yang diadopsi dari sistem seleksi sekolah kedokteran di luar negeri. Format dari MMI itu sendiri serupa dengan sistem ujian praktik OSCE yang terdiri dari beberapa pos berbeda dengan kasus atau tindakan yang berbeda-beda pula. Pada ujian MMI kali ini, terdapat 8 pos dengan 2 diantaranya adalah pos istirahat. Pos-pos tersebut terdiri dari 3 bagian; pos kasus, pos menulis esai, dan pos role play. Diantaranya juga terdapat pos terpisah yang merupakan sebuah wawancara tradisional. Setelah itu di hari kedua terdapat juga Ujian Psikometrik MMPI yang dilaksanakan di gedung IMERI FKUI Salemba.
Pengalaman yang saya alami pada saat itu sangat berkesan karena saya merasa cukup haru untuk lagi-lagi diberi kesempatan tetap lanjut dalam proses seleksi ini dan juga untuk menghadiri undangan tersebut. Dalam kata lain, satu tahap telah berhasil saya lewati maka langkah saya menuju FKUI hanya tinggal dibatasi oleh wawancara, MMI dan tes MMPI. Untuk dapat melewati tahap ini dengan baik, banyak kemampuan dan keahlian yang akan diperlukan. Ketika di wawancara, saya mendapatkan penguji yaitu Dekan FK UI; Prof. Dr. dr. Ari Fachrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB. Sebuah pengalaman yang berkesan untuk bisa berbincang langsung dengan Dekan FK UI secara langsung.
Pada tanggal 24 Maret 2019, Hasil dari Seleksi Talent Scouting pun akhirnya diumumkan. Pada laman diberikan keterangan bahwa pengumuman ini baru bisa diakses pada pukul 13:00. Tetapi ternyata hasil bisa langsung diketahui melalui akun admin sekolah tanpa menunggu pukul 13:00. Maka dari itu, pada sekitar pukul 11:00 saya meminta Guru BK saya untuk mengecek apakah saya lulus atau tidak. Awal sebelum membuka pengumuman, tentu saya merasa sangat gelisah dan takut. Bagaiamana jika saya mendapatkan penolakan? Apakah saya siap untuk menerimanya?
Setelah mendapatkan kabar dari guru penanggung jawab mengenai akun Penerimaan UI milik sekolah, puji syukur keterangan pada laman pada akun tersebut menyatakan “LULUS” dan kartu peserta sudah dapat diunduh. Walaupun merasa lega, senang, dan sedikit tidak percaya, saya tetap merasa lebih aman untuk menunggu hasil yang dapat dilihat sendiri melalui akun pendaftar. Saya menunggu dengan resah sampai waktu menunjukan 13:00. Persis pada saat jam menunjukan pukul 13:00, saya mengakses akun saya dan melihat hasil kelulusan. Ternyata hasil yang diberi tahu oleh guru BK benar adanya karena tampilan hasil yang saya dapatkan sama dengan yang disampaikan sebelumnya.
Perasaan setelah dapat mengkonfirmasi kelulusan saya tersebut, saya merasa amat bersyukur dan tidak sangka dapat lulus seleksi pada Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia. Saya merasakan betul jika “usaha itu memang benar tidak akan pernah menghianati hasil”. Saya juga merasakan rasa bahagia yang tidak tertandingi sebelumnya, serta merasa terpenuhi karena dapat membuat kedua orang tua saya menangis karena bangga.
Harapan saya kedepannya adalah untuk menjadi individu yang lebih baik agar saya bisa menjadi dokter yang lebih baik pula. Karena saya sadar bahwa saya belum luput dari banyak kekurangan. Saya ingin memperbaiki kemampuan berkomunikasi dan berempati dengan orang lain terutama meningkatkan kepekaan saya terhadap sesama manusia. Saya juga berharap saya dapat menjalankan amanah ini dengan sebaik-baik mungkin disertai tekad dan usaha yang sebanding sebagai bentuk terima kasih saya karena sudah diberikan peluang menjadi seorang mahasiswa FK UI. Harapan untuk keluarga adalah senantiasa mendukung proses saya yang cukup panjang untuk menjadi dokter mau secara emosional maupun secara finansial. Saya yakin bahwa keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam support system seseorang ketika orang tersebut sedang putus asa. Lebih penting lagi, saya juga berharap nantinya kontribusi yang saya miliki akan memiliki dampak yang substantif terhadap masyarakat luas.
Rencana jangka panjang saya untuk 5 tahun kedepan berorientasi pada keinginan saya untuk terus melanjutkan kegiatan-kegiatan diluar kelas semacam kompetisi, seminar, dan konferensi disertai dengan performa akademis yang prima. Saya menginginkan tujuan saya untuk belajar di Fakultas Kedokteran tidak hanya berputar pada nilai akademis saja, tetapi harus disertai dengan pengertian dan penguasaan dari ilmu yang telah saya pelajari tersebut dengan baik. Saya harus bisa mempertanggungjawabkan ilmu yang diberikan ke saya karena akan saya gunakan nantinya ketika menjadi dokter. Setelah lulus, saya berencana untuk melakukan praktek kerja selama satu tahun untuk mendapatkan pengalaman klinis sebelum melanjutkan ke salah satu bidang spesialisasi. Hal ini disebabkan karena saya ingin mendapatkan pengalaman untuk diri saya sendiri dan juga sebagai pemenuhan syarat agar dapat mendaftar PPDS kembali di FK UI. Pengalaman kerja 1-2 tahun akan sangat berguna terutama dalam hal memberikan rekomendasi. Bekerja dalam bidang yang sesuai dengan bidang spesialis yang akan diambil akan mempermudah penerimaan pada program tersebut. Saya sendiri tertarik untuk mengambil bidang Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) dengan Subspesialis Penyakit Tropis Infeksi (Sp.PD-KPTI) dalam kurun waktu 10 tahun. Setelah itu, saya juga tertarik untuk menempuh pendidikan magister dalam bidang Kesehatan Masyarakat, terutama dalam bidang Kesehatan Global atau International Health and Tropical Medicine. Hal ini menarik karena belum banyak orang yang sadar pentingnya ahli dalam bidang tersebut terutama untuk bergerak pada organisasi seperti World Health Organization (WHO). Karena memang impian saya adalah untuk berkontribusi pada siapapun tanpa mengenal kewarganegaraan, maka itu saya tergerak untuk dapat bekerja sebagai perwakilan dokter Indonesia pada WHO. Selain hal tersebut, pendidikan berlatar belakang Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM) dengan peminatan Kebijakan dan Hukum Kesehatan juga bisa menjadi pilihan alternatif saya pada masa depan.
Pesan saya bagi para siswa SMA yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pastikan diri kalian siap menghadapi waktu pendidikan yang panjang dan melelahkan. Pastikan juga kalian memang ingin mempelajari ilmu kedokteran itu sepanjang hayat bukan hanya sementara. Jika kalian ragu memilih FK, coba pikirkan lagi alasan apa awalnya yang membuat kalian ingin menjadi dokter? Apakah itu hanya sebatas karena prestise atau bergengsi saja? Jika itu alasan yang pertama muncul maka sekarang adalah waktu yang tepat untuk meninjau ulang pilihanmu. Karena sesungguhnya dunia ini bukan hanya memerlukan banyak dokter, tetapi kita membutuhkan satu dokter dengan banyak keunggulan sesungguhnya.
“Bekerja keras dan berusaha lah, pada akhirnya kalian akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang telah kalian lakukan walaupun hal itu mungkin saja tidak sesuai dengan apa yang kalian inginkan.”
Comments