NARASI PERJUANGAN - MUHAMMAD FAIZ AMIRULLAH NURHADI
- FKUI 2019
- Aug 16, 2019
- 8 min read
Narasi Perjuangan
Perkenalkan nama saya adalah Faiz Amirullah, asal sekolah saya dari SMA Negeri 1 Solo, saya mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diterima di FKUI melalui jalur SBMPTN. Saya lahir di Solo tanggal 18 Juli 2000, saya besar dan menimba masa kecil di Lampung meskipun lahir di Solo, ketika menginjak masa SMP, saya kembali ke tempat kelahiran saya di Solo dan bersekolah di SMP Negeri 3 Solo, saya menjalani masa SMP selayaknya remaja pada umumnya, masih polos dan menjalani hidup tanpa hambatan, bahkan menginjak masa SMA saya tidak terpikirkan sama sekali ingin melanjutkan studi di jurusan apa, di sisi lain teman-teman saya sudah berlomba-lomba untuk mengejar nilai setinggi mungkin agar mereka diterima di jurusan yang mereka inginkan melalui jalur SNMPTN, saya tergolong siswa yang pemalas di kelas dan hampir setiap ujian saya selalu remed, meskipun saya berada di sekolah yang relatif favorit dengan tingkat kompetisi tinggi. Di masa-masa kelas X dan XI, sekitar 80% waktu saya habiskan untuk kegiatan ekstrakurikuler paskibra dan organisasi di sekolah, saat memasuki tahun junior kelas X, ekskul paskibra sangat padat sekali kegiatannya, bahkan saat libur semester pun kami tetap menjalani latihan untuk lomba, kami biasa berlatih dari jam enam pagi hingga enam sore, saya juga ditunjuk sebagai ketua angkatan paskibra di sekolah, sementara di masa kelas XI saya diamanahi menjadi senior dan berorganisasi di Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) sebagai wakil ketua. Saya merupakan orang yang sangat pemalas, ditambah lagi sibuk menjadi aktivis organisasi dan ekskul, sehingga hampir tidak pernah saya menggubris pelajaran sekolah, jikalau ada waktu senggang biasanya saya habiskan untuk jalan-jalan maupun bermain permainan di gawai. Hiruk pikuk dan hegemoni aura masuk universitas mulai terasa saat saya menginjak kelas XII, dalam hati saya tidak terbesit suatu pilihan jurusan yang benar-benar mantap, tapi yang saya tahu saya diharapkan orang tua saya untuk masuk jurusan kedokteran, karena ayah saya seorang dokter dan dianjurkan untuk melanjutkan karir ayah saya. Meskipun sebenarnya saya ragu akan jurusan kedokteran, karena saya awalnya benci dengan biologi, dan saya lebih suka mata pelajaran yang berhitung seperti matematika dan fisika, tetapi ada satu harapan di hati saya untuk membanggakan hati kedua orang tua saya, karena saya jarang sekali bertemu mereka, dan saya pernah membuat kedua orang tua saya kecewa, dan mau tidak mau suka tidak suka, saya harus belajar dengan giat di kelas XII untuk menggapai satu demi satu ambisi itu.
Di awal kelas XII, saya sudah mulai menentukan tujuan saya, yaitu masuk jurusan kedokteran di Universitas Indonesia, kenapa harus Universitas Indonesia? Pertama, saya merasa tertantang untuk menaklukkan salah satu jurusan yang paling sulit ditembus di Indonesia. Kedua, dari SMA saya kebanyakan masuk kedokteran di Universitas Sebelas Maret (UNS) atau Universitas Gadjah Mada (UGM), sehingga masuk di FKUI merupakan personal achievement tersendiri untuk saya, yang merupakan siswa yang relatif 'bodoh dan pembuat onar' di SMA. Meskipun saya tahu untuk bisa tembus di FKUI itu sangat sulit, karena tingkat persaingannya tertinggi di Indonesia, dan jurusan kedokteran sudah pasti diminati dan diincar banyak orang
Awal perjuangan belajar saya diawali dengan membeli buku-buku SBMPTN karena saya sadar sudah tidak mungkin saya diterima melalui jalur SNMPTN karena nilai saya yang sangat jelek, setelah mencoba baca beberapa materi SBMPTN yang saya cari di internet, saya sangat menyesal karena di masa-masa kelas X dan XI saya jarang untuk belajar karena kesibukan di paskibra dan organisasi, dan saya orang yang pemalas, sehingga saya harus mengejar materi 3 tahun di masa kelas XII agar diterima di FKUI yang notabene jurusan dengan passing grade tertinggi se Indonesia. Untuk menyiasati hal itu, saya sering membolos sekolah demi mengejar materi SBMPTN, biasanya saya skip 1-2 hari tiap minggunya demi mengejar materi SBMPTN, saya tahu hal tersebut berisiko, tetapi saya berpikir jika saya sekolah di kelas XII kurang efektif karena bab pelajarann yang persebaran materinya tidak terlalu banyak di SBMPTN, serta materinya yang terlalu dangkal dibandingkan soal tes SBMPTN. tidak lama berselang, wali kelas saya yang bernama Bu Yustina menyadari kalau saya sering bolos, beliau lantas memanggil saya dan memberi saya motivasi agar tetap fokus bersekolah dan taat peraturan, beliau juga sempat memanggil ibu saya saat pembagian rapot, dan beliau lalu mempertemukan kami untuk mem ahas masalah ini, tetapi diri saya tetap membangkang dan tetap pada ideologi diri sendiri kalau sekolah di masa kelas XII itu 'tidak penting' karena hanya terfokus pada Ujian Nasional dan tidak menunjang usaha saya untuk masuk jurusan yang saya inginkan. Hari demi hari pun berlalu, ternyata hasil belajar yang saya harapkan tidak benar-benar terwujud, ternyata tekanan di mana-mana dan masalah demi masalah mulai bermunculan, mulai dari tekanan sekolah, orang tua yang marah setelah mengetahui saya sering bolos karena pada pertemuan itu semua kegiatan saya yang membangkan terbongkar, hingga masalah drama di masa remaja. Saya juga kadang mengikuti tryout di luar dan hasilnya seringkali tidak memuaskan karena hambatan-hambatan belajar itu, hingga hari demi hari berlalu dan memasuki hari-hari menjelang SBMPTN. Sejujurnya, dalam hati kecil saya, saya sudah menduga jika saya akan gagal dalam SBMPTN, hingga hari di mana saya mengerjakan soal-soal SBMPTN, saya benar-benar blank dan gagal dalam mengerjakan. Dan pengumuman tanggal 3 Juli 2018, saya dinyatakan tidak lulus SBMPTN.
Perasaan sedih bukan main ketika saya dinyatakan ditolak SBMPTN tahun 2018, tangis dan sedih menyertai tahun yang saya anggap tahun terburuk selama hidup saya, ujian demi ujian mandiri telah saya ikuti, dan ujian mandiri UGM pun tidak menjadi kado ulang tahun yang manis, melainkan terpahit dalam hidup saya. Kemudian pada tanggal 20 Juli 2018, saya terkejut ketika saya diterima di Universitas Airlangga fakultas MIPA, saya kemudian mempertimbangkan apakah saya ambil tawaran kuliah di Unair, atau saya gap year, dan akhirnya saya putuskan untuk mencoba berkuliah di Unair 1 tahun lalu saya mencoba lagi SBMPTN tahun depan. Hari demi hari dalam satu semester di Unair saya jalani dengan senang hati, saya mendapatkan banyak teman baik yang akrab dengan saya, di satu semester di Unair hampir setiap hari saya hang out bersama teman, nongkrong, hingga bermain, saya juga aktif di organisasi kampus, seakan-akan saya lupa bahwa tujuan saya adalah pindah kampus, di Unair saya menemukan dua teman dekat yang sama tujuannya yaitu pindah kampus. Hingga pada akhirnya, saya kembali mengulangi cara yang sama, yaitu saya berencana bolos di semester dua perkuliahan agar saya bisa fokus belajar bersama dua orang teman saya. Memang terkadang untuk bisa mencapai suatu hal, cara yang gagal terdahulu dapat kita ulang agar bisa menimbulkan kisah keberhasilan yang epik
Di akhir Desember 2018, saya bersama dua teman saya mengikuti bimbel di Surabaya, di sana selama lima bulan kami benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh, hingga di kost saya habiskan untuk belajar serius, tidak nongkrong seperti biasanya, saya dan teman-teman seringkali nongkrong di salah satu kafe hingga larut malam selama berhari-hari, sampai petugas di kafe hafal dengan identitas kami, bahkan tempat duduk favorit kami. Tidak mudah menjalani hari di mana melakukan segala sesuatu secara repetitif, depresi dan bosan pasti melanda. Tapi beruntung ada figur orang yang selalu menyemangati saya yang lumayan membantu mengatasi kebosanan saya, ditambah saya bingung harus jadi apa saya apabila saya gagal lagi tahun ini.
Hingga hari ujian UTBK pertama tiba, saya mengerjakan soal-soal UTBK dengan mudah, saya merasa hasil belajar saya terbayar lunas, hingga pengumuman nilai diumumkan, saya terkejut atas hasil nilai UTBK saya yang mencapai skor rata-rata 760+, yang notabene kata guru bimbel saya, saya tinggal memilih jurusan mana yang ingin saya pilih tanpa perlu takut tidak diterima. Setelah pengumuman nilai UTBK saya mulai mengurangi intensitas belajar saya, dan mulai melakukan aktivitas di luar kegiatan bimbel untuk refreshing, meskipun masih ada UTBK gelombang dua, dan saya tidak kaget ketika melihat hasil UTBK gelombang dua saya yang turun jauh, karena teman-teman saya semuanya juga turun hasilnya. Hingga pendaftaran SBMPTN tiba, saya menempatkan kembali FKUI sebagai pilihan pertama, dan FKUB sebagai pilihan kedua, dengan alasan dan ambisi saya memilih FKUI masih sama.
Kemudian hari yang dinanti telah tiba, pada 9 Juli 2019 pukul 15.00 WIB pengumuman SBMPTN, saya dinyatakan diterima di FKUI setelah berjuang selama dua tahun, saya, keluarga, dan teman-teman saya terkejut dan turut bangga atas keberhasilan saya, tak terkecuali Bu Yustina. Dan pelajaran yang selalu saya dapatkan selama perjuangan saya adalah, tidak ada sesuatu yang benar-benar mustahil untuk dilakukan, selama kita tetap pada jalur perjuangan yang giat.
"The master has failed more times than the beginner has even tried" adalah kutipan yang mungkin cocok menggambarkan perjuangan saya, di mana saya yang notabene bukanlah siswa yang menonjol di SMA dapat diterima di FKUI, di mana saya berhasil melawan rasa malas dalam diri sendiri demi sebuah mimpi. Tentunya dalam mencapai keberhasilan ini saya tidak sendiri, banyak yang berperan penting yaitu ortu, teman, guru saya. Dan banyak hal yang harus dikorbankan, terutama waktu. Berbagai masalah dan tangis depresi sudah saya lalui, meskipun saya tahu rasa depresi dan kecewa akan selalu ada mengiringi hidup, karena sejujurnya sulit bagi saya untuk berpikir positif, saya terbiasa skeptis dan pesimis akan segala hal, terutama apabila menyangkut hal yang bersifat eksistensial dan hakikat tentang apa itu hidup dan untuk apa kita harus belajar. Harapan saya dengan dibuatnya tulisan ini, agar bisa memotivasi orang lain, bahkan diri saya sendiri meskipun sulit. Sulit bagi saya untuk menyampaikan kata mutiara, karena kata-kata mutiara sebenarnya sudah terlintas di benak pikiran pembaca saat ini tanpa perlu saya yang mendiktenya secara literasi
Ke depannya, jalan terjal dan tantangan telah menanti, diterima di FKUI hanyalah awal dari segala sesuatu ke depannya, dan akan menjadi perjalanan seumur hidup. Rencana perkuliahan di tahun pertama, saya ingin fokus belajar hingga mencapai IP yang tinggi, serta mencari teman dan relasi sebanyak-banyaknya agar menunjang kehidupan di Universitas Indonesia, karena bagaimanapun juga relasi itu penting. Saya juga berencana ingin mengikuti organisasi mahasiswa kedokteran seperti CIMSA, ataupun BEM fakultas, tetapi jika IP saya tergolong bagus dan apabila saya bisa membagi waktu, karena sejak SMA saya sangat sulit untuk membagi waktu antara organisasi, ekskul, dan bermain.
Setelah lulus pendidikan profesi sebagai dokter, saya memiliki rencana ingin melanjutkan pendidikan spesialis di bidang saraf, ada alasan tertentu kenapa saya ingin melanjutkan menjadi seorang neurologist, awalnya saya ingin meneruskan jejak ayah saya yang berprofesi sebagai dokter spesialis bedah, singkat cerita saya iseng membeli buku karya Yuval Noah Harari yang berjudul Sapiens, Homo Deus, dan 21 Lessons for 21st Century. Saya sempat menghabiskan bukunya yang berjudul Sapiens yang membahas mengapa Homo sapiens dapat menguasai se- antero spesies dunia pada waktu itu, dan menggeser spesies-spesies lain menuju kepunahan. Semua bisa terjadi karena 'dadu genetik' yang menyebabkan mutasi pada otak manusia, sehingga manusia mampu mengaktifkan kesadaran dan mengolah emosi-emosi dasar secara kompleks. Dari rangkaian sejarah Homo sapiens, saya ingin belajar tentang apa yang sebenarnya terjadi di otak manusia, dan kejadian baik secara biologi, fisika, bahkan filosofi dibalik kesadaran manusia. Maka dari itu ketika lulus dari pendidikan profesi dokter, saya ingin melanjutkan pendidikan spesialis saraf. Meskipun sebenarnya ada keinginan kecil untuk menjadi seorang ilmuwan biologi agar bisa memperdalam topik di bidang teori evolusi makhluk hidup. Dalam dua puluh tahun ke depan, mungkin jika sesuai rencana, saya sudah ditempatkan di suatu rumah sakit ataupun di sebuah komunitas yang bergerak di bidang kesehatan, karena membantu umat manusia merupakan tugas yang sangat mulia secara moral, saya ingin mendirikan sebuah organisasi sukarela non profit yang bergerak di bidang kesehatan, dengan anggota-anggotanya adalah tenaga-tenaga kesehatan baik dokter, perawat, ahli medis, ahli gizi, engineer, bahkan ilmuwan. Tujuannya supaya rakyat yang miskin dan tidak mampu dapat memperoleh akses di bidang kesehatan yang layak (memanusiakan kemanusiaan demi manusia), ada keinginan lain dalam diri saya untuk menjadi seorang dosen/akademisi dan tenaga pendidik, karena saya adalah tipe orang yang suka berbagi ilmu, apalagi berdiskusi. Bagi saya, diskusi adalah cara menyalurkan ilmu dan sudut pandang yang paling efektif karena berdasarkan pengalaman saya sendiri, saya sering berdiskusi dengan sahabat saya perihal masalah filsafat dan sains, dan diskusi menjadi sarana yang ampuh untuk menyampaikan ilmu daripada saya harus membaca secara konvensional. Selain meniti karier sebagai seorang neurologist, saya juga ingin menjadi seorang penulis di website saya pribadi, sebenarnya saat ini saya sudah mempunyai website saya sendiri yang berisi tulisan dan opini pribadi saya tentang berbagai kasus dan pemikiran saya, web saya yaitu mimpinasiana.com, motivasi awal saya membuatnya sebenarnya untuk mengasah kemampuan otak dalam memahami sesuatu yang baru saya pelajari.
Panutan q