Narasi Perjuangan -- Muhammad Fakhri Prayitno
- FKUI 2019
- Aug 14, 2019
- 8 min read
Untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan tentunya kita perlu berusaha. Sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Muhammad Fakhri Prayitno atau biasa dipanggil Fakhri. Di sini, saya ingin bercerita tentang perjuangan saya masuk ke kampus impian saya. Sekarang, saya berhasil diterima di kampus impian saya, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program sarjana. Hal tersebut merupakan sebuah pencapaian yang sangat memuaskan bagi saya. Mungkin bagi orang lain hal ini dianggap sebagai suatu hal yang wajar karena kebetulan saya juga berasal dari salah satu sekolah favorit, yaitu SMA Negeri 8 Jakarta yang jumlah alumnusnya yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terbilang banyak. Almamater sekolah saya ini sangat berlangganan untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bagaikan berlangganan surat kabar setiap hari. Namun, apa pun yang orang bilang tentang sekolah almamater saya tersebut, untuk bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukanlah suatu hal yang bisa didapatkan dengan mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, saya tetap merasa bangga karena menurut saya hasil yang saya dapatkan ini merupakan hasil dari jerih payah perjuangan saya sendiri.
Motivasi utama saya untuk berusaha dan berjuang demi diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indoesia adalah ayah saya. Ayah saya merupakan panutan saya. Beliau merupakan seorang dokter tentara yang merupakan spesialis dokter kandungan. Dokter tentara ialah seorang dokter yang bekerja juga untuk pemerintah di bidang militer sebagai Tentara Nasional Indonesia. Sebagai dokter spesialis kandungan, ayah saya sudah menolong banyak orang, terutama membantu persalinan orang-orang yang ingin melahirkan. Berkat Beliau, banyak juga anak-anak yang dapat lahir dengan sehat. Oleh karena itu, saya juga ingin menjadi dokter karena menurut saya menjadi dokter merupakan pekerjaan yang mulia, seperti yang ayah saya lakukan. Saya ingin mengikuti jejak ayah saya untuk membantu orang banyak.
Selain sebagai motivasi saya, ayah saya juga selalu membimbing saya belajar dan menceritakan bagaimana cara agar saya bisa menjadi dokter yang baik. Salah satunya yaitu tentang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kebetulan ayah saya juga merupakan seorang dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beliau memberi tahu saya bahwa dari semua fakultas kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesialah yang benar-benar memberikan pendidikan kedokteran yang paling baik. Hal itu membuat saya beranggapan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan kampus hebat menghasilkan dokter-dokter hebat pula. Ayah saya selalu mendorong dan mendukung saya agar saya dapat berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kata orang-orang pun, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu kampus yang sangat bergengsi di Indonesia. Oleh karena itu, saya sangat ingin berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menjadi dokter yang dapat membantu orang lain.
Perjuangan saya untuk meraih cita-cita saya sudah dimulai sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Di Sekolah Dasar, setiap kali saya mengikuti apel pagi dan upacara pada hari Senin, sering sekali saya melihat orang memakai baju berwarna putih serta celana dan topi berwarna biru. Ternyata mereka adalah dokter cilik. Setiap kali ada yang sakit, mereka selalu dataing menolong orang yang kesakitan. Di masa-masa Sekolah Dasar, anak-anak sangat ceroboh sehingga tidak jarang banyak anak-anak yang terluka ketika bermain seperti terjatuh karena tersandung batu. Menurut saya, menjadi dokter cilik sangat menyenangkan. Oleh sebab itu, saya berambisi untuk mengikuti seleksi menjadi dokter cilik. Dari sekian banyak anak yang mendaftar menjadi dokter kecil, baik dari kelas 1 hingga kelas 5, hanya ada 20 orang yang bisa mendapat amanah menjadi dokter cilik. Ketika saya kelas 2 SD, saya mendaftarkan diri menjadi seorang dokter cilik di sekolah saya. Untuk menjadi dokter cilik, saya harus mengikuti ujian. Saya pun berusaha belajar untuk ujian menjadi dokter cilik dan saya dinyatakan lolos sebagai salah satu dari 20 anak yang terpilih menjadi dokter cilik. Saya sangat senang bisa menjadi dokter cilik. Menjadi dokter cilik merupakan langkah awal saya untuk menggapai cita-cita saya menjadi dokter sesungguhnya.
Kemudian, perjuangan saya berlanjut di Sekolah Menengah Atas. Di Sekolah Menengah Atas, saya tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja. Saya memilih untuk masuk ekstrakurikuler Palang Merah Remaja karena menurut saya, jika saya ingin menjadi dokter, saya tentunya harus mengetahui dasar-dasar dalam pertolongan pertama. Dan memang betul, saya belajar sedikit tentang medis dan tentunya ilmu-ilmu kepalangmerahan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pertolongan pertama, perawatan keluarga, dan cara menghadapi bencana. Selain itu, usaha saya bukan hanya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja, tetapi juga saya mencicil belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi meskipun ada jalan untuk masuk perguruan tinggi yang melalui jalur undangan atau yang bernama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi karena saya tidak dapat berharap sepenuhnya pada jalur masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi. Walaupun saya sudah berusaha mendapat nilai baik hingga saya bisa masuk ke dalam kuota Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi, saya ditakdirkan untuk tidak lolos jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, saya tetap gigih dan tidak putus harapan karena saya sudah menyadari sejak awal bahwa perjuangan saya akan lebih sulit dari yang saya kira sehingga saya tetap semangat belajar untuk mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer. Saya belajar ke sana kemari mengikuti sebuah Bimbingan Belajar untuk menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer untuk mendaftarkan diri dalam jalur penerimaan perguruan tinggi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Di Bimbingan Belajar yang saya ikuti, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara intensif pada setiap hari kecuali hari Minggu. Setiap hari saya harus pergi ke tempat Bimbingan Belajar untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar intensif. Hal-hal tersebut membuat saya lelah dan muak akan belajar. Namun hal itu tidak menghentikan semangat juang saya untuk berusaha untuk belajar. Meskipun terkadang saya merasa stress dan tertekan, saya tetap berusaha untuk optimis dan semangat untuk belajar. Selama sebelum saya ujian, hal yang saya lakukan hanyalah belajar dan belajar. Saya berusaha menjauhkan diri dari media sosial dan penggunaan handphone sebisa mungkin meskipun masih sedikit-sedikit mencari hiburan. Akan tetapi, saya tetap tekun belajar. Semua itu mencapai puncaknya ketika saya mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer.
Kemudian, waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Setelah melalui perjuangan yang berat. Pada hari Selasa, tanggal 10 Juli 2019 tepat pada pukul 15.00, hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi diumumkan di laman resmi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi. Ketika saya membuka pengumumannya, rasa takut menyelimuti hati saya. Semua bulu kuduk saya merinding dan tangan saya gemetaran untuk membuka laptop saya untuk melihat hasil pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi. Sebelum saya membuka pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi, saya membaca doa-doa dan zikir untuk menghilangkan rasa khawatir saya. Saya pun meminta restu kepada ibu saya untuk memohon izin supaya merelakan apa pun hasil yang saya akan saya peroleh di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi. Saya mencium ibu saya, lalu segera menghampiri laptop saya dan membuka laman untuk membuka pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dengan perlahan saya menggerakkan mouse saya sembari mengklik tombol bertuliskan lihat hasil. Keringat berkujuran dari muka saya dan di seluruh badan, membasahi pakaian saya dan hati saya tidak bisa berhenti berdetak. Namun, semua rasa itu berubah menjadi rasa bahagia dan senyum di wajah saya setelah saya melihat tulisan “selamat Anda diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.” Saya pun berteriak sekencang-kencangnya hingga terdengar seisi rumah, bahkan hingga terdengar oleh tetangga saya. Saya menghampiri ibu saya dan saya langsung memeluknya, kemudian berkata,”Ibu, aku diterima di pilihan pertamaku, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.” Ibu saya meneteskan air mata dan mengucapkan selamat kepada saya. Setelah itu, ibu saya dengan segera mengabari ayah, saudara, serta kerabat-kerabat saya bahwa saya berhasil diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019. Saya tidak menyangka, bahwa saya dapat diterima di kampus impian saya sejak kecil, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Awalnya, saya sudah sempat pesimis, tidak akan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, saya mencoba untuk ikhlas dan merelakan apa pun hasilnya. Ternyata, hasilnya pun sangat membahagiakan. Saya merasa senang dan bangga. Usaha saya yang dilakukan tidak sia-sia. Bisa masuk ke perguruan tinggi yang diimpi-impikan dari dulu merupakan sebuah hal yang memuaskan sekali.
Diterima di Fakultas Kedokteran merupakan sebuah keistimewaan sekaligus sebuah tanggung jawab yang besar. Menjadi seorang dokter bukanlah merupakan hal yang sepele dan mudah. Untuk menjadi dokter, kita harus berkuliah selama 4 tahun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked). Tidak sampai situ saja, untuk mendapatkan titel dokter (dr.), kita harus melalui program profesi yang biasa disebut koas. Setelah itu, kita akan melalui tahap yudisium sebagai tanda sah mengenakan titel dokter. Walaupun sudah melalui tahapan tersebut, kita masih belum bisa langsung melaksanakan praktek kedokterannya sebelum mengikuti Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Jika ingin menjadi dokter spesialis, kita harus melanjutkan program studi lagi. Semua hal tersebut akan saya lalui setelah masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menurut saya ini akan menjadi perjalanan yang berat. Harapan saya ke depannya adalah saya bisa bertahan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga lulus, juga dengan predikat yang sangat baik, dan bisa menjadi seorang dokter yang dapat membanggakan keluarga saya serta dapat membantu orang banyak. Harapan untuk orang tua saya, yaitu agar bisa terus mendorong saya untuk semangat belajar dan agar saya bisa menjadi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berprestasi. Untuk masyarakat, saya harap masyarakat bisa memberikan bantuan kerja samanya dalam segala hal, baik dalam urusan medis dan kesehatan maupun ketertiban umum. Dan untuk teman-teman saya yang akan berjuang bersama-sama selama beberapa tahun di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berharap mulai sekarang dapat juga bekerja sama dan saling tolong menolong antara satu sama lain, saling membantu bila salah seorang dari kita sedang dilanda masalah, baik masalah akademik maupun nonakademik. Selain itu juga, saya harap hubungan keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019 juga bisa terjaga erat hingga kapan pun.
Hanya berstatus sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tidaklah cukup. Sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya juga perlu merencanakan apa yang hendak saya raih dan saya lakukan di masa yang akan datang. Jika kita tidak memiliki target yang ingin kita capai, pada tahun-tahun yang akan datang kita akan kebingungan dan kesulitan untuk mengatur hidup kita. Oleh karena itu, saya telah memikirkan rencana untuk beberapa tahun ke depan, yaitu rencana setelah 1 tahun, 3 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun dari sekarang. Rencana saya tahun depan adalah untuk belajar dengan tekun sehingga bisa memperoleh nilai dengan predikat yang bagus. Semua Mahasiswa menginginkan mata kuliah yang dijalaninya mendapatkan nilai yang baik. Saya setidaknya berharap tidak ada nilai C di salah satu mata kuliah saya. Kemudian, untuk tiga tahun ke depannya, saya ingin lulus dengan mendapat gelar Sarjana Kedokteran dan Index Prestasi Kumulatif dengan kategori Cum Laude. Semua Mahasiswa ingin lulus dari kampusnya masing-masing dengan nilai Index Prestasi Kumulatif yang memuaskan. Selain membanggakan, predikat Cum Laude juga dapat membantu kita dalam mencari pekerjaan, sebab perusahaan-perusahaan juga lebih mempertimbangkan capaian hasil Index Prestasi Kumulatif. Lalu, 10 tahun lagi dari sekarang saya sudah menjadi dokter spesialis saraf. Rencananya saya akan melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kembali setelah saya resmi menjadi seorang dokter. Saya akan berusaha menjadi seorang residen yang baik sehingga dapat menerima gelar Spesialis Saraf (Sp. S). Selanjutnya, 20 tahun yang akan datang dari sekarang, saya berencana untuk memiliki keluarga dan mungkin sudah memiliki keturunan. Saya ingin dalam waktu itu saya bisa menikmati hidup saya bersama keluarga saya.
Bagi kalian yang ingin masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tetap semangat berjuang! Semua yang kalian cita-citakan dan impi-impikan pasti akan tercapai apabila kalian benar-benar bersungguh-sungguh dalam belajar. Selain belajar, jangan lupa juga untuk selalu berdoa kepada Tuhan karena Tuhanlah yang memberikan kehendak untuk menentukan takdir kalian. Selain itu, selalu optimis, jangan putus asa, dan jangan mengharapkan apapun dari usahamu. Jangan berpikir bahwa usaha yang kalian lakukan sudah cukup. Teruslah berusaha sampai kalian benar-benar mencapai cita-cita kalian. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Namun, apabila kalian gagal masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bukan berarti hidup kalian hancur dan berakhir. Tetap percaya pada karunia Tuhan karena Tuhan pasti sudah merencanakan sesuatu yang indah untuk kita. Yang kita sukai belum tentu yang terbaik bagi Tuhan. Jadi, tetaplah berusaha, belajar dengan efektif dan sebaik-baiknya, serta selalu ingat Tuhan dan berdoa karena yang bisa mengabulkan keinginan kita hanyalah Tuhan.
Untuk mengakhiri cerita saya ini, saya ingin memberikan sebuah kata-kata mutiara. Tidak semua kerja keras membuahkan hasil yang sebenarnya inginkan, tetapi dibalik usaha kita pasti akan tetap ada hikmahnya karena tidak ada sesuatu yang terlalu besar untuk dicapai melalui kerja keras dengan hati yang selalu berkomitmen serta ikhlas dijalani.
Comments