NARASI PERJUANGAN -- MUHAMMAD MIKAIL ATHIF ZHAFIR ASYURA
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Narasi Perjuangan
Oleh: Muhammad Mikail Athif Zhafir Asyura
Halo! Perkenalkan nama saya Muhammad Mikail Athif Zhafir Asyura dan saya lahir di Jakarta pada tanggal 15 April 2000. Saat umur saya 6 tahun saya masuk SD Al-Azhar 5 kemandoran. Pada masa-masa SD saya mempunyai ketertarikan sendiri terhadap sains, dan emang menyukai sains secara general. Saya sering mengikuti olimpiade-olimpiade antar sekolah yang kemungkinan banyak telah menghabiskan masa libur saya. Ketertarikan saya terhadap sains membuat saya tertarik untuk menjadi sebuah scientist nanti sebagai cita-cita. Oleh karena itu, sejak SD saya menuntukan tujuan hidup saya yaitu untuk mencapai tingkat edukasi tertinggi dan menjadi sebuah individu yang berprestasi
Dengan mindset seperti itu, saya berusaha untuk memasuki SMP yang menurut saya terbaik sewaktu itu, yiatu menurut saya SMP Labschool Kebayoran. Kerja keras saya pun membuah hasil, dan saya bukan hanya dapat masuk ke SMP Labschool Kebayoran tetapi juga dapat menempuh program akselerasi. Selama saya di SMP LAbschool saya terus memperdalam ketertarikan saya terhadap sains dengan mengikuti berbagai lomba-lomba seperti Olimpiade Sain Nasional, dan berbagai lomba tingkat nasional juga. Selain itu, saya mencoba untuk keluar dari zona kenyamanan saya dan mendaftarkan diri ke OSIS/MPK Labschool Kebayoran, dan seay berhasil menjabat menjadi Koordinator Pendidikan di organisasi tersebut. Namun, tujuan hidup saya masih bersifat egoitis, jadi wlaupun saya sudah aktif berorganisasi, saya masih kurang meluangkan waktu untuk aktif dalam OSIS/MPK. Lalu, di program akselerasi LAbschool kebayoran kami harus menyelesaikan sebuah karya berupa karya tulis yang berjudulkan Problem Based Learning. Dan karena kita dapat memilih topik yang bebas, saya memilih untuk memperdalam ketertarikan saya terhadap sains dan memilih untuk membuat karya tulis mengenai Zombie virus. Awalnya judul yang rancu ini membuat pembimbing saya bingung, tapi setelah saya menjelaskan lebih dalam dan juga menunjukan buku-buku referensi saya mengenai Virologi, Patologi, dan Neurologi, dia akhirnya menerimanya dan saya dapat membuat karya tulis menganai mayat hidup fiksi ini. Dari karya tulis ini lah saya semakin tertarik untuk menjadi seorang peneliti dalam bidang biologi
Selain makalah tersebut, sewaktu SMP saya dan dua teman saya yang lain juga mengikuti sebuah lomba internasional yang bernama ASEAN PLUS THREE JUNIOR SCIENCE OLYMPIAD atau APTJSO untuk mewakili Indonesia. Lomba tersebut merupakan lomba internasional pertama saya dan saya sangat ambisius untuk membwa pulang sebuah medali untuk negara saya. Dengan perjuangan kita dan sedikit keberuntungan, kita dapat meraih medali emas untuk Biologi dan medali perunggu untuk Kimia. Perasaan saya sewaktu itu sengatlah eksplosif karena saya tahu bahwa usaha kita tidak sia-sia selama ini. Selain itu juga, karena tim saya memenangkan medali emas, tim kami ditawarkan beasiswa untuk bersekolah disana, di Korean Science Academy (KSA) dalam bentuk beasiswa. Saya sewaktu itu sudah senang tanpa mati karena saya sudah diberikan kesmepatan untuk bersekolah di luar negeri. Namun,sebuah hal yang tidak terduga terjadi dalam proses pengaplikasi. Entah mengapa berkas-berkas saya tidak terkirim dan tidak sempai ke Gedung administrasi mereka dan akhirnya saua tidak dapat melanjutkan sekolah disana wlaupun teman-teman yang setim dengan saya sudah mulai berkemas untuk pergi ke Korea. Saya merasa kecewa besar karena saya telah mengecewakan tujuan hidup saya sendiri yaitu untuk terus berambisi untuk mencapai yang terbaik. Namun, rasa kecewa tersebut tidak saya kepal dengan lama, dan saya terus berusaha dan secara ajaib dan kebetulan, saya ditwarkan untuk mendaftar ke sebuah beasiswa dari salah satu guru saya. Sya pun akhirnya mengikuti tes tersebut dan wawancara. Dan dengan keberuntungan lagi, saya dapat ASEAN scholarship tersebut untuk bersekolah di Singapore.
Saya merasa sangat banga karena saya telah membuktikan bahwa saya memang pantas untuk mendapatkan sebuah beasiswa. Dan walaupun itu teredengar sangatlah egois dengan saya yang sekarang, saya merasa rasa bangga yang tidak tergantikan pada saat saya mendengar pengumuman tersebut. Jadi setelah saya SMP saya berangkat ke Singapore untuk melanjutkan perjalanan edukasi saya di luar negri. Awalnya saya menjalani sekolah disana dengan konsep tujuan hidup yang sama, iaitu untuk meraih prestasi individual. Selama 2 tahun saya menjalankan prinsip tersebut, dan ya saya mendapatkan nilai-nilai yang saya inginkan, tetapi tentu saja pertemanan saya mengalami gangguan yang besar sangat. Namun, semua itu berubah ketika saya masuk Anderson Junior College, yaitu tingakatan yang setara dengan SMA di Indonesia. Awalnya saya masih membawa tujuan hidup yang sama ke sekolah tersebut, namun saya merasa hidup saya yang bak kepiting dibawah tempurung sudah cukup. Jadi saya mencoba untuk mewakilkan diri untuk berbagai posisi kepemimpinan seperti ketua kelas dan juga mengikuti organisasi yang di luar kenyamanan saya seperti pecinta alam. Namun, hal yang sangat mengubah persepsi saya dan bahkan mengganti tujaun hidup saya iaitu ketika saya mulai mengikuti berbagai aktivitas volunteering yang bertujuan untuk membantu berbagai orang dari bermacam pelosok latar belakang. Saya pergi ke bagian miskin di Singapore yang saya kira hanyalah mitos, namun ternyata di negar maju seperti Singapore-pun hal ini masih ada. Ketika saya menolong merka, walaupun hanya dengan memberikan makanan sedikit dan baju sebagainya. Saya selalu meperhatikan ekspresi kesenangan mereka ketika mereka menerima barang-barang tersebut. Saya merasa rasa satisfikasi yang saya belom pernah rasakan ketika saya melihat senyuman-senyuman mereka. Oleh karena itu, saya sempat berfikir kepada saya sendiri apakah tujuan hidup awal saya yang egoitis merupakan tujuan hidup yang benar. Dan akhirnya, saya mengganti tujuan hidup saya dari meraih prestasi setinggi-tingginya, menjadi membahagiakan orang lain sebisa kemampuan saya
Terpacu dengan tujuan saya yang baru, saya mulai mengganti rencana masa depan saya. Saya berpikir profesi apa yang saya dapat lakukan yang dapat memenuhi bukan saya tujuan hidup saya yang baru namun kesukaan saya terhadap sains. Dan ketika mempertimbangkan kedua hal tersebut, saya memilih untuk berusaha menjadi seorang Dokter. Namun, seperti masalah admin yang saya alami ketika saya ingin pergi ke Korea, masalah lain juga bangkit dari tujuan dan cita-cita saya yang baru ini. Pertama, sebagai orang luar kemungkinan saya masuk sekolah kedokteran disini sangatlah minim. Kedua, apabila kemungkinan saya ingin tinggi saya harus mengajukan Permanent resident disana dan juga wajib militer selama 2 tahun. Dan terakhir, apabila saya keterima kedokteran disana, keluarga saya tidak dapat membayar biaya kuliahnya terus apabila saya juga menerima beasiswa, saya harus melanjutkan ikatan selama 6 tahun yang menurut saya sangatlah lama. Oleh karena itu saya merasa bimbang dan akhirnya saya diterima di National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU) untuk belajar Biomedical engineering dan Psychology double degree dalam program beasiswa. Tentu teman-teman saya memberi selamat kepada saya karena saya telah mencapai tujuan terkahir saya bersekolah di Singapore, tetapi di dalam hati saya, saya masih merasa bimbang tentang pemilihan jurusan tersebut.
Jadi setelah merasa bimbang tersebut saya mulai untuk berpikir cara-cara alternative agar saya masih bisa menjadi seorang dokter. Awalnya dengan sertifikat A level saya, saya tentu dapat bersekolah kedokteran di Inggris, tetapi karena permasalahan biaya, akhirnya saya mempalingkan mata saya kembali ke tanah air saya. Semasa saya liburan saya berusaha untuk menggali data mengenai fakultas kedokteran di sini, dan tentu target pertama saya sudah pasti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Awalnya saya masih merasa skeptic mengenai bersekolah di Indonesia. Namun setelah bertemu seorang senior yang bernasib sama dengan saya, dan telah bersekolah di Universitas Indonesia, persepsi saya berubah total. Dia sendiri bilang sebuah kata yang sampai sekarang sangat mempengaruhi keputusan saya untuk berlanjut ke FKUI,
“would you rather be a small fish in a big pond, or a big fish in a small pond “
Dia pun bilang apabila saya ingin bersekolah di Indonesia, tentu harus dapat FKUI karena itulah satu-satunya jurusan yang tidak akan membuat saya sesal telah meninggalkan kursi di salah satu universitas terbaik di dunia. Dan dengan itu saya mulai lagi pembelajaran dari nol. Awalnya saya hanya ingin masuk ke Kelas Khusus International (KKI) karena medium pembelajarannya yang dalam Bahasa inggris. Namun setelah dibujuk oleh ibu saya, saya juga mencoba untuk mendaftar lewat jalur UTBK. Selama tiga bulan saya berusaha unutk mengisi otak saya kembali dengan kurikulum SMA Indonesia, terutama Fisika karena saya tidak belajar fisika sama sekali selama 4 tahun. Saya pun mengikuti UTBK gelombang pertaman dan mendapat nilai yang menurut saya cukup bagus. Dengan nilai tersebut saya cantumkan pilihan pertama saya sebagai FKUI dan saya tidak mencantumkan pilihan kedua karena saya hanya ingin FKUI. Hari pengumuman pun akhirnya dating, dan saat saya membuka website SBMPTN sebetulny saya tidak merasa tegang sekalipun. Mungkin karena sewaktu itu saya masih ingin masuk KKI jadi saya merasa pengumuman UTBK untuk saya belum terlalu penting, dan ternyata setelah saya buka, saya masuk Fakultas Kedokteran Uinversitas Indonesia. Sebetulnya saat ibu saya tau saya masuk, ibu saya langsung menangis gembira. Namun sejujurnya, saya tidak merasakan apa-apa ketika mendapatkan pengumuman tersebut. Bukannya saya tidak bersyukur sudah dapat masuk ke salah satu fakultas terbaik di Indonesia, namun saya sendiri kurang mengerti mengenai perasaan saya sendiri saat momen tersebut. Setelah itu saya pun masih mengikuti tes KKI dan juga tes wawancarnya, namun setelah berbicara dengan senior saya yang dari regular, dia berhasil untuk membujuk saya untuk tetap tinggal di regular, dan akhirnya saya pun menyadari keunggulan memilih regular dibandingkan dengan KKI.
Jadi setelah saya masuk FKUI, saya hanya berharap bahwa saya dapat membuktikan bahwa saya melepas kursi untuk bersekolah di luar bukanlah sia-sia untuk diri saya sendiri, saya juga ingin membanggakan ibu saya karena dialah yang menginspirasi saya dan juga membujuk saya untuk kembali ke Indonesia untuk mempeljari kedokteran, saya berharap dengan masuknya saya ke FKUI, saya dapat menjadi individu yang bermanfaat kepada orang-orang yang membutuhkan dan juga dapat menjalankan tujuan hidup saya yang telah saya tekuni beberapa tahun terakhir, iaitu untuk membahagiakan orang-orang dengan kemampuan yang saya punya. Dan terakhir, saya berharap saya dapat berkontribusi kepada Angkatan FKUI 2019 dengan semaksimal mungkin. Selama di Singapore, dinamika Angkatan sangatlah minim dan bahkan hampir tidak ada. Jadi saya sangatlah ingin untuk Angkatan ini untuk menjadi solid, dan saya rela untuk mengkorbankan segala hal untuk meraih pencapaian sakral tersebut.
Sehubung dengan harapan, saya juga ingin bercerita mengenai harapan yang saya ingin raih di beberapa tahun kedepan. Pertama, setelah satu tahun pertama saya secara logisnya pasti ingin mempertahankan IP saya untuk selalu mendekati sempurna saat akhir semester dua. Kedua, setelah tiga tahun, saya ingin berusaha untuk menjadi Mahasiwa Berprestasi UI. Terinispirasi dari senior saya yang juga merupakan Mahasiswa Berprestasi, saya sangatlah ingin berusaha untuk mengimbangi pembelajaran saya dengan berbagai keorganisian dan juga dapat membanggakan UI dari berbagai kompetisi yang say harap saya dapat membawa peringkat kembali dan juga mengharumkan nama FKUI. Selain itu, saya juga berharap saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan baik dan juga menjalankan siding dengan lancer. Ketiga, setelah 10 tahun, saya ingin sekali untuk dapat mengambil spesialisasi neurologi di dalam ataupun luar negeri. Saya sejak SMP sudah sangatlah tertarik dengan topik tersebut, dan walaupun bidang tersebut dapat dibilang memerlukan ketelitian yang tinggi, saya sangatlah ingin untuk menempuh jalan yang menantang tersebut. Selain itu, secara personal, saya juga ingin memperthankan fisik saya dengan berolahraga secara rutin. Selain untuk persoalan fisik, saya merupaka salah satu orang yang percaya bahwa daya pikir ada hubungannya dengan kesehatan fisik, jadi saya berharap saya dapat memperthankan kesehatan saya sepuluh tahun kedepan. Dan terkahir dua puluh tahun kedepan, saya sangat ingin untuk meraih gelar Phd atau gelar Doktor di dalam bidang patologi, virologi, atau neurologi. Selain itu, semoga saya dapat menjabat sebagai salah satu direktur di sebuah rumah sakit di Indonesia atau lebih baik lagi, menjabat menjadi salah satu anggota penting di Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Namun lebih baik lagi, sya sangatlah ingin untuk menjadi seorang Menteri kesehatan ataupun bahkan Pendidikan. Sewaktu saya kembali dari Singapore saya dapat melihat Indonesia dari kacamata yang berbeda dari sebelumnya. Memang, Indonesia merupakan negara yang berkembang, namuns setelah tinggal di negara luar selama empat tahun dan kembali, saya merasa saya mempunyai responsibilitas yang lebih tinggi untuk menyetarakan atau lebih baik, untuk memajukan negara Indonesia melampaui negara-negara maju lainnya
Dapat masuk FKUI bukanlah sebuah kebetulan, dan lulusan FKUI bukan lah hanya seorang dokter. Saya yakin bahwa lulusan FKUI dapat meraih lebih dan berkontribusi yang maksimal terhadap perkembangan negara kita ini. Oleh karena itu, untuk kalian-kalian yang ingin masuk FKUI. Saya sarankan untuk meyakinkan diri anda sendiri terlebih dahulu dan terus berfikir positif, Menurut saya apabila keyakinan untuk masuk FKUI telah terbentuk, maka motivasi kita untuk belajar akan tentu meningkat secara drastic. Sebelum perang otak di SBMPTN atau SIMAK, kita seudah seharusnya mempersiakan mental kita terlebih dahulu sampai matang
Terakhir, perjalanan hidup saya memang penuh dengan belokan kanan-kiri. Saya telah mengalami penolakan, kegagalanm dan juga pengorbanan. Tapi saya yakin, perjalanan hidup itu bukan merupakan jalan yang lurus. Sudah pasti banyak hambatan dan juga banyak belokan yang telah saya hadapi. Namun, walaupun jalan saya telah berbelok-belok, saya yakin jalan ini masih mengarah ke tujuan yang sama, iaitu tujuan hidup saya yang akan saya terus junjung tinggi sampai saya bertemu tanah kembali.
Комментарии