Narasi Perjuangan - Nadine Aurelie
- FKUI 2019
- Aug 18, 2019
- 8 min read
Halo semuanya, bagi siapapun yang sekarang sedang membaca narasi ini. Seperti peribahasa tak kenal maka tak sayang, perkenalkan nama saya Nadine Aurelie yang berasal dari SMAK PENABUR Gading Serpong. Kali ini, aku ingin membagi cerita bagaimana aku berhasil masuk di salah satu fakultas bergengsi di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pasti semua orang mendambakan masuk ke fakultas favorit yang diminati mahasiswa. Menurutku, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan tempat di mana aku bisa menggapai cita – citaku, yaitu menjadi dokter yang bertanggung jawab dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Selain itu, masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga dapat membanggakan keluargaku. Terlahir sebagai anak tunggal, aku mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendukung keluarga kelak.
Asal mula keinginanku untuk masuk kedokteran bermula sejak aku masih kecil. Saat aku masih kecil, aku sering mengimpikan mempunyai ruangan luas yang berisi banyak buku sehingga kapanpun aku mau membaca buku, aku bisa segera masuk ke ruangan tersebut dan mengambil buku yang diinginkan. Tempat yang menyimpan banyak buku ibarat rumah kedua di dalam pikiranku, sumber segala ilmu yang telah diketahui oleh umat manusia. Juga, aku sering mengimpikan sebuah ruangan khusus untuk eksperimen, ibarat laboratorium mini untuk memuaskan rasa ingin tahuku terhadap suatu topik. Selain itu, aku sering membongkar suatu barang untuk mengetahui komponen – komponen yang menyusun barang tersebut menjadi satu kesatuan yang berfungsional dan memuaskan rasa ingin tahuku juga. Sejak kecil, aku menyukai dan meminati pelajaran mipa.
Awalnya, aku bingung memilih mata pelajaran mana yang ingin aku tekuni untuk nanti melanjutkan jenjang berikutnya. Karena sejak kecil aku menunjukkan potensi dalam bidang matematika. Dalam test IQ, kemampuan numerikku lebih menonjol dibanding dengan kemampuan lainnya. Dan dalam pelajaran mipa, aku dapat menguasai seluruh pelajaran. Namun setelah mengetahui inti dari pelajaran biologi, yaitu mempelajari tentang segala kehidupan dan rahasia dunia ini dan betapa mengasyikkan pelajaran yang dibahas dalam bidang itu, aku memilih untuk menekuni biologi.
Tetap saja karena kemampuan numerikku yang tinggi, aku sering diarahkan ke berbagai lomba matematika baik saat SD dan SMA. Walau begitu, aku tahu bahwa tujuanku nanti bukanlah untuk menjadi matematikawan, namun menjadi seseorang dokter yang berprofesi dan berkarya dalam bidang biologi. Walaupun kemampuan numerik yang tinggi merupakan suatu anugerah yang patut kusyukuri, aku yakin kemampuan tersebut dapat tetap terpakai saat nanti menjalani pekerjaanku sebagai sosok tersebut. Where you stand right now does not define who you truly are, only you yourself know the true answer.
Saat SMP, minatku mulai terjurus kepada bidang medis. Aku pun mengikuti kegiatan sosial yang berkaitan dengan bidang medis. Di jenjang SMP, organisasi tersebut disebut PMR (Palang Merah Remaja). Setelah mengikuti PMR dan dibekali oleh berbagai pengetahuan pertolongan pertama, aku makin tertarik dengan bidang medis. Selain itu, seiring aku bertambah besar, aku mulai tertarik pada bidang biologi. Karena hal – hal tersebut, pada akhirnya aku memutuskan untuk mengambil jurusan pendidikan dokter saat nanti memasuki jenjang kuliah.
Saat aku memasuki bangku SMA, aku mulai aktif mengikuti berbagai kompetisi biologi sebagai bekal pengetahuan untuk mata pelajaran kuliah nanti. Maka dari itu, sejak aku kelas X SMA, aku mulai mengikuti lomba biologi. Walaupun bisa dibilang untuk mengikuti lomba pada awal tahun amat sulit karena banyak kakak – kakak tingkat yang sudah berprestasi digunakan dalam lomba lomba yang mewakili sekolah. Tapi berkat koneksi yang aku miliki dengan klub biologi di sekolahku, aku dapat berpartisipasi dalam lomba biologi. Pada awalnya, aku berhasil menembus peringkat 40 besar di lomba BIOSCOPE Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran tahun 2016 dan diundang untuk mengikuti rangkaian lomba berikutnya di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Lomba ini diikuti oleh tim kelompok yang terdiri dari 3 orang. Pada tahap seleksi, aku beserta rekan timku mengerjakan soal bersama - sama. Pengerjaan soal itu dipenuhi oleh argumen dan diskusi agar dapat memasuki 40 besar dan melanjutkan lomba pada tahap selanjutnya. Betapa gembiranya kami saat mengetahui bahwa kami berhasil menembus tahap selanjutnya. Kami semua belajar giat untuk mempersiapkan tahap selanjutnya. Sampai di lokasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, kami disambut dengan hangat oleh panitia dan diantarkan ke tempat istirahat agar besok energi kami telah pulih kembali untuk melanjutkan rangkaian lomba. Keesokan harinya, seleksi pun dimulai. Namun di tahap ini, tiap anggota tim dipisah dan diuji secara individu pada awalnya, lalu anggota – anggota tim akan digabungkan kembali untuk mengikuti rangkaian lomba yang dikerjakan secara tim. Akumulasi poin kami nanti akan digabung untuk menentukan apakah kami dapat masuk ke dalam tahap selanjutnya. Namun sayangnya, akumulasi nilai kita tidak cukup untuk menembus tahap selanjutnya. Jadi, selama kita menunggu tim - tim yang lolos berlomba, kami diarahkan ke sesi workshop mini di mana tim yang tidak lolos diajarkan cara memakai sphygmometer, cara yang benar dalam mengenakan sarung tangan, dan cara mencuci tangan yang tepat.
Walaupun begitu, api semangat tim kami tetap berkobar, karena itu kami bertekad untuk mengikuti lomba tahun depan. Tahun berikutnya, aku mencoba lagi lomba BIOSCOPE Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Pada perlombaan kali ini, akumulasi nilai kita mencukupi untuk masuk ke tingkat berikutnya dan kami dapat berkompetisi di tingkat semifinal. Namun sayangnya, kami tidak dapat menembus tingkat final. Walaupun kami semua senang dapat menembus tingkat yang lebih tinggi, kami juga kecewa karena tidak dapat mengikuti rangkaian lomba sampai ke final. Di tahun yang sama pula, aku mendapat kesempatan baru untuk mencoba lomba bidang biologi di universitas yang lain. Kali ini, aku mengikuti lomba di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di lomba ini, tiap peserta diuji secara individu, tidak ada pembentukan kelompok dalam lomba ini. Lomba ini diadakan dalam dua hari di mana para peserta diseleksi dahulu pada hari pertama, baru pada hari kedua, peserta yang lolos boleh ikut rangkaian lomba selanjutnya. Saat rombongan perwakilan sekolahku pertama kali pergi ke lokasi yang dituju, rombongan kami sempat tersesat dan berakhir memasuki bagian paling dalam dari Universitas Indonesia Depok. Saat pertama kali mengikuti lomba NMGBC di Universitas Indonesia pada hari pertama, semua peserta diarahkan untuk mengikuti seleksi mandiri dahulu. Ternyata, keesokan harinya diumumkan bahwa aku lolos dan mendapat tempat di semifinal. Aku sangat gugup pada waktu itu karena aku hanya belajar sedikit untuk mempersiapkan lomba semifinal. Apalagi, lomba semifinal tidak hanya terdiri dari ujian teori yang disajikan dalam bank soal, namun juga soal praktik. Tentu saja saat aku mengikuti rangkaian lomba tersebut, aku berkesempatan mendapat tur mengelilingi kampus saat lomba bagian pertama dilakukan di laboratorium basah. Aku terkesima melihat fasilitas yang disediakan dalam laboratorium, khususnya mikroskop yang dilengkapi dengan lampu LED yang menyala benderang. Sayangnya karena persiapan yang sedikit, aku tidak lolos sampai final.
Kesempatan lomba berikutnya datang karena pemberitahuan mendadak. Awalnya dari sekolahku akan dikirim 3 perwakilan dari kelas regular untuk mengikuti seleksi OSK (Olimpiade Sains Kabupaten) Biologi. Karena hanya tiga orang pula yang mendaftar dalam seleksi awal tingkat sekolah, maka apapun yang terjadi kami bertiga akan diberangkatkan. Untuk persiapan tersebut, kami diberikan izin untuk keluar dari kelas dan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk OSK nanti. Namun tepat satu hari sebelum kami diberangkatkan, terjadi pemberitahuan mendadak yang mengakibatkan hanya salah satu dari kita kelas reguler yang dikirim untuk mengikuti seleksi OSK. Tentu saja kami berdua kecewa karena yang dipilih hanya salah satu dari kami yang mendapat nilai tertinggi saat seleksi kemarin tingkat sekolah. Saat kita berdua berpikir bahwa apa yang telah kami kerjakan selama ini sia sia, pihak sekolah mengkompensasinya dengan mendaftarkan kami ke lomba KOMIPAS yang diselenggarakan di SMAN 2 yang biasanya diperuntukkan untuk kelas BC (Brilliant Class). Kompetisi ini sangat penting untuk mempertahankan piala bergilir provinsi di sekolah kami. Maka, kami beserta dengan perwakilan yang lain diberangkatkan ke SMAN 2, dan betapa bahagianya aku saat mendengar bahwa aku meraih juara pertama dalam lomba tersebut. Hatiku sangat girang saat mengetahui apa yang selama ini kupelajari tidak sia sia dan membuahkan hasil.
Pada akhir tahun, aku mendapat kesempatan mendatangi open house yang diselenggarakan Universitas Indonesia. Semangatku langsung melonjak saat mendengar semboyan Universitas Indonesia yang tidak membiarkan mahasiswa drop out karena ekonomi yang tidak memadai. Apalagi, fakultas kedokteran terkenal atas biaya mahal yang dikenakan terhadap para mahasiswa – mahasiswi. Ditambah lagi, lokasi Universitas Indonesia sangat dekat dengan rumahku yang memudahkan perjalanan pulang melalui jalur darat, juga keuntungan wilayah saat memilih tempat koas nanti sehingga aku tak perlu pindah terlalu jauh untuk menjalankan masa koas. Sejak saat itu, aku bertekad memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Awal untuk dapat diterima di Fakultas ini sangatlah susah. Aku harus mengikuti rangkaian ujian agar dapat diterima di tempat aku berdiri sekarang. Aku pun harus belajar giat dan keras agar aku mendapat hasil yang memuaskan, sampai sampai aku harus melewatkan jadwal program favoritku di televisi dan mengurung diri di rumah untuk belajar. Akhirnya, hari ujian SIMAK pun datang. Aku bangun pagi pagi dan berangkat ke SMAN 6, lokasi ujian SIMAK yang tertera dalam kartu ujianku. Dalam mengerjakan ujian SIMAK, aku mengerahkan seluruh kemampuaku dalam menjawab soal – soal yang diberikan. Rasa capai dan jenuh meliputi semua peserta yang ada di lokasi ujian, namun aku kesampingkan semua perasaan negatif agar dapat mentutaskan perjalanan yang sudah kumulai dan kunanti - nanti. Seusai ujian, aku langsung merebahkan diri di atas sofa dan tertidur dengan nyeyak, tenang mengetahui bahwa aku telah mengerjakan dan menyelesaikan semua soal semaksimal mungkin. Sembari menunggu pengumuman, aku melakukan aktivitas lain yang bisa mengalihkan perhatian dari hal - hal yang berbau SIMAK. Walaupun begitu, terkadang aku terpikir, “Apakah aku sudah melakukan yang terbaik ? Bisakah aku menembus jalur SIMAK dan masuk ke jurusan yang aku mau ?” Keraguan selalu terlintas dalam pikiranku.
Pada akhirnya, hari yang ditunggu – tunggu tiba. Sambil menunggu waktu pengumuman akan ditampilkan, aku melakukan kegiatan lain yang lebih menenangkan. Namun seiring jarum pendek jam menuju ke angka 2, rasa gugup dan takut meliputi diriku dan keraguan menyergap tiap pikiran yang ada di bawah alam sadar. Saat waktu menunjuk tepat pada pukul 2, kumasukkan nomor ujianku ke laman penerimaan UI dan kutunggu hasilnya keluar. Betapa gembiranya hatiku saat mengetahui kalimat yang muncul di website adalah ucapan selamat karena diterima di kampus Universitas Indonesia. Aku segera memberitahu kabar menggirangkan tersebut kepada orang tuaku dan teman – teman dekatku. Berpuluhan ucapan selamat langsung dilanturkan atas keberhasilanku, akhirnya aku diterima di fakultas idamanku. Berikutnya, aku segera menyiapkan dokumen dokumen yang akan dibutuhkan nanti saat daftar ulang, juga informasi terkait kampus idamanku serta lokasi kost yang nyaman untuk ditempati selama menimba ilmu di sana.
Aku berharap selama kegiatan kampus di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, aku dapat belajar dengan tekun dan tidak pernah putus asa di tengah jalan, selalu semangat dalam menjalankan studi dan berhasil mencapai cita – cita. Aku juga berharap saat nanti aku mendapat jas putih, aku dapat membantu menjaga dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan, khususnya keluargaku sendiri. Dengan cara itu, aku bisa membayar penantian dan dukungan mereka selama aku kuliah.
Dalam rentang waktu 1 tahun, aku ingin mendapat dan mempertahankan nilai cumlaude dalam aktivitas akademik. Data tersebut akan kelak berguna saat aku mendaftar beasiswa nanti melalui jalur prestasi. Selain itu, aku juga ingin mengasah soft skill-ku melalui unit kegiatan mahasiswa yang aku ikuti sebagai bekal saat nanti berkecimpung ke dunia masyarakat dan bekerja. Dalam waktu 3 tahun, aku ingin mulai merencanakan ke mana aku akan melamar untuk koas nanti. Tentu saja dengan mempertahankan nilai akademik yang bagus serta ritme yang teratur dalam time management antara aktivitas akademik dan non akademik. Dengan begitu, aku dapat menyelesaikan studi dengan cepat. Dalam rentang waktu 5 tahun, aku ingin mulai merencanakan studi ke depan (S2) dan cara untuk mencapai pendidikan setinggi mungkin dengan nilai yang bagus dalam waktu sesingkat mungkin. Selanjutnya dalam 10 tahun kemudian, aku ingin berfokus dalam penelitian terkait spesialisku dan mulai fokus dalam pekerjaan di bidang pengabdian masyarakat.
Untuk yang ingin masuk pula ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ingat jalan menuju impian tidak pernah lurus. Tetap bekerja keras dan tidak pernah putus asa di tengah jalan. Carilah jati diri masing masing dahulu sebelum menempuh jenjang yang lebih lanjut. Tiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Jangan memaksakan diri ke dalam suatu pelajaran atau minat yang tidak cocok dengan kemampuan dan sifatmu. Jangan terburu buru dalam memutuskan jalan mana yang akan diambil, take your time, this decision will change your life forever. Jangan pernah takut untuk bertanya semua hal yang membingungkan, berani bertanya merupakan awal dari suatu jawaban. Do not limit yourself into certain quality that other people have set, your limit is beyond the sky. Do not let anyone decides it for you. This is your life, your journey, your own story. Saat muncul keraguan di tengah – tengah jalan, remember the reason you are fighting for. This is your choice, jangan lupa di tengah kesibukan belajar untuk meluangkan waktu refreshing. Dan dalam menjalani studi lanjut, enjoy every minute. In the end, all of your journey and hard work would be worthy. Know that you can do it, then without realizing, you have already done it. Remember no pain, no gain ! Nothing is impossible !
Comments