NARASI PERJUANGAN - NADIRA ERWANTO
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Perkenalkan, nama saya Nadira Erwanto, biasa dipanggil Nadira. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 3 April 2002. Saya menempuh pendidikan SMA selama tiga tahun di SMAN 70 Jakarta. Sekarang, saya melanjutkan studi di Universitas Indonesia sebagai mahasiswi S1 Reguler Fakultas Kedokteran angkatan 2019. Saya masuk FKUI melalui jalur undangan (SNMPTN).
“FKUI.” Suatu nama yang sangat terkenal sebagai tempat yang mencetak calon-calon dokter hebat dan berkualitas—fakultas favorit di salah satu universitas terbaik di Indonesia yang persaingan masuknya sangat ketat. Ketika saya masih duduk di bangku SMP, tidak terpikirkan oleh saya untuk masuk ke FKUI. Bahkan, setelah saya masuk SMA, saya juga tidak terlalu ingin memikirkan hal tersebut karena takut. Sewaktu itu, bagi saya, diterima di FKUI itu tidak mungkin. Saya terkesan sangat pesimis dan kenyataannya memang seperti itu. Namun, meski saya merasa bahwa FKUI itu terlampau sulit untuk dimasuki, tidak berarti saya menyerah begitu saja sebelum mencoba.
Mimpi saya untuk menjadi dokter dimulai ketika saya masih menjadi murid SD. Sekitar kelas dua atau tiga, saya pernah berkata ingin menjadi dokter karena saya ingin menyembuhkan orang-orang yang sakit. Saya juga sempat mengikuti kompetisi dokter kecil di sekolah ketika berada di kelas empat. Meski mimpi saya sempat berubah-ubah, keinginan saya untuk menjadi dokter muncul kembali setelah menonton sebuah drama pada tahun terakhir SMP. Setelah menyaksikan drama tentang dokter yang ditugaskan dalam sebuah program volunteer tersebut, saya merasa sangat kagum dengan profesi dokter yang mengemban tugas mulia serta kuat menghadapi segala rintangan. Saya mengungkapkan keinginan saya untuk menjadi dokter kepada orang tua dan mereka sangat senang. Keluarga besar saya juga gembira dan mendukung saya sepenuhnya karena di keluarga saya tidak ada yang menjadi dokter.
Mempunyai rencana mengenai jurusan dan universitas yang akan diambil sangatlah krusial di SMA. Orang tua saya mengatakan bahwa prodi kedokteran terbaik berada di Universitas Indonesia, tentunya saya juga setuju. FKUI adalah fakultas kedokteran tertua di Indonesia sekaligus salah satu fakultas kedokteran terbaik dengan akreditasi A. Prestasi yang telah diukir dan dicetak oleh para mahasiswa serta para pengajar FKUI juga sangat gemilang. Menurut saya, FKUI adalah yang terbaik. Saya sangat ingin bisa diterima di FKUI, namun saya takut jika berharap terlalu besar.
Memasuki SMA, saya bertekad untuk belajar sungguh-sungguh. Meski keluarga mendukung saya sepenuhnya untuk berjuang masuk FKUI, saya masih bimbang dan meragukan kemampuan diri sendiri. Sehingga, saat itu saya berpikir bahwa apapun jurusan kuliah dan universitas yang ingin saya ambil nantinya, nilai saya harus bagus terlebih dahulu. Terlepas dari kecemasan saya tentang rencana perkuliahan, saya juga sempat khawatir masuk ke SMA ini karena sesuatu hal. Namun, ternyata hal yang saya khawatirkan tidak terjadi sama sekali. Justru, saya sangat senang belajar di SMA karena teman-teman yang sangat suportif, guru-guru yang baik sekali, serta fasilitas sekolah yang lengkap.
Terkadang, belajar terasa sangat membosankan dan melelahkan. Apalagi ketika tugas-tugas menumpuk dengan tenggat waktu yang sedikit disertai dengan ujian-ujian yang mendatang. Ketika merasa seperti itu, saya biasanya berusaha memotivasi diri saya sendiri. Motivasi bisa didapatkan dari manapun. Bagi saya, saya mendapatkan semangat dari lagu dan performance grup yang yang sangat saya sukai lagu-lagunya. Mereka membawakan lagu yang sangat cocok dengan permasalahan umum para remaja, hingga membicarakan masalah sosial dan women empowerment. Selain dari lagu, saya juga menyimpan sebuah buku harian atau jurnal. Saya sering menulis keluh kesah, mencatat target, dan merangkai mimpi-mimpi saya di situ. Setiap saya membaca ulang tulisan saya dari diri saya yang sudah berjuang dari dulu, saya tidak ingin mengecewakan diri sendiri.
Selain motivasi, saya juga mencari ide-ide menarik untuk belajar. Contohnya, saya sangat senang menulis dengan rapi, sehingga saya sering mencatat materi pelajaran sebaik mungkin hingga dihias berwarna-warni menggunakan highlighter atau pensil warna. Banyak juga yang membuat akun studygram atau studyblr, yaitu akun yang mengunggah progress belajar atau catatan pelajaran yang ditulis dengan indah. Cara lain yaitu belajar secara berkelompok atau diskusi bersama teman-teman. Hal ini sangat menyenangkan, karena bisa saling mengajari satu sama lain dan biasanya diselingi dengan candaan juga. Jika sudah bosan membaca buku, maka bisa juga mengecek video pembelajaran di internet. Terkadang, saya juga belajar atau mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik.
Kelas 12 adalah tahun yang penuh dengan tantangan. Banyak teman-teman saya yang mengikuti bimbingan belajar (bimbel) untuk mempersiapkan SBMPTN. Saya juga belajar untuk persiapan SBMPTN karena saya tidak bisa hanya bergantung dengan hasil SNMPTN yang kata kebanyakan orang bagaikan undian. Pada bimbingan belajar yang saya ikuti, saya tidak hanya mendapatkan materi pelajaran sekolah atau SBMPTN, tetapi saya juga mendapatkan banyak inspirasi dari kakak-kakak pengajar dan teman-teman satu bimbel. Ada satu hal yang saya ingat, yaitu ketika seorang kakak pengajar yang mengatakan bahwa saya cocok menjadi mahasiswi FKG. Saya merasa cukup senang meski sebenarnya saya ingin masuk FK. Kembali ke pembahasan SMA, tahun terakhir SMA memang terasa lebih sibuk dan melelahkan karena adanya jadwal les yang padat. Namun, masa SMA terutama tahun terakhr tentunya perlu dihias dengan memori-memori yang indah selain belajar dan mengerjakan tugas. Oleh karena itu, saya juga mengikuti acara kepanitiaan tahunan SMA saya dan menjadi panitia bagian desain, serta banyak kegiatan-kegiatan lain.
Saat libur semester lima, saya mempersiapkan diri untuk tes TOEFL ITP sebagai salah satu persyaratan untuk mendaftar kelas internasional FKUI melalui jalur Talent Scouting. Selain itu, saya juga belajar untuk SBMPTN dan merangkum beberapa materi pelajaran dari semester sebelumnya. Tentunya, hal yang saya lakukan selama liburan bukan hanya belajar. Saya juga menikmati liburan dengan istirahat, mendengarkan lagu, hingga menonton serial film yang belum sempat saya tonton.
Dari beberapa film yang saya tonton, ada satu yang sangat saya sukai, bahkan sangat menginspirasi saya. Film tersebut menceritakan tentang seorang detektif berumur 17 tahun yang sangat pintar dan bisa memecahkan kasus-kasus. Dari film tersebut, saya kagum melihat cara seorang detektif bekerja; mengobservasi lingkungan sekitar, mengingat segala detail kejadian, mewawancarai para saksi mata dan memikirkan kemungkinan skenario—menyusun sebuah puzzle utuh dari kepingan-kepingan kecil. Bahkan, detektif tersebut juga dapat memperkirakan waktu kematian korban dari rigor mortis dan livor mortis serta menentukan penyebab kematian korban. Apabila kita berpikir logis, sepertinya tidak realistis bahwa seseorang berumur 17 tahun dapat membantu kepolisian untuk menungkap berbagai kasus kejahatan seperti itu. Namun, dari film fiksi tersebut, saya menjadi tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan forensik. Berkat film ini pula, saya benar-benar memantapkan keputusan saya untuk mendaftar ke fakultas kedokteran.
Semester enam dipenuhi dengan jadwal-jadwal try out dan ujian. Saat itu, pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019, saya sedang belajar matematika untuk persiapan ujian. Teman saya bertanya apakah saya mendapat undangan interview Talent Scouting di email. Hampir jam 12 malam, saya mengecek email dan ternyata saya diundang interview. Masalahnya, interview tersebut diadakan hari Sabtu yang berarti lusa, sementara saya belum mempersiapkan apa-apa. Seketika, saya merasa sedih dan panik. Keesokan harinya, saya bertanya-tanya tentang interview Talent Scouting kepada kakak tingkat. Kakak tingkat tersebut sangat baik dan bersedia menceritakan pengalamannya. Saya benar-benar berterima kasih.
Selain mengikuti jalur Talent Scouting untuk masuk ke FKUI, saya juga mengikuti jalur SNMPTN. Setelah melakukan verifikasi nilai rapot semester satu sampai lima, dilakukan seleksi sekolah dan nasional. Ketika sampai di seleksi nasional, saya hanya memasukkan satu pilihan, yaitu Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Saya hanya memasukkan satu pilihan karena apabila saya ternyata diterima di pilihan kedua dan menolak SNMPTN, sekolah saya akan terkena blacklist. Sejujurnya, saat itu saya sangat berharap dapat diterima di salah satu jalur. Namun, saya masih sangat takut. Rasanya, saya tidak berusaha maksimal untuk Talent Scouting. Untuk SNMPTN, meski tahun sebelumnya UI menerima dua murid dari SMA saya, saya tidak bisa menebak apakah tahun ini menerima dua, satu, atau tidak ada. Apalagi, saya berada di posisi kedua dari pendaftar FKUI di sekolah saya, dengan perbedaan nilai yang cukup signifikan. Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan YME untuk hasil yang terbaik, karena terbaik menurut saya belum tentu baik menurut-Nya.
Hasil SNMPTN dibuka pada jam 13.00 WIB hari Sabtu tanggal 22 Maret 2019. Sehari sebelum dibukanya hasil SNMPTN, saya menulis surat di jurnal saya yang berisi penyesalan dan rasa minta maaf saya karena saya tidak lolos SNMPTN. Saya merasa tidak berusaha dengan maksimal dan seharusnya saya melakukan lebih baik lagi. Keesokan harinya, ada teman saya yang sudah bisa membuka hasil SNMPTN sejak jam lima pagi. Teman saya yang merupakan pendaftar FKUI posisi pertama juga sudah membuka hasil SNMPTN dan lolos. Saya merasa senang atas keberhasilan teman-teman saya karena mereka sudah berjuang keras selama ini. Di internet juga banyak yang sudah membuka hasil SNMPTN; ada yang lolos, ada yang tidak. Saya benar-benar pasrah, ibu saya juga sudah mendesak saya untuk membuka hasilnya.
Saya akhirnya mencoba untuk membuka hasil SNMPTN sekitar jam sembilan pagi. Ternyata, saya lolos. Saat saya melihatnya, saya merasa tidak percaya. Bisa saja hasilnya salah. Namun, saya tidak bisa bohong kalau saya merasa sangat lega dan senang. Ibu saya juga melihat hasilnya dan memberikan selamat kepada saya, namun saya bilang ke ibu saya kalau hasil ini masih belum resmi, jadi belum perlu diberitahu ke keluarga besar. Pihak LTMPT mengumumkan bahwa hasil SNMPTN dibuka pada jam satu siang, sehingga saya dan ibu saya menunggu.
Akhirnya saat saya buka lamannya lagi pada jam satu siang, hasilnya tidak berubah. Kata ‘selamat’ itu kembali terpampang di layar ponsel saya. Melihat itu, saya benar-benar merasa bahagia. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan YME dan sangat berterima kasih kepada orang tua saya, keluarga saya, guru-guru saya, kakak kelas saya, hingga teman-teman saya. Kakek saya juga memberikan saya ucapan selamat melalui telepon, rasanya saya ingin menangis karena bahagia telah berhasil. Pada malam harinya, saya kembali menulis di jurnal saya. Bukan, bukan permohonan maaf lagi, tetapi saya menulis betapa bersyukurnya dan beruntungnya saya bisa lolos FKUI.
Saya teringat saat keluarga saya pulang kampung ke Jepara dua tahun yang lalu. Setelah perjalanan dan penantian yang panjang, akhirnya kami sampai dan nenek saya menyambut dengan senyuman. Meski saya tidak begitu dekat dengan nenek saya, saya merasa rindu. Saya ingat reaksi nenek ketika saya berkata ingin menjadi dokter. Nenek terlihat sumringah, bilang kepada saya kalau nanti saya menjadi dokter, saya bisa menyembuhkan penyakit nenek juga. Sayangnya, belum sempat saya memberi tahu bahwa saya lolos ke pendidikan dokter, nenek sudah pergi jauh ke tempat yang tenang. Setidaknya, sekarang nenek tidak perlu merasakan sakit lagi. Saya harap nenek bisa turut senang dan bangga kepada saya, itulah yang saya tulis di jurnal.
Kini, saya adalah bagian dari FKUI angkatan 2019. Saya memiliki beberapa harapan untuk diri saya sendiri, keluarga saya, masyarakat, dan teman-teman seangkatan yang akan berjuang bersama. Untuk diri saya sendiri, saya berharap saya bisa menjaga kesehatan dan menjadi pribadi yang lebih baik, berani, disiplin, dan bertanggung jawab. Untuk keluarga saya yang saya sayangi, saya harap semuanya selalu sehat, bahagia, dan panjang umur. Untuk masyarakat Indonesia, saya harap semua orang bisa hidup dengan sejahtera dan bahagia, mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, hak yang sama di mata hukum, serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Harapan saya untuk teman-teman FKUI 2019, saya harap kita semua dapat berjuang bersama-sama dari awal hingga akhir. Saya harap kalian semua bisa merasa nyaman dan bahagia selama berada di FKUI, semoga kalian semua sukses perkuliahannya.
Saya memiliki rencana untuk beberapa tahun ke depan. Rencana saya untuk satu tahun ke depan adalah mampu beradaptasi dengan baik dengan dunia perkuliahan, berteman dengan semua orang, mengikuti program volunteer atau bakti sosial, dan mendapatkan IP di atas 3.5. Sementara itu, tiga tahun ke depan saya dan teman-teman seangkatan akan menjadi mahasiswi tingkat empat yang berada di akhir masa preklinik. Saya dan teman-teman saya di FK Reguler sedang disibukkan dengan skripsi, sementara teman-teman di FK KKI sudah pergi ke universitas di Australia atau Britania Raya untuk program double degree. Sepuluh tahun kedepan, saya membayangkan diri saya sedang bekerja di rumah sakit sebagai dokter umum serta terkadang disibukkan oleh kegiatan sukarelawan di berbagai daerah. Dua puluh tahun ke depan, mungkin saya mengambil pendidikan profesi dokter spesialis (PPDS), mungkin saja saya membangun klinik, atau lainnya.
Kepada kalian yang ingin masuk ke FKUI, semangat selalu dan jangan menyerah! Berusaha keras dan rajin belajar itu perlu, namun tolong jangan lupa untuk jaga kesehatan, baik mental maupun fisik. Ketika kalian merasa sangat tertekan, stress, pusing, atau sakit, saya harap kalian bisa beristirahat sejenak. Saya juga ingin berpesan untuk kalian agar mempersiapkan diri sejak dari awal. Carilah info sebanyak-banyaknya dan diskusikanlah rencana perkuliahan kalian dengan keluarga. Meski kalian merasa ragu dan pesimis, tetaplah mencoba! Nothing ventured, nothing gained. Saya sungguh berharap kalian semua selalu sehat dan bahagia, semoga kalian berhasil diterima di FKUI.
Ada sebuah kata-kata mutiara yang sangat saya sukai karena bagi saya, kata-kata ini dapat mendeskripsikan alasan saya untuk menjadi dokter secara singkat.
“As for saving someone, a logical mind isn’t needed, right?” – Shinichi
Comments