NARASI PERJUANGAN -- NAYLA KINANTI PUTRI WISNU
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Perkenalkan, saya Nayla Kinanti Putri Wisnu, kerap dipanggil Nayla. Saya adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019. Sebelumnya saya bersekolah di SMA Negeri 70 Jakarta. Saya lahir di Jakarta dan saat ini berusia 17 tahun. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman saya dan apa yang telah saya lakukan sehingga dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sejak saya duduk di bangku SD, bahkan mungkin dari sebelumnya, liburan sekolah adalah waktu yang selalu paling saya tunggu-tunggu. Mungkin bagi murid SD pada umumnya, liburan dianggap menyenangkan karena banyaknya waktu luang untuk bermain. Tetapi, halnya bukan itu untuk saya. Liburan bagi saya adalah kapan saya menghabiskan hari-hari saya di rumah sakit dimana Ibu saya berkerja, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dan di waktu itulah saya merasa paling bahagia.
Ibu saya adalah seorang dokter. Berkat Ibu saya, sejak kecil saya dapat menyaksikan langsung dunia kedokteran. Seperti saya utarkan sebelumnya, saya seringkali membuntuti Ibu saya selagi kerja di rumah sakit. Walaupun saya hanya mengamati, setelah bertahun tahun, saya tumbuh mencintai lingkungan dan garis kerja seorang dokter. Melihat kerja keras dan pengorbanan Ibu saya untuk menjadi dokter yang berguna bagi masyarakat tidak pernah berhenti membuat saya kagum. Kontribusi tak terhitung telah beliau tumpahkan kepada bidangnya. Karena itu, Ibu saya akan selalu menjadi motivasi saya. Ibu saya bukan satu satunya alasan dibelakang impian saya, tetapi beliau tentunya merupakan bagian besar. Dapat menolong orang lain dalam hal apapun selalu memberi kesenangan atau kepuasan tersendiri bagi saya. Karena itu, saya berharap dapat mengaplikasikan pengetahuan saya dalam bentuk bantuan bagi orang lain. Saya ingin menjadi seseorang yang dapat dipercaya oleh masyarakat jika ada waktunya akan membutuhkan bantuan medis. Saya ingin menjadi pemberi rasa nyaman bagi pasien saya baik fisik maupun mental. Saya ingin mempergunakan ilmu dan keterampilan saya untuk pengembangan tenaga kesehatan Indonesia. Dan saya berharap hal itu semua dapat saya lakukan dengan menjadikan dokter sebagau profesi saya.
Selain menjadi fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, FKUI juga merupakan fakultas kedokteran yang penuh sejarah dan prestasi. Ibu dan kakek saya keduanya merupakan dokter lulusan FKUI. Mereka berdua telah menjadi panutan saya dan menjadi citra yang saya gambarkan jika saya membayangkan apa yang saya inginkan dalam menjadi seorang dokter. Saya yakin alasan mengapa Ibu dan Kakek saya menjadi dokter yang begitu baik tidak lepas dari nilai nilai yang mereka dapati dari menimba ilmu di FKUI. Saya berharap dengan almamater yang sama, saya dapat menjalankan panggilan hidup saya dan menjadi seorang dokter yang semoga sama baiknya atau mungkin dapat menjadi lebik baik dari kedua panutan saya.
Dari pertama kali saya menetapkan FKUI sebagai kampus tujuan saya, saya tidak pernah mengganti pikiran tentang pilihan saya. Tetapi saat saya memasuki bangku SMP, saya mulai mempelajari lebih dalam tentang FKUI dan menemukan bahwa FKUI mempunyai Kelas Khusus Internasional yang sebelumya tidak saya ketahui. Walaupun Kelas Khusus Internasional menawarkan banyak kesempatan yang tidak bisa saya dapati di Kelas Reguler, secara pribadi saya tidak pernah tertarik dengan melanjutkan studi di luar negeri. Karena itu saya tetap fokuskan impian saya terhadap FKUI kelas reguler.
Akan tetapi itu berubah saat saya memasuki bangku SMA. Saya mulai kenal banyak orang yang pernah melakukan program exchangeke luar negeri. Saya mulai mengenal lebih dalam tentang apa yang akan saya lakukan dan apa yang akan saya dapati jika saya melanjutkan studi di luar negeri. Mendengar pengalaman teman teman saya, ketertarikan saya berkembang. Dan demi menambah wawasan saya dan mencari pengalaman baru, saya memutuskan untuk mendaftar FKUI Kelas Khusus Internasional tanpa menutup pintu terhadap kelas reguler dengan tetap mandaftar FKUI kelas reguler disampingnya. Akhirnya saya menetapkan untuk mendaftar kelas reguler melewati SBMPTN dan SIMAK, dan mengikuti SIMAK KKI untuk Kelas Khusus Internasional.
Bisa dilihat bahwa saya tidak menulis tentang jalur undangan. Hal itu karena di sekolah, saya bukan salah satu murid dengan nilai terbaik. Mengetahui bahwa FKUI adalah jurusan kedokteran terbaik di Indonesia dengan ribuan pendaftar tiap tahunnya, saya menyadari bahwa kesempatan saya diterima lewat jalur undangan sangat tipis. Hal itu tentu membuat saya sedih, tetapi dalam sisi lain , hal itu berakhir sangat menguntungkan bagi saya. Berkat kesadaran saya, saya sudah dapat mulai menyiapkan diri untuk segala ujian masuk PTN dari sebelum saya memasuki kelas 12.
Saya memulai dengan membuka dan mengerjakan buku-buku soal SBMPTN. Koleksi saya mencakup tiga jenis buku SBMPTN dari tiga penerbit yang berbeda. Saya mengawali dengan mempelajari topik topik yang dapat dibilang lebih mudah dari yang lainnya dan secara perlahan berpindah ke topik lain yang tingkat kesulitan relatif lebih tinggi. Setelah bebrapa waktu, saya menyadari bahwa saya akan membutuhkan bantuan untuk segala macam ujian masuk PTN. Dan setelah pertimbangan beberapa pilihan tenaga pengajar, saya memutuskan untuk mengikuti bimbingan belajar atau sering disebut bimbel, di Prosus Inten Fatmawati. Saya senang saya memutuskan untuk mengikuti bimbel di tempat tersebut. Lingkungan belajar Inten selalu mendukung saya untuk tetap berusaha dan ketersediaan sumbel soal yang lengkap. Selain itu, yang paling penting adalah guru-guru yang sangat interaktif dan jelas dalam penyampainnya, baik tentang pelajaran maupun informasi tentang berbagai ujian masuk PTN.
Satu tahun terakhir ini, terutama 6 bulan terakhir, saya telah menuangkan seluruh waktu dan tenaga saya untuk menyiapkan diri menghadapi ujian masuk PTN. Dapat dibilang satu tahun terakhir ini adalah tahun terberat yang saya pernah alami, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik tentu berat karena waktu belajar saya yang eksesif, dimulai dengan bimbel saya di pagi hari dan melanjutkan belajar di rumah yang terkadang sampai larut malam. Secara mental, terutama di 3 bulan terakhir, tekanan yang saya rasakan sangat besar. Setelah beberapa penolakan, muncul pemikiran pesimis yang mulai meragukan kemampuan saya. Tetapi mengetahui bahwa semua yang saya lakukan akan membawa saya lebih dekat ke cita cita saya, saya jalani tiap langkah dengan keikhlasan dan semangat yang alhamdulillah saya masih rasakan sampai hari ini. Setelah berbulan-bulan dengan timeline belajar yang padat, saya melihat banyak orang bahkan teman-teman saya sendiri yang lelah sampai di tingkat dimana mereka pasrah. Saya sangat bersyukur atas semangat yang saya terus miliki selama perjalanan saya menuju FKUI. Semua itu tentunya tidak lepas dari doa dan dukungan keluarga serta orang orang terdekat saya.
Ujian demi ujian pun saya laksanakan sampai akhirnya tepat tanggal 14 Juli lalu, saya datang ke kampus UI Depok, tepatnya di gedung fakultas psikologi dan saya mengerjakan soal SIMAK KKI. 4 hari kemudian saya dapat panggilan dari FKUI bahwa saya lolos saringan ujian tulis SIMAK KKI untuk kembali ke UI dan melaksanakan interview. Saya ingat perasaan saya saat saya mendapat panggilan kembali tersebut, saya ingat bagaimana kesenangan saya tertahan oleh rasa takut. Rasa takut bahwa saya akan memperebutkan kursi FKUI KKI melawan orang-orang terpilih yang memang sudah terbukti patut mendapatkan kesempatan yang sama dengan saya. Untuk saya, yang selama setahun terakhir hanya fokus kepada mempersiapkan diri saya secara akademis sebaik mungkin, tentu saya bingung dan takut menghadapi ujian wawancara yang sebelumnya belum saya perdalami. Tetapi saya mencoba untuk menekan semua rasa takut itu dan menghadapi ujian tersebut dengan percaya diri.
2 minggu setelah ujian interview, pengumuman SIMAK Reguler dan Paralel tiba. Alhamdulillah saya diterima di pilihan kedua saya, yaitu jurusan Arsitektur. Saya sangat bersyukur atas keberhasilan saya. Tetapi harus diakui bahwa hal itu merupakan kegagalan juga bagi saya. Dapat diterima di jurusan Arsitektur UI adalah hal yang sangat membanggakan, tetapi untuk saat ini saya merasa tidak bisa meninggalkan cita cita saya yang saya impikan dari kecil. Karena itu saya memutuskan untuk tidak mendaftar ulang dan meniggalkan kesempatan saya di Arsitektur UI demi menunggu pengumuman SIMAK KKI. Keputusan tersebut tidak diambil dengan pemikiran bahwa FKUI lebih bagus dari FTUI atau sebagainya. Mungkin kalian bertanya, “kalo gamau asitektur kenapa daftarin sebagai pilihan kedua?”. Saya mendaftarkan prodi arsitektur dengan pemikiran jika memang saya tidak diterima di FKUI lewat jalur SIMAK, saya akan melanjutkan dengan Plan B saya, yaitu arsitektur. Saya selalu tertarik dengan bidang arsitektur dn karena itulah saya mendaftarkan diri dalam prodi tersebut. Tetapi dalam selang waktu antara pendaftaran dan ujian SIMAK, saya mulai sepenuhnya menyadari bahwa dimanapun saya berkuliah nanti, jika itu bukan fakultas kedokteran, saya mungkin tidak akan pernah melepaskan impan saya untuk menjadi dokter.
Beberapa hari setelah pengumuman SIMAK Reguler dan Paralel, hari pengumuman SIMAK KKI tiba. Tepatnya tanggal 5 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB. Dari semua pengumuman tes masuk ptn, saya selalu berhasil membuat diri saya buka dengan tenang dan menerima hasilnya maupun itu baik atau buruk. Tetapi pengumuman ini berbeda untuk saya, setelah ditolak oleh SBMPTN dan SIMAK Reguler, jalur ini adalah harapan satu satunya saya dapat memasuki FKUI. Dari satu jam sebelum pengumuman, saya menetap diri di kamar dan berdoa bersama Ibu saya. Tidak menunggu sedetikpun, saya membuka pengumuman tepat pukul 14.00. Tertulis “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia”. Alhamdulillah. Ibu saya segera memeluk saya dengan air mata di matanya.
Perasaan saya saat itu sangat adu campur. Bahagia, kaget, haru. Teringat sekilas perjuangan saya selama ini, saya pun turut menangis. Terharu mengetahui bahwa semua usaha saya berhasil, semua doa saya didengar, dan dukungan orang orang terdekat saya terbayar. Saya akui dalam rentang satu tahun terakhir ini, ada waktu dimana saya mengalami demotivasi. Hari demi hari saya belajar, penolakan demi penolakan saya terima, tentunya mengambil korbannya. Di waktu itulah saya berterimakasih kepada keluarga dan teman terdekat saya. Dari awal perjalanan saya, dukungan mereka untuk saya tidak pernah putus. Walaupun saya tahu pasti orangtua saya kecewa atas penolakan penolakan saya sebelum ini, tidak pernah sekalipun mereka menunjukkan kekecewaannya. Melainkan yang saya dapati selalu dukungan dan dorongan untuk berusaha lebih keras lagi. Keluarga saya lah yang selama ini menjadi tiang saya, karena itu saya bahagia dapat mempersembahkan penerimaan saya untuk mereka. Melihat kebanggaan mereka sudah memberi kepuasan tersendiri untuk saya.
Telah mengalaminya sendiri, percaya saat saya bilang diterima di FKUI bukanlah hal yang mudah. Tetapi hal itu Alhamdulillah sudah saya capai, sekarang tantangan saya berada di dalam FKUI itu sendiri. Setelah diterima, saya menyadari bahwa perjuangan saya belum berhenti disini, melainkan perjuangan saya baru saja dimulai. Tentu menjadi mahasiswa kedokteran dimana saja, tidak hanya di UI akan sulit. Dengan diterimanya saya di sini, berarti saya telah diberi kepercayaan oleh FKUI bahwa saya mampu, dan saya akan menjaga kepercayaan tersebut dan bertanggung jawab. Saya berharap saya dapat menyelesaikan program sarjana saya dengan baik dan tepat waktu. Setelah menyelesaikan fase klinik dan sepenuhnya menjadi dr. Nayla Kinanti Putri Wisnu, saya berharap dapat melanjutkan studi PPDS atau Program Pendidikan Dokter Spesialis dalam program studi ilmu bedah. Saya menyadari sepenuhnya bahwa menjalankan fase klinik atau menjadi seorang co-assseringkali mengubah pendapat seseorang atas apa yang akan diteruskan dalam jenjang PPDS, tetapi menjadi dokter spesialis bedah telah menjadi impian saya sejak lama. Ingin tetap membuka mata saya terhadap bidang lain yang dapat saya terusi, saya akan mencoba untuk berpikir openmindedterhadap pilihan saya dan dapat memilih secara objektif dengan apa yang saya alami dalam masing-masing bidang saat fase klinik/co-ass.
Untuk adik adik sekalian yang ingin masuk FKUI, saya beharap dengan membaca perjalanan saya, dapat kalian ambil hal hal yang baik atau membantu. Untuk mencapai tujuan hanya butuh usaha dan doa. Spesifik dalam cara belajar, maksimalkan semua fasilitas yang dapat anda akses, termasuk sekolah, bimbel, buku, dan internet. Untuk doa, ingatlah sekeras apapun usaha kita, semua tetap merupakan kehendak Tuhan. Dekatkanlah diri kalian dengan Tuhan masing masing, kalian akan membutuhkan ketenangan dalam waktu penuh tekanan ini, dan ibadah adalah salah satu dari sedikit cara mendapatkan ketenangan tersebut. Satu hal yang saya pelajari dari perjalanan saya adalah tidak ada batas dalam usaha ataupun doa. Dalam hal apapun, sekeras-kerasnya kita berusaha atau setaat-taatnya kita berdoa, di luar sana ada banyak orang dengan usaha dan doa yang lebih sungguh-sungguh. Khususnya dalam menggapai FKUI dimana kalian berjuang merebut kursi dengan ribuan pelajar lainnya, mindsetseperti sangat dibutuhkan. Maka dari itu, di saat kalian berasa cukup belajar atau sebagainya, disitulah juga kita tetap harus tetap berjalan. Tidak banyak kesempatan untuk mendapatkan perguruan tinggi yang kalian inginkan, karena itu saya minta adik-adik sekalian untuk memanfaatkan kesempatan kalian sebaik-baiknya.
‘Do my best, so that I can’t blame myself for anything.” - Magdalena Neuner
Kalimat itu terus saya ulangi dalam hati di waktu waktu rendah saya. Di saat saya merasa lelah dan ingin menyerah, saya terus mendorong diri dengan pikiran “terusin, jangan sampe nyesel”. Dan bisa dibilang cara pemikiranitu juga yang membantu saya agar dapat berdiri di posisi saya sekarang. Dan saya menyarani adik-adik sekalian untuk menerapkan yang sama, untuk tidak membuang waktu dan kesempatan kalian. Karena dengan waktu, kesempatan itu akan habis dan kalian akan tertinggal dengan hanya penyesalan.
Semangat dan selamat berjuang adik-adik, saya tunggu di FKUI!
Comments