NARASI PERJUANGAN-- NI MADE CANDRA WIDYANTARI
- FKUI 2019
- Aug 16, 2019
- 8 min read
Nama saya Ni Made Candra Widyantari, saya lahir dan besar di sebuah desa terpencil yang berada di Provinsi Nusa Tengga Barat, yaitu di Kecamatan Keruak. Saya lahir dari keluarga yang sederhana, Saya adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Saya tinggal dan besar di desa kecil, terpencil, dan juga kumuh. Namun besar dan tumbuh di desa tersebut mengajarkan saya akan banyak hal, yaitu pantang menyerah, selalu bersemangat dalam menjalani sesuatu, bersyukur, termotivasi untuk maju dan mau bersosialisasi dengan sesama. Bahkan tanpa saya sadari, hidup di desa tersebutlah yang membentuk diri dan pribadi saya menjadi seperti sekarang ini.
Saya menghabiskan masa sekolah di SDN 1 SELONG, SMPN 1 SELONG dan SMAN 1 SELONG. Saya merasa beruntung sekaligus bersyukur karena sekolah-sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di lingkungan tempat tinggal saya. Semenjak menduduki bangku menengah pertama, saya bercita-cita menjadi seorang dokter. Entah mengapa menurut saya menjadi dokter itu sangatlah keren, seperti mengobati pasien, berkutat dengan obat-obatan, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk meraih hal tersebut tentu tidak mudah, saya harus belajar sebaik mungkin agar bisa menjadi mahasiswa fakultas kedokteran.
Namun, pada saat memasuki sekolah menengah atas saya harus mengubur harapan yang saya miliki untuk menjadi seorang dokter. Hal ini dikarenakan banyak kabar yang beredar bahwa biaya sekolah untuk seorang dokter sangatlah mahal, sedangkan saya hanya anak dari sepasang orang tua dengan ekonomi menengah. Di SMA, saya mengikuti ekstrakulikuler olimpiade kimia. Saya pun mengganti cita-cita saya dari seorang dokter untuk menjadi seorang teknisi, yaitu teknisi kimia.
Meraih harapan baru yang saya buat tidaklah mudah, dibutuhkan pengorbanan yang besar. Seperti misalnya, lebih rajin dalam belajar, mengulang kembali apa yang sudah bapak atau ibu guru jelaskan, mencari referensi dari sumber lain untuk memperkaya ilmu, mengorbankan waktu bersama dengan teman untuk bermain atau mungkin juga dengan keluarga. Dengan tekad dan semangat yang kuat, saya tanamkan pada diri saya bahwa saya harus memperoleh nilai bagus agar bisa menjadi salah satu dari teknisi tersebut.
Saya belajar giat, siang-malam, sampai akhirnya saya bisa mempertahankan nilai rapor dari semester 1 hingga semester 5. Saya juga mengikuti beberapa lomba dan meraih juara, yaitu Juara 1 Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten, Juara 3 Lomba Olimpiade Kimia Se-NTB, dan Juara 3 Lomba Ki Hajar Tingkat Kabupaten, untuk mendapatkan prestasi seperti itu saya terlebih dahulu harus merasakan omongan pahit dari beberapa teman-teman yang mengejek saya, karena dari semua lomba yang saya ikuti hanya beberapa saja yang mendapat juara.
Hal ini tentu membuat saya menjadi pesimis, merasa seluruh waktu yang sudah saya luangkan, seluruh usaha yang telah saya kerahkan sia sia. Saya juga pernah ingin memutuska berhenti dari club olimpiade karena merasa malu kepada diri sendiri, teman-teman, bahkan kepada guru Pembina yang sudah dengan sangat cekatan mendidik saya. Saya merasa hal ini bukan passion saya, sampai pada akhirnya seorang teman dan salah seorang guru membuat saya sadar bahwa hal ini bukan kesalahan saya, ini hanya bukan jalan yang terbaik yang digariskan-Nya. Sampai pada suatu hari Tuhan adil, dengan segala macam alasan untuk menyerah Ia selalu mampu membuat saya bertahan dengan berbagai macam alas an sehingga saya mampu menunjukkan kepada mereka bahwa tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil, selama kamu masih mau mencoba kamu tidak gagal, keberhasilan mu hanya tertunda.
Pada saat memasuki awal semester 6 saya harus terkena musibah, saya harus dirawat di rumah sakit selama satu bulan setengah, dikarenakan saya mengalami tiga kali operasi selama rentang waktu tersebut. Operasi yang pertama adalah usus buntu, yang kedua abses tuba fallopi dan setelah operasi kedua tersebut dinyatakan berhasil saya mengalami tifus, salah satu gejala penyakit ini adalah rasa mual ketika makanan masuk ke mulut, sehingga saya jadi susah makan.
Hal ini membuat regenerasi sel-sel ditubuh saya terhambat, sehingga menyebabkan jahitan operasi saya tidak bisa terikat sempurna. Karena jahitan yang tak kunjung terikat dengan baik, terdapat nanah yang timbul di sepanjang luka operasi dan terpaksa dilakukan tindakan pembedahan ulang. Masa-masa di rumah sakit membuat saya takut, bisakah saya melihat matahari lagi? Bisakah saya berkumpul bersama keluarga lagi? Menghabiskan waktu bersama untuk bercanda gurau dengan mereka? Bisakah saya bermain bersama teman-teman saya lagi? Atau cukupkah waktu yang saya miliki untuk menggampai apa yang saya cita-citakan?
Keluarga, sahabat, para guru dan masih banyak lagi orang-orang yang peduli terhadap saya tak henti-hentinya memberikan harapan bahwa saya bisa sembuh, walaupun mungkin sebenarnya mereka takut dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi selama proses operasi tersebut. Namun sayangnya lagi-lagi Tuhan berkata lain, Ia menunjukkan kemurahan hatinya pada saya. Saya dinyatakan sembuh, dan bisa pulang dari rumah sakit. Setelah melalui peristiwa tersebut, saya mulai tertarik untuk mendalami ilmu yang mempelajari tentang bagian tubuh, tentang betapa pentingnya menjaganya, tentang betapa pentingnya mengetahui bahaya apa saja yang bisa mengancamnya.
Saya juga ingin membagi apa yang nantinya saya dapatkan untuk orang-orang di luar sana. Saya akhirnya kembali merajut mimpi menjadi seorang dokter. Pada saat mendaftar SNMPTN pun saya baru saja keluar dari ruang operasi, puji syukur waktu itu masih bisa mendaftar walau harus menahan rasa sakit yang teramat parah. Walau mungkin pada saat pendaftaran saya harus panic karena itu adalah hari terakhir pengumpulan berkas untuk SNMPTN. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kenapa saya memilih UI sebagai tempat saya untuk melanjutkan pendidikan? Hal ini dikarenakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini merupakan salah satu universitas tertua yang ada di Indonesia, apalagi dibidang kesehatan.
Universitas Indonesia juga memiliki alumni-alumni yang terbukti sudah menjadi tokoh-tokoh masyarakat yang bisa dicontoh.Universitas Indonesia juga memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, ditunjang dari segala aspek yang sangat baik. Universitas Indonesia juga merupakan Universitas yang memiliki biaya pendidikan termurah dibandingkan universitas-universitas lain. Hal-hal tersebutlah yang menjadi pandangan dan motivasi saya untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar Universitas Indonesia khususnya Fakultas Kedokteran. Setelah mengirim berkas, tentunya perasaan yang saya rasa sangat lega, tetapi juga takut. Takut apabila nantinya akan menerima penolakan, takut akan mimpi yang saya angankan harus gagal, tetapi saya tetap berdoa agar diberikan yang terbaik atas segala usaha yang telah saya lakukan selama ini. Sampai akhirnya pada saat pengumuman SNMPTN tiba, saya melihat layar handphone tertera tulisan berwarna hijau di sana, saya masih terpana, mencoba membaca sekali lagi dan ternyata jawabannya tidak berubah. Saya masih tidak percaya dengan tulisan berwarna hijau yang berarti saya berhasil menjadi salah satu dari beribu-ribu mahasiswa yang ingin masuk ke Universitas Indonesia.
Saya menjadi satu orang yang beruntung dari sekian banyak mahasiswa yang berharap bisa memasuki kampus perjuangan ini. Saya menangis mengabari kedua orang tua saya sembari memeluk mereka. Perasaan saya campur aduk tapi yang bisa saya pastikan dari segala rasa itu saya bahagia menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia awalnya saya ragu dan juga takut. Saya takut harus pergi jauh meninggalkan kedua orang tua saya, saya juga takut tidak bisa mengikuti dengan benar segala rangkaian proses belajar mengajar di Universitas Indonesia ini.
Namun karena tekad ingin maju yang kuat saya pun rela berpisah dari keluarga ribuan mil jaraknya hanya untuk menuntut ilmu, demi memperoleh pendidikan yang jauh lebih baik sebelumnya dan mampu memberikan kontribusi yang pas untuk Indonesia di masa depan. Harapan yang ingin saya raih selama mengemban ilmu di Universitas Indonesia ini adalah nantinya saya berharap ilmu yang saya dapatkan ini tentunya bisa saya aplikasikan kepada diri saya sendiri dan orang sekitar saya. Menjadi dokter yang berdedikasi sehingga bisa membantu pasiennya semaksimal mungkin.
Harapan saya untuk orangtua saya adalah saya berharap mereka bisa bangga memiliki anak seperti saya, bisa mengangkat derajat mereka sehingga tidak diremehkan dalam mendidik anaK. Intinya adalah yang membuat mereka selalu bersyukur bisa memiliki putri seperti saya. Harapan saya untuk masyarakat adalah saya berharap masyarakat nantinya bisa puas akan pelayanan yang saya berikan terhadap mereka, saya juga berharap mereka mau mendengarkan dan mengaplikasikannya jika esok hari saya memberi mereka penyuluhan tentang bagaimana pentingnya menjaga kesehatan diri kita sendiri dan orang lain.
Saya juga berharap bahwa seluruh anggota masyarakat mau langsung menyampaikan keluh kesah mereka tentang pelayanan kesehatan yang mereka dapatan sehingga kami bisa mengoreksi diri kami sendiri untuk pelayanan selanjutnya. Serta yang terakhir harapan saya untuk teman-teman angkatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2019 tetap jaga tali kekeluargaan kita untuk selamanya. Tetap saling support antara satu dengan yang lain dimanapun kita nantinya mengabdi untuk bangsa ini, yang perlu kita ketahui adalah bahwa kita adalah satu keluarga yang pernah menangis dan gembira bersama dalam mengerjakan segala tugas selama masa perkuliahan dan tersenyum bangga saat sama-sama harus mengambil sumpah dokter.
Terimakasih juga ingin saya ucapkan kepada teman-teman angkatan FKUI karena sudah mau menerima saya anak daerah menjadi keluarga besar kalian. Terimakasih karena sudah mau merangkul, bekerja sama, saling mengerti, dan juga peduli antar sesama. Rencana yang akan saya kerjakan untuk satu tahun kedepan adalah saya ingin belajar dengan giat agar bisa bersaing dengan teman-teman sejawat sekalian, saya ingin mengatur pola keuangan saya selama berkuliah di Universitas Indonesia di karenakan biaya hidup di kota Jakarta sangatlah mahal, saya sebagai anak rantau harus mengatur keuangan sebaik mungkin, dan saya juga ingin lebih mendalami metode pembelajaran yang digunakan di Universitas Indonesia sehingga untuk tahun-tahun berikutnya saya tidak kewalahan lagi.
Rencana saya dalam 3 tahun ke depan adalah mengikuti berbagai macam kegiatan mahasiswa agar menambah pengalaman saya, dan juga memperluas koneksi pertemanan, jadi tidak hanya bergaul dengan teman satu fakultas saja tapi juga bergaul dengan yang berbeda fakultas sehingga nanti dihari esok bisa saling membantu satu dengan yang lainnya. Saya juga ingin meningkatkkan prestasi akademik yang saya miliki, meningkatkan public speaking, belajar lebih tekun lagi, dan mencoba mencari beasiswa untuk menunjang pendidikan dan biaya hidup saya selama disini dan membantu pengeluaran biaya dari orang tua saya.
Dalam 10 tahun yang akan datang saya berharap saya sudah selesai menyelesaikan sekolah dokter spesialis saya, dan langsung bisa terjun dalam mengurus pasien. Saya ingin memiliki klinik sendiri dan bekerja disebuah rumah sakit dan mengamalkan ilmu yang sudah saya dapatkan selama saya mengenyam pendidikan. Saya juga berharap saya bisa menempuh pendidikan di luar negeri untuk jenjang spesialis ini agar bisa membanggakan semua orang yang sudah berpartisipasi dalam mendukung saya selama ini sampai karier saya bisa seperti sekarang. Rencana saya untuk dua puluh tahum kedepan adalah bisa menjadi dokter yang mampu menginspirasi banyak orang bukan hanya untuk orang-orang terdekat saya tetapi juga untuk banyak orang di luar sana sehingga mereka terus mau belajar untuk mecapai mimpi mereka.
Saya juga berharap bisa menjadi dokter yang selalu memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan sehingga selalu bisa melayani pasien dan orang-orang yang membutuhkan dengan rasa ikhlas, penuh tanggung jawab, dan jujur. Pesan saya kepada para generasi penerus yang mungkin akan memilih jalan yang sama dengan saya yaitu menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah jangan mudah menyerah akan suatu hal, kerjakan apa yang kamu bisa semaksimal mungkin, hindari hal-hal yang bisa membuat kamu menjadi menyerah dalam menggapai mimpi mu, manfaatkan segala waktu yang kamu punya secara bijak sehingga kamu tidak akan menyesal ketika hal yang kamu kerjakan sudah terlewati, jadikan keluarga dan orang-orang terdekat mu sebagai motivasi untuk kamu terus berjalan dan bergerak maju untuk bisa membanggakan mereka, jangan pernah goyah jika diperjalanan mu nanti kamu mungkin akan di ganggu oleh beberapa kerikil, selalu bangkit ketika mengalami kesusahan, jangan pernah membandingkan diri mu dengan orang lain, karena kamu dan orang lain memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kamu harus selalu percaya diri akan potensi yang kamu miliki di dalam dirimu sendiri, jangan pernah sombong akan apa yang kamu miliki, jangan pernah takut untuk berbagi ilmu dengan sesame mu, dan yang paling penting adalah tetaplah bersyukur dan berdoa kepada Tuhan tentang segala sesuatu yang sudah kamu dapatkan, segala hasil dari semua perjuangan mu serahkan kembalikan kepada-Nya karena Ia tau orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh pasti akan diberikan kemudahan dalam mencapai sesuatu, karena segala usaha pasti akan membuahkan hasil. Kata-kata mutiara favorit saya jangan terlalu sering melihat ke atas barangkali kerikil kecil bisa membuat mu terjatuh. Jadi untuk semuanya jangan pernah terlalu berambisi untuk menjadi yang terhebat, jangan teralu sering mengangkat kepala ke atas karena barang kali hal-hal kecil yang tidak kamu perhatikan selama proses kamu menuju ke atas tersebutlah yang menjadi penyebab kamu terjatuh dan tidak bisa meraih yang kamu inginkan. Jadi pertimbangkan segala sesuatu tersebut dengan sangat hati-hati dan tetap percaya diri bahwa kamu bisa meraih itu.
Maaf dok, saya Dodi dari Redaksi Jurnal CDK. Saat ini kami sedang mencari tahu nama penulis artikel : Tatalaksana Gagal Jantung Pediatrik Penulis : dr. Eric Ferdinand, Ni Made Candra Widyanti. Apakah benar ini dengan penulis ybs ? Jika iya, mohon konfirmasi ke alamat email: cdk.redaksi@gmail.com Terima kasih