top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- PHONIEX ANGELLIA

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Kehidupan lebih tepat dikatakan sebagai hal yang ‘unik’ dibandingkan ‘indah’. Jamur Amanita yang kelihatan cantik ternyata beracun, sementara bakteri Escherichia coli yang bahkan tak dapat kita lihat dapat menjadi solusi bagi masalah kesehatan manusia. Meski begitu, saya percaya setiap kehidupan patut dihargai dan pantas dipertahankan.


Perkenalkan, saya Phoenix Angellia, mahasiswa baru FKUI 2019. Saya telah tinggal di sebuah kota madya bernama Kota Serang selama 11 tahun terakhir. Di kota inilah saya mulai bermimpi, mulai berjuang, dan mulai memantapkan langkah menjadi seorang dokter. Meskipun tidak termasuk daerah yang tertinggal, kota ini masih memiliki beberapa isu kesehatan yang belum dapat diselesaikan dengan baik. Saya berharap kelak saya dapat memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat setempat dan meningkatkan taraf kesehatan di Kota Serang.


Semuanya bermula saat seorang murid ditanyai oleh gurunya, “Apa cita-citamu?” Kala itu, saya hanya menjawab sebuah profesi paling hebat menurut saya, “Dokter, Bu!” . Tetapi seiring berjalannya waktu, ketertarikan saya terhadap profesi dokter semakin meningkat. Menurut pendapat saya, bekerja sebagai dokter merupakan profesi yang sangat mulia. Dengan berlalunya waktu pun, saya semakin menyadari betapa sulitnya perjuangan dan kuatnya dedikasi yang perlu dimiliki seseorang untuk menjadi dokter. Anehnya, itu semua tidak pernah menyurutkan semangat saya untuk berjuang menggapai mimpi ini. Sampai saat ini pun, saya masih memimpikan cita yang sama. Menjadi seorang dokter yang peduli dan berkompeten dalam melayani masyarakat.


Menjadi seorang dokter merupakan cita-cita saya sejak kecil. Saya pribadi merasa beruntung sekali, menjadi salah satu dari orang-orang yang dapat mempertahankan cita ini sampai hari ini. Banyak orang yang berkata bahwa menjadi seorang dokter sangatlah sulit, perlu banyak perngorbanan dan kerja keras. Tak sedikit orang menyerah di pertengahan jalan, merasa terlalu banyak yang dikorbankan, lelah dan jenuh akan segala halangan. Tapi entah mengapa, semua itu tak pernah menghentikan langkah saya menggapai mimpi menjadi seorang dokter. Menurut pendapat saya, melewati segala tantangan demi menjadi tenaga medis yang berkompeten dan dapat mendedikasikan diri pada masyarakat, adalah sesuatu yang sangat pantas diperjuangkan.


Tapi, sebuah pertanyaan kembali muncul. “Jadi, apakah tujuan hidupmu adalah menjadi seorang dokter?”. Bukan, kurasa tidak semudah dan se-simple itu. Aku kembali merenung dan berpikir. Aku melihat dunia di sekelilingku apa adanya, mengamati kehidupan orang-orang di sekitarku. Banyak orang-orang yang berhasil dan berdikari dalam hidup mereka, tetapi tak sedikit juga kujumpai orang-orang yang masih membutuhkan uluran tangan orang lain untuk hidup. Setelah beberapa waktu, aku menemukan sebuah fakta baru mengenai diriku. Faktanya, aku merasa bahagia saat melihat seseorang yang kutolong bahagia. Dan juga, aku merasa sedih saat melihat orang yang mengalami kesulitan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Dari hal-hal tersebut, kurasa bisa kuambil suatu kesimpulan. Aku ingin sekali membantu banyak orang dan meningkatkan taraf kehidupan orang-orang kurang beruntung di luar sana. Hal-hal itulah yang akhirnya kujadikan tujuan dalam hidupku.


Setelah 3 tahun, akhirnya saya menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Kota Serang. Langkah selanjutnya yang saya ambil tentunya adalah masuk ke perguruan tinggi impian saya. Sejak SMP, saya sudah bermimpi untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mengapa? Tentu saja karena FKUI merupakan salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. FKUI juga merupakan institusi pendidikan dokter tertua di Indonesia dan melalui pengalaman tersebut telah berhasil melahirkan dokter-dokter terbaik bangsa. Pertimbangan lainnya adalah kelengkapan fasilitas pendidikan seperti RSUI dan RSCM sebagai rumah sakit pendidikan, serta tenaga pengajar yang ahli dan berpengalaman di bidangnya. Universitas Indonesia juga banyak sekali melahirkan mahasiswa berprestasi yang akhirnya menjadi orang-orang besar di negeri ini, misalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani yang merupakan lulusan Fakultas Ekonomi UI, jurnalis terkemuka Najwa Shihab yang merupakan lulusan Fakultas Hukum UI, dan pengajar serta penulis buku fisika Indonesia Yohanes Surya yang merupakan lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Karena hal-hal itulah, pada akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di kampus perjuangan ini.


Tentu saja, saya memiliki motivasi tertentu dalam menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Motivasi terbesar saya adalah untuk menjadi dokter yang siap dan sigap untuk melayani masyarakat. Menurut saya, kesehatan merupakan kepunyaan paling mendasar dan paling berharga dari seorang manusia. Dengan bermodalkan kesehatan, seseorang dapat melakukan berbagai aktivitas dan mempertahankan hidupnya. Saya juga merasa bahwa meningkatkan taraf kehidupan seseorang seharusnya dimulai dari hal yang paling mendasar yaitu kesehatan. Manusia yang sehat akan jauh lebih mudah menggunakan pikiran dan jasmani mereka untuk bekerja secara layak, yang kemudian akan membawa mereka pada taraf kehidupan yang lebih baik lagi. Saya harap, segala ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan selama belajar di FKUI dapat bermanfaat bagi banyak orang nantinya. Tak hanya itu, keluarga juga menjadi motivasi yang sangat penting dalam kehidupan pendidikan saya. Tanpa dukungan dan didikan mereka selama ini, saya takkan pernah bisa sampai ke titik ini. Saya sangat berharap saya dapat menjadi seorang dokter yang berkualitas dan bisa membanggakan mereka.


Saya tahu benar, untuk menggapai bintang tertinggi dibutuhkan usaha yang tidak sedikit. Demikian pula dengan menggapai cita masuk ke FKUI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi dengan persaingan tertinggi di Indonesia. Karena itu, masuk melalui ketiga jalur masuk Universitas di Indonesia tidaklah mudah. Saya sendiri menargetkan diri untuk masuk melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sistem SNMPTN menggunakan nilai rapor dan prestasi sebagai bahan pertimbangan lolos atau tidaknya pelajar ke suatu perguruan tinggi. Berbeda dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri merupakan jalur masuk perguruan tinggi dimana kita harus mengerjakan ujian tertulis yang terdiri dari beberapa mata pelajaran. Dalam rangka masuk melalui jalur pertama, saya berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai rapor Sekolah Menengah Atas saya. Mengerjakan tugas dan ujian dengan sebaik mungkin, membuat grup diskusi dengan teman, sampai membaca beragam literasi, semuanya telah saya lakukan. Saya juga giat mengikuti beberapa kompetisi untuk menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan saya. Di sekolah, predikat saya juga membuat saya terkualifikasi untuk memasukkan Pendidikan Dokter UI sebagai pilihan prodi SNMPTN.

Seharusnya dengan semua hal ini, saya merasa optimis dengan hasil SNMPTN tahun ini. Namun, menjelang kelas 12 SMA, saya semakin tidak yakin dengan diri saya sendiri. Apalagi di tahun ini, ada sistem penyeleksian baru dimana kuota SNMPTN berkurang 50%. Saya lalu memutuskan untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar bisa masuk melalui jalur SBMPTN. "We may hope for the best, but don't forget to prepare for the worst." Itu mungkin kata-kata favorit saya pada masa itu. Saya memang tidak mengikuti bimbingan belajar tertentu, tetapi saya membeli beberapa buku latihan soal SBMPTN dan tekun mengerjakannya setiap hari. Saya juga tidak ragu untuk bertanya pada teman jika saya tidak bisa mengerjakan suatu soal. Semakin dekat dengan pengumuman SNMPTN, saya semakin tidak yakin dengan hasilnya. Saya sudah berkata pada diri saya untuk fokus saja mengikuti SBMPTN, daripada mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Lalu, hari pengumuman SNMPTN pun tiba, dan ternyata saya diterima menjadi bagian dari FKUI 2019!


Karena saya masih kurang percaya hal tersebut benar-benar nyata, saya merefresh dan log-in berulang kali ke laman website tersebut. Setelah memastikan bahwa hal ini benar, saya merasa sangat lega. Saya tentu merasa senang dan bangga dengan pengumuman ini. Tetapi saya sadar, ini hanyalah permulaan dari perjalanan panjang di depan mata. Perasaan gembira dan kelegaan saya tidak boleh membuat saya terlena dan melupakan apa tujuan saya sebenarnya. Saya akan fokus belajar dan melatih diri, bukan hanya untuk menjadi mahasiswa berprestasi atau mendapatkan IPK tinggi, tetapi juga menjadi seorang tenaga medis yang ahli dan berkompeten. Selalu saya ingatkan pada diri saya sendiri untuk belajar dengan tekun, agar suatu saat saya dan ilmu yang saya miliki dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.


Di bangku perkuliahan, saya ingin belajar dengan giat dan mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya agar kelak saya memiliki ilmu yang dapat saya bagikan pada pasien saya. Saya juga ingin mengembangkan kemampuan berorganisasi dan relasi melalui keikutsertaan saya di beberapa organisasi kemahasiswaan, misalnya AMSA-UI dan LPP. Tidak lupa, dalam perjalanan menjadi seorang dokter, saya juga melangkah bersama teman-teman sejawat yang berjuang bersama saya. Kepedulian satu sama lain dan komitmen untuk tidak saling meninggalkan, akan selalu saya pertahankan dalam pertemanan sejawat ini. Karena bagi saya, jika kita tidak peduli terhadap teman sejawat kita, bagaimana kita akan peduli terhadap calon pasien kita?


Akan selalu saya ingatkan pada diri saya sendiri, untuk mempertahankan nilai utama menjadi seorang dokter. Nilai utama yang sangat membedakan dokter dengan profesi lainnya. Nilai yang benar-benar mencerminkan sebuah profesi yang mulia. Bukan pengetahuan, bukan intelegensi, bukan pula ambisi, tetapi adalah kepedulian. Saat kamu berhenti peduli, kamu bukanlah seorang dokter, atau kamu tidak pantas menjadi seorang dokter. Hanya dua hal itu. Jadi, ingatlah selalu, dokter yang peduli adalah dokter yang seribu kali lebih baik daripada dokter yang memiliki segudang prestasi tanpa hati yang peduli.


Harapan untuk diri saya di masa depan, saya dapat menjadi tenaga medis yang berguna bagi masyarakat Indonesia. Saya juga berharap saya dapat menjadi anak yang membanggakan orangtua dan dapat membiasakan pola hidup sehat dimulai dari lingkungan keluarga. Untuk lingkup yang lebih luas lagi, saya ingin menjadi pengedukasi kesehatan bagi masyarakat dan menjadi penggerak perubahan kesehatan Indonesia ke arah yang lebih baik. Tentu saja, untuk menggerakkan perubahan, saya membutuhkan bantuan dari teman-teman sejawat saya. Para calon dokter yang telah berjuang bersama saya untuk meraih satu mimpi, menjadi dokter yang berkompeten dan berkepedulian terhadap orang lain. Dengan ‘integritas’ sebagai identitas kami, saya yakin 3 nilai utama integritas : Kejujuran, Komitmen, dan Amanah akan selalu melekat pada diri kami. Oleh karena itu, saya berharap FKUI angkatan 2019 akan selalu peduli satu sama lain, selalu kompak, selalu mengedepankan kepentingan bersama, dan mampu menepikan segala perbedaan demi cita yang satu, yaitu Indonesia Sehat.


Seorang manusia perlu memiliki perencanaan yang baik akan masa depan, karena itu saya membuat beberapa rencana yang akan saya realisasikan nantinya. Pada satu tahun pertama, saya menargetkan diri untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan seperti AMSA-UI dan LPP serta meraih nilai IP yang memuaskan. Saya menyadari bahwa mengikuti organisasi kemahasiswaan dapat meningkatkan kemampuan softskill kita dan memperluas relasi dalam lingkungan positif. Dalam jangka waktu 3 tahun, saya ingin menjadi delegasi UI dalam konferensi dan kompetisi nasional maupun internasional. Saya sangat tertarik untuk berkolaborasi dengan negara lain dalam bidang kesehatan, saling memberikan informasi dan pengetahuan, dan bekerja sama memecahkan isu-isu kesehatan dunia. Dengan bertukar ilmu pun, saya yakin akan ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan di Indonesia. Setelah 10 tahun, saya berharap telah menjadi dokter dengan ipk cumlaude dan mendapatkan beasiswa S2 di luar negeri. Dan 20 tahun lagi, saya berharap saya tengah mengabdi pada masyarakat dengan menggunakan ilmu yang saya dapatkan di perguruan tinggi. Saya berencana membuka klinik pelayanan kesehatan yang terbuka bagi semua golongan masyarakat. Dan tidak menutup kemungkinan, saya akan mengembangkan klinik saya menjadi sebuah rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap.


Untuk para pembaca yang berkeinginan masuk ke kampus kedokteran impian sejuta insan ini, mungkin beberapa saran berikut dapat bermanfaat untuk kalian.


Pertama, kalian harus menemukan tujuan sebenarnya kalian masuk ke fakultas kedokteran. Tujuan yang benar-benar tulus dari hati kalian sendiri, dan bukan dari saran atau paksaan orang lain. Jika kalian sudah berhasil menemukannya, kalian akan menempuh kehidupan perkuliahan kedokteran (beserta segala macam tantangan dan rintangan) dengan lebih kuat. Jadikanlah tujuanmu itu sebagai motivasi terbesarmu.


Kedua, cari tahu seluk beluk informasi mengenai perkuliahan kedokteran. Lalu, tanya pada dirimu sendiri, apakah ini sesuai dengan passion mu? Apakah kamu mampu menjalaninya? Setelah lulus, apa yang akan kamu lakukan? Dengan berbagai pertimbangan yang matang, kamu akan bisa mengambil keputusan yang lebih tepat.


Ketiga, berusaha sekuat tenaga dan jangan mudah putus asa. Seperti yang telah saya uraikan, masuk ke FKUI bukanlah perkara mudah. Apalagi lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menjadi seorang dokter. Perlu tekad dan usaha yang sangat kuat untuk melewati semua rintangan yang ada. Maka, selalu maksimalkan usaha dan teruslah bangkit saat kamu jatuh.


Terakhir, selalu berikan yang terbaik dalam setiap hal yang kamu lakukan. Karena mereka yang selalu memberikan yang terbaik, akan selalu mendapatkan yang terbaik juga. Saya percaya bahwa proses tak akan mengkhianati hasil. Setiap benih yang kita tanam, pasti kita pula yang akan menuainya. Oleh karena itu, teruslah melakukan yang terbaik ya!


Sebagai penutup, saya tuliskan sebuah quote untuk diingat masing-masing dari kita :

"Great things happen to those who never stop believing, trying, learning, and being grateful"

Roy T. Bennett, The Light in the Heart

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comentários


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page