top of page
Search

NARASI PERJUANGAN -- PUTRI NABILLAH

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 20, 2019
  • 8 min read

Halo! Perkenalkan, Nama saya Putri Nabillah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019. Saya merupakan alumnus SMA Negeri 48 Jakarta yang terletak di wilayah Pinang Ranti, Jakarta Timur. Sejak kecil, cita-cita untuk menjadi seorang dokter sudah muncul dalam diri saya. Di mata saya, dokter adalah suatu profesi mulia, yang secara jelas dapat merepresentasikan buah dari ketulusan, kerja keras, doa, semangat, dan tentunya sikap pantang menyerah. Dan hal-hal inilah yang membuat saya merasa yakin bahwa cita-cita ini sangat layak untuk diperjuangkan.

Perjuangan untuk meraih cita menjadi seorang dokterpun perlahan saya titih mulai dari masa sekolah dasar. Saya berusaha aktif, giat belajar, rajin berdoa, bahkan bergabung dengan Dokter Kecil. Alhamdulillah, Orang tua saya sangat mendukung perjuangan saya ini. Beberapa kali saat bepergian, mereka mengajak saya melewati Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang ada di Salemba, serta mengingatkan saya untuk semakin rajin belajar dan berdoa untuk menggapai cita. Namun, rasanya pesimis sekali untuk bisa lolos dan diterima di FKUI ini.

Setelah lulus dari sekolah dasar, saya memilih untuk melanjutkan pendidikan di SMPN 81 Jakarta, sekolah yang sangat diidam-idamkan pelajar di sekitar wilayah tempat tinggal saya. Namun, di sinilah cita-cita itu semakin goyah. Mendengar banyak orang berkata bahwa masuk kedokteran itu tidak mudah, biayanya tidak murah, dan harus menempuh masa pendidikan yang sangat panjang membuat saya ragu dan perlahan mengurungkan keinginan itu. “Jika masuk jurusan kedokteran saja susah, apalagi masuk FKUI,” setidaknya itu yang mengganggu pikiran saya. Sempat terlintas di pikiran saya untuk merubah haluan cita menjadi seorang psikolog atau dosen, dengan harapan mungkin cita-cita baru ini akan lebih realistis. Namun, hati memang tidak bisa berbohong. Walaupun cita-cita di pikiran dan omongan saya berubah, jiwa dan cita untuk menjadi seorang dokter masih terpaut di hati saya. Dan saya hanya bisa berdoa kepada Allah SWT. Agar senantiasa diberikan apapun yang terbaik dan memiliki keberkahan di dalamnya.

Di akhir masa pembelajaran SMP, Alhamdulillah saya mendapat NEM yang ternyata cukup untuk membawa saya diterima di suatu SMA negeri di Jakarta yang mencetak banyak lulusan yang diterima di FKUI. Guru-guru saya menyarankan untuk mencoba mendaftar disana, namun dengan berbagai pertimbangan orang tua saya kurang setuju. Lalu, beberapa kali saya coba sholat istikharah untuk memantapkan pilihan hati. Menariknya, suatu hari saya bermimpi bahwa saya sedang duduk mengenakan seragam di SMAN 48 Jakarta di hadapan laptop yang di layarnya ada kotak hijau dengan tulisan “SELAMAT ANDA LULUS SELEKSI SNMPTN”. Kaget bukan main. Sayapun hanya bisa beristighfar dan menganggap mungkin ini hanya bagian dari cara Allah untuk menegur saya, agar saya bisa memilih pilihan yang bukan cuma memikirkan keinginan diri sendiri, tetapi juga keinginan orang tua yang selama ini telah membesarkan saya. Saya akhirnya memberanikan diri mendaftar dengan kemantapan hati dan keteguhan untuk membahagiakan orang tua.

Di tingkat SMA, saya mulai menjadi pribadi yang lebih bebas dan terbuka. Saya telah memantapkan dan menanamkan pada diri saya bahwa tidak peduli apapun cita-cita saya nantinya, belajar sudah menjadi kewajiban saya. Alhasil saya selalu berusaha untuk mempertahankan semangat belajar dan totalitas dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan kepada saya. Alhamdulillah, saya mendapat lingkungan belajar yang cukup kondusif, dengan kelas yang kebetulan berisi beberapa orang yang bercita-cita masuk FKG UI. Sayapun mulai mencari informasi seputar jurusan kedokteran gigi, terutama tentang FKG UI dan berpikir bahwa mungkin ini bisa menjadi pilihan terbaik untuk saya karena masuk FKUI rasanya sangat sulit. Dan akhirnya sayapun mulai memperjuangkan cita-cita baru saya ini.

Banyak hal yang pada akhirnya membuat saya memberanikan diri melepas mimpi yang telah saya bangun sejak kecil. Jujur saja, kebetulan saya merupakan manusia yang cukup pesimis dalam urusan bermimpi. Semenjak SMP, saya juga menjadi seseorang yang terbiasa membuat perencanaan mengenai hal-hal jangka pendek dan bukan jangka panjang. Misalnya, setiap pagi setelah aktivitas membersihkan tubuh dan sholat, saya selalu mengucapkan pada diri saya, “Ok Putnab, jadi apa yang mau kamu capai hari ini? Perbuatan baik apa yang bisa kamu lakukan? Ilmu apa yang mau kamu dapat? Tempat mana aja yang mau kamu tuju? Dan ayo kita bikin skala prioritasnya!”. Mungkin dengan kebiasaan saya ini, saya memang dapat mengatur waktu dan hari-hari saya dengan lebih baik. Namun, karena terlalu sering memperhatikan detail ini, saya terkadang menjadi lupa untuk mempersiapkan mimpi-mimpi besar yang harusnya suatu hari dapat saya raih dengan perencanaan yang matang.

Selama masa pembelajaran di SMA ini, saya berusaha semakin tekun dan meningkatkan nilai-nilai saya karena sempat mendapatkan info bahwa untuk dapat diterima di perguruan tinggi negeri, kita dapat mengikuti jalur SNMPTN atau biasa disebut jalur undangan. Banyak kabar terkait jalur masuk ini, mulai dari persyaratannya, perguruan tinggi negeri mana saja yang dapat dipilih, informasi tentang blacklist, dan banyak lagi. Sayangnya, tidak ada yang dapat memberi pernyataan dengan pasti terkait berbagai hal tentang jalur ini. Sayapun hanya bisa mengusahakan yang terbaik yang dapat saya lakukan.

Di SMA saya juga mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional, namun bukan di bidang biologi atau kimia, tetapi kebumian. Namun, ternyata 2 periode OSN yang saya ikuti, belum membawa saya ke tingkat nasional. Sedih? Tentu. Saya sudah mendapat dukungan dari banyak pihak dan telah cukup kehilangan momen belajar di sekolah untuk mempertahankan nilai, tetapi tidak lolos ke nasional. Takut sekali rasanya, ketika sugesti-sugesti harus mengikuti ujian SBMPTN dan tidak lolos jalur SNMPTN menghantui. Tetapi untungnya saya aktif di rohis dan memiliki lingkungan yang suportif dan Allah yang selalu ada untuk saya, sehingga masa-masa sedih saya bisa perlahan teratasi.

Hari-hari telah diisi dengan belajar, berorganisasi, dan bermain. Akhirnya tibalah saya pada saat-saat menegangkan, yaitu saat memasuki masa kelas 12 semester 1. Masa di mana setiap orang saling bertanya mengenai keberlanjutan pendidikan yang akan ditempuhnya. Banyak yang bilang, beberapa orang menunggu saya memilih jurusan yang akan saya perjuangkan karena beberapa alasan. Saya yang belum siap memilih, lagi-lagi bimbang dengan keputusan yang harus diambil. Sayapun mencoba berbicara dengan kedua orang tua dan keluarga besar saya seputar jurusan yang sejauh itu cukup mantap untuk saya pilih, yakni kedokteran gigi. Namun, banyak info baru yang saya dapat seputar kedokteran gigi yang membuat saya lagi-lagi mengurungkan mimpi. Sebut saja alat yang bisa dikatakan sangat mahal untuk praktek atau membuka klinik kedepannya dan masa koas yang bisa dibilang sulit. Dan menurut orang tua saya, saya memilih FKG belum sepenuhnya karena yakin, tetapi terpengaruh juga dari lingkungan sekitar yang banyak memilihnya. Dan kami merembukkan FK kembali.

Pada semester 5 ini, tentu hampir semua siswa kelas 12 sedang memiliki banyak pikiran dan tanggungan yang harus diselesaikan. Apalagi semuanya bersangkutan dengan masa depan. Stres, emosi yang labil, dan kehilangan fokus pernah semua siswa rasakan, termasuk saya. Inilah salah satu alasan nyata mengapa memiliki sahabat, rajin mentoring, dan menjaga hubungan dengan Allah itu sangat penting. Sebagai manusia yang tidak sempurna, tentu saya pernah merasakan apa yang disebut futur dan juga stres yang cukup mengganggu. Namun, mentoring yang rutin saya lakukan setiap minggu bersama teman-teman yang baik, mampu mengalirkan energy positif yang mungkin memang tidak mengubah saya, tetapi MENYADARKAN saya bahwa saat itu saya sedang dalam keadaan futur dan harus segera bangkit.

Setelah masa-masa sulit yang saya alami, saya terus berusaha mendekat kepada Allah dengan jalan apapun yang saya bisa. Saya berusaha memperbaiki ibadah saya, memperbaiki cara berdoa, dan mencari informasi tentang bagaimana orang-orang hebat terutama para sahabat bisa bangkit dan tidak pernah menyerah pada apa yang mereka perjuangkan.

Perlahan saya kembali menjadi pribadi seperti sedia kala. Sayapun mulai berpikiran objektif untuk pilihan masa depan saya. Lalu, saya mulai membuat bagan mengenai hal-hal yang mungkin bisa menuntun saya menuju pilihan itu. Kemudian saya merinci hal apa saja yang saya bisa dan sukai, apa yang sesungguhnya mau saya dapatkan didunia ini, prodi apa saja yang membuat tertarik, apa kelebihan dan kekurangannya, hingga apa yang paling saya tidak bisa dan tidak sukai, benar-benar sedetail itu.

Akhirnya sayapun menemukan jurusan apa yang pada akhirnya harus saya pilih sebagai bagian dari komitmen saya untuk bisa bermanfaat di dunia dan mengumpulkan pahala untuk menjadi penolong saya di hari akhir kelak. Dan jurusan itu adalah pendidikan dokter. Namun, saya masih belum menentukan universitas mana yang kiranya bisa mendudkung masa pendidikan saya. Sempat tertarik untuk memilih prodi kedokteran pada salah satu pergurutan tinggi negeri yang beberapa tahun belakangan menggratiskan biaya UKT pendidikan dokter mahasiswanya. Namun, dari sekolah saya, belum pernah ada track record alumni yang diterima disana jalur SNMPTN. Jadi, kemungkinannya mungkin akan sangat kecil.

Akhirnya saya memilih kembali pada mimpi besar saya di Fakultas Kedokteran universitas Indonesia. Alasan atau motivasinya? Banyak. Terutama setelah saya mengikuti Open house FKUI 2018. Saya sadar, saya menyukai ilmu dan isu yang berkaitan dengan kesehatan dan kemanusiaan. Saya juga hendak ambil bagian dalam usaha memajukan kesehatan Indonesia. Dan saya merasa, semua ilmu tentang itu dapat saya dapatkan dengan baik bila menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Meskipun telah menemukan jurusan yang hendak saya pilih, hati saya masih belum mantap karena dibayang-bayangi oleh berbagai macam kekhawatiran. Di kelas 12 semester 2, ternyata saya merupakan salah satu siswa yang diumumkan masuk kuota SNMPTN tahun ini. “Alhamdulillah, insyaAllah ini permulaan yang baik.” Setidaknya itu yang hanya bisa saya ucapkan mengingat artinya pengisian prodi berlangsung sebentar lagi. Beberapa hari sebelum pengisan prodi, sayapun terus berusaha meningkatkan hubungan dengan Allah. Namun, tidak sampai hati saya berdoa menyebut agar bisa diterima di FKUI, karena rasanya kecil sekali kemungkinannya. Saya hanya memohon arahan yang terbaik dari Allah untuk masa depan dan kehidupan akhir saya.

Di hari pengisian prodi, perasaan ragu masih menyelimuti saya. Di keluarga saya belum pernah ada yang menjadi seorang dokter, terutama dokter lulusan UI. Lalu bagaimana kalau ternyata biayanya memang mahal? Dan banyak lagi pertanyaan yang terus saya ajukan pada diri saya untuk memastikan. Sampai akhirnya ibu saya berpesan, “Mbak, masa iya sih dari ribuan bahkan jutaan kesempatan yang ada, g ada satupun kesempatan untuk kamu? Mereka semua yang coba daftar juga sama-sama berharap dari kesempatan. Kalau masalah biaya gak usah khawatir, selama kamu niatnya tulus dan berdoa terus sama Allah, Allah mah udah ngejamin rezeki hambanya. Gak akan di ambil orang.” Dan kata-kata inilah yang hingga sekarang saya pegang dan membuat saya akhirnya semakin kuat dan yakin untuk memilih FKUI di laman SNMPTN saya. Dan dengan mengucap basmalah, hari itu saya mengeklik FKUI sebagai pilihan pertama saya dan FKM UI sebagai pilihan kedua saya. Kemudian, saya ingat betul kemanapun saya pergi bahwa semua ini dipilih hanya boleh untuk mengharapkan ridho-Nya. Sulit memang, banyak gangguannya untuk meneguhkan prinsip itu, tetapi sekali lagi, kita adalah manusia, sosok yang harus senantiasa belajar menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

Setelah malam-malam panjang yang diisi dengan doa penuh pengharapan selama menunggu kurang lebih 2 bulan, akhirnya hari pengumuman itu tiba dan bertepatan dengan jadwal saya bertemu dengan adik-adik mentoring yang luar biasa. Segala perasaan bercampur menjadi satu. Sudah tidak bisa ditentukan lagi nama perasaannya. Namun, saya harus tetap bercengkrama dengan teman-teman mentoring secara maksimal, sehingga rasa panik dan khawatir itu sedikit tersisihkan. Selesai kegiatan mentoring ternyata tepat sekali dengan dirilisnya pengumuman SNMPTN. Grup yang ramai, adik-adik yang bertanya, dan semua teman yang mengirim pesan membuat saya menjauhkan diri dari ponsel sejenak dan pergi menunaikan sholat.

Setelah sholat, saya hanya berdoa kepada Allah, memohon hasil terbaik, dimana dengan hasil itu saya banyak mendapat kemudahan dan keberkahan darinya. Kemudian, saat saya berbalik badan seorang teman menghampiri saya dan memberikan kabar yang cukup mengejutkan bahwa saya lulus SNMPTN di FKUI. Jujur, awalnya saya sangat tidak percaya. Sayapun menenangkan diri dan berdoa lagi sebelum membuka laman pengumuman SNMPTN. Saat saya buka, ternyata laman itu persis seperti yang ada dalam mimpi saya 3 tahun yang lalu dengan tambahan kata-kata “… PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS INDONESIA”. Saya tidak pernah menyangka, hal ini dapat terwujud dalam hidup saya. Senang, haru, syukur, dan takut melebur jadi satu. Kalimat yang pertama kali bisa keluar saat itu hanya, “Alhamdulillah wa inna lillah” . Mengingat bahwa apapun hasil yang keluar di laman itu merupakan amanah yang harus diemban dengan baik.

Oleh karenanya, dengan diterimanya saya di FKUI sebagai angkatan 2019 membuat saya kembali menyusun life plan dan catatan apa-apa saja yang harus saya lakukan untuk bisa memaksimalkan kesempatan di kampus perjuangan ini. Di tahun pertama ini, saya akan berusaha menyesuaikan diri untuk belajar dan berorganisasi dengan baik untuk selanjutnya bisa meraih prestasi dan membanggakan almamater. 3 tahun yang akan datang, saya akan menyelesaikan skripsi serta lulus dengan prestasi yang baik. Di 10 tahun yang akan, saya berencana untuk menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis. Dan di 20 tahun mendatang, saya berencana untuk mendirikan atau mengelola rumah sakit atau klinik edukasi dan membuka sebuah kesempatan beasiswa prestasi.

Saya berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pembelajar yang sukses, membanggakan keluarga, dan suatu hari nanti bisa menjadi dokter yang amanah dan menjangkau segala lapisan masyarakat. Teruntuk kalian yang menjadi sejawat saya, selamat dan semangat! Jalan kita masih panjang, semoga kita bisa menjadi keluarga terbaik dan terkompak, serta mengharumkan nama baik FKUI di manapun kita berada. Dan untuk siapapun di luar sana, ingatlah untuk selalu meluruskan niatmu hanya dan hanya untuk Allah, bukan yang lain. Percayalah, ketika kamu hanya mengharapkan ridho-Nya, berbagai kemudahan akan menghampirimu sebab Allah adalah dzat Maha Pemurah yang akan senantiasa mengabulkan doa-doamu dan menghiasi jalanmu.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page