top of page
Search

NARASI PERJUANGAN--RAISA AMANY

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Assalamualaikum wr. wb.

Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Raisa Amany, saya lahir di Jakarta tanggal 15 Oktober 2000, saya alumni dari SDS Jakarta Islamic School, SMPIT Al-Kahfi, dan SMAN 4 Bekasi. Alhamdullillah, sekarang saya berhasil menjadi mahasiswi universitas terbaik di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia, dan lebih tepatnya di Fakultas Kedokteran.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah tempat terbaik untuk mendapatkan ilmu tentang kedokteran di Indonesia. Banyak sekali alumni dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menjadi orang-orang hebat di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta kita. Salah satunya adalah menteri kesehatan saat ini, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M(K) atau seorang pergerakan kemerdekaan Indonesia, dr. Tjipto Mangoenkoeomo, dan masih banyak lagi tokoh lainnya yang tidak kalah membanggakan.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga sangat dikagumi oleh masyarakat Indonesia, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang bermimpi untuk dapat melanjutkan pendidikan di sini. Oleh karena itu, menjadi salah satu bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya, sesuatu yang akan selalu saya syukuri dalam hidup saya.

Menjadi dokter adalah cita-cita saya sejak kecil. Kebanyakan anak kecil memiliki cita-cita yang berubah-ubah, tetapi saya selalu menginginkan untuk menjadi seorang dokter yang hebat.

Motivasi terbesar saya untuk menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia adalah ibu saya. Ibu saya yang juga seorang dokter adalah role model bagi saya. Beliau menunjukkan bagaimana hebatnya menjadi seorang dokter dan itulah yang membuat saya selalu mengagumi dan juga berkeinginan untuk menjadi dokter seperti beliau.

Saya sangat dekat dengan ibu saya, itulah yang menyebabkan kami banyak bercengkrama. Beliau banyak menceritakan pengalamannya sebagai seorang dokter, bagaimana rasanya membantu seorang pasien untuk sembuh, tidak hanya pasien yang memiliki kondisi keuangan yang baik, tetapi juga pasien dengan kondisi keuangan kurang, bagaimana rasanya dapat menjadi sebuah bagian dalam acara sosial, dan betapa senangnya melihat pasien beserta keluarga mereka tersenyum setelah seorang dokter berhasil membantu.

Ibu saya yang juga seorang alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga banyak menceritakan pengalamannya saat menjadi mahasiswi dari universitas terbaik di indonesia. Pengalamannya saat berada bersama anak-anak terbaik dan terpilih se-Indonesia yang saat itu masih menjadi seorang calon dokter. Bagaimana perjuangan beliau dan teman-temannya untuk mendapatkan gelar dokter dan masih banyak lagi. Setiap kami sedang pergi dan melewati Universitas Indonesia yang berada di daerah Salemba, Jakarta Pusat, beliau selalu berkata, “Nanti, kamu akan berkuliah disana.”

Oleh karena itu, Universitas Indonesia adalah tujuan saya untuk mempelajari tentang ilmu kesehatan dan kedokteran. Cita-cita saya berubah, bukan hanya menjadi seorang dokter, melainkan juga menjadi dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada tahun 2017, saya berada pada kelas dua belas sekolah menengah atas. Saya dan semua teman-teman saya sudah mulai mengikuti bibingan belajar sejak awal untuk mempersiapkan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN pada tahun 2018. Kami sudah mulai memberikan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan SBMPTN.

Saat itu, bila ditanya, “Kamu nanti mau pilih apa?” saya tidak ragu untuk menjawab bahwa saya ingin memilih melanjutkan pendidikan ke FKUI karena itu memang cita-cita saya sejak dulu. Tidak sedikit orang-orang yang meragukan pilihan saya karena, selain sulit, dari sekolah saya belum ada yang berhasil lolos ke FKUI. Namun, tidak sedikit juga teman-teman saya yang mendukung saya.

Sampai lah pada saat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN atau biasa disebut jalur undangan pada tahun 2018, saya yang saat itu ikut menjadi peserta SNMPTN juga mendaftarkan FKUI di pilihan pertama, walaupun saya tahu memang tidak akan lolos karena memang nilai saya tidak sebagus itu. Banyak yang menyayangkan pilihan saya, katanya seperti membuang satu kesempatan yang banyak orang inginkan. Namun, ibu saya berkata, “Kejar saja FKUI kalau memang itu yang kamu mau, jangan dengarkan kata orang lain.”

Dan tentu saja, saat pengumuman saya tidak diterima. Namun, saat itu saya masih berpikir positif karena masih bisa lolos di SBMPTN 2018. Sayangnya, saya terlalu banyak bermain dan kurang berdoa, saya seperti lupa tujuan dan terlalu menikmati akhir masa SMA.

Pada tanggal 3 Juli 2018, pengumuman SBMPTN 2018, saya ditolak.

Sedih? Jelas. Kecewa? Sangat. Dan yang paling terasa adalah penyesalan.

Saya langsung menyalahkan diri sendiri, betapa sombongnya saya karena belajar kurang keras, berdoa kurang banyak, dan kurang sekali meminta bantuan kepada yang Maha Kuasa.

Melihat teman-teman saya yang sudah diterima di perguruan tinggi negeri membuat saya iri, sangat iri. Banyak teman saya yang diterima di perguruan tinggi impian masing-masing. Banyak juga yang diterima di tempat yang bukan keinginan mereka, namun tetap mereka ambil, hal ini yang membuat saya goyah.

Haruskah saya menyerah tentang FKUI?

Sepertinya, FKUI memang terlalu tinggi.

Sepertinya, FKUI memang bukan kemampuan saya.

Sepertinya, FKUI memang hanya angan-angan.

Namun, ibu saya yang mengetahui seberapa inginnya saya berkuliah di tampat terbaik ini memberikan semangat. Masih ada tahun depan, menunda satu tahun tidak masalah asalkan kita bisa menggapai impian kita. Masih ada kesempatan untuk berjuang. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia masih bisa saya raih.

Tanpa pertimbangan lagi,

Akhirnya, saya memutuskan untuk berjuang lagi, berdoa lagi, dan berusaha lebih keras lagi. Saya memutuskan untuk gap year.

Saya mulai dari mengevaluasi diri saya. Apa kesalahan saya selama satu tahun ke belakang. Apa yang harus saya lakukan satu tahun ke depan agar tidak menyesal untuk kedua kalinya.

Saya mendaftar lagi di bimbingan belajar di daerah kalimalang. Saya menemukan banyak teman seperjuangan yang juga memutuskan untuk berjuang lagi dan mengambil kesempatan kedua. Kami belajar bersama dengan suasana kelas yang lebih kondusif karena kami memang pernah gagal dan tidak berniat gagal untuk kedua kalinya. Mengerjakan tugas-tugas dari bimbingan belajar lebih sungguh-sungguh. Memanfaaatkan waktu yang ada dengan lebih baik.

Tidak hanya belajar di bimbingan belajar, tetapi juga belajar di rumah dengan waktu yang lebih lama. Saya begadang sampai dini hari untuk belajar, bahkan sampai terkena insomnia dan tidak bisa tidur sampai pagi karena terlalu gelisah. Berusaha untuk selalu fokus saat belajar.

Saya juga meningkatkan ibadah saya, menyadari bahwa kita bukanlah apa-apa tanpa bantuan Allah SWT. Berdoa dengan lebih giat, benar-benar meminta pada Allah untuk dibantu dalam perjalanan untuk mengejar cita-cita. Memperbanyak salat sunnah dan juga puasa. Berusaha yang terbaik agar selalu dekat dengan yang Maha Pengasih.

Perjuangan saya di awal memang terasa lancar, nilai try out saya baik, dan semangat belajar saya sangat tinggi. Namun, di awal tahun 2019, saya mengalami demotivasi. Betapa jenuhnya saya belajar, lelah, dan sangat ingin menyerah. Nilai saya turun, namun tidak berusaha lebih giat lagi untuk belajar seperti sebelumnya. Saya menyesal dan gelisah, tetapi tidak bisa memaksakan diri untuk belajar.

Tiba lah masa Super Intensif di bimbingan belajar. Jadwal yang lebih padat, waktu yang lebih panjang, dan semakin rajinnya orang-orang di sekeliling saya membuat saya mendapatkan kembali semangat yang ada sebelumnya. Saya mulai kembali belajar dengan rutin dan lebih aktif untuk diskusi dengan guru-guru.

Pada tanggal 13 April 2019, saya mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer atau UTBK untuk pertama kalinya. Soalnya memang tidak sesulit soal SBMPTN pada tahun 2018, namun tetap saja saya masih merasa bahwa saya tidak maksimal mengerjakannya. Pada saat hasilnya keluar, saya makin berkecil hati, nilai saya tidak sebesar yang saya harapkan. Teman saya yang tidak ingin mengambil FKUI saja nilainya lebih besar, bagaimana mungkin saya yang nilainya lebih kecil daripada dia mengambil FKUI?

Oleh karena itu, saya semakin giat dalam belajar, semakin lama dalam begadang, dan semakin bersungguh-sungguh dalam berdoa. Waktu pun berlalu, UTBK kedua sudah di depan mata. Setiap harinya yang saya rasakan adalah kegelisahan bukan main, tidur pun tidak nyenyak, takut akan gagalnya lagi saya pada kesempatan kedua ini.

Pada saat nilai saya keluar, tidak berubah jauh dari yang pertama. Kecewa sekali rasanya. Mengingan FKUI hanya menerima 72 orang lewat jalur SBMPTN tahun 2019. Saya mulai berpikir, haruskah saya benar-benar merelakan FKUI? Padahal, sudah fokus belajar untuk ini selama setahun penuh, tetapi hasilnya tetap saja tidak memuaskan.

Pada saat akan mendaftar SBMPTN, saya mengikuti konsultasi pemilihan jurusan terlebih dahulu. Posisi saya tidak terlalu aman untuk mengambil FKUI jika diurutkan dengan nilai anak-anak lain yang berada dalam bimbingan belajar yang sama. Saya lebih disarankan untuk mengambil fakultas kedokteran yang berada di daerah Bandung.

Awalnya saya ingin menyerah saja, memilih jalan aman agar bisa kuliah tahun ini. Namun, mengingat perjuangan setahun ke belakang, sayang sekali jika rasanya tidak mencoba untuk mengikuti seleksi.

Akhirnya, saya tetap menaruh FKUI di pilihan pertama. Walaupun nilai saya tidak sebagus itu, saya berharap masih dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang saya impikan sejak dulu. Saya berdoa setiap hari, atau bahkan setiap saat kepada Allah SWT. Meminta kepada sang Maha Kuasa agar diberi kesempatan berkuliah di tempat impian ini.

Waktu seakan lama sekali berlalu saat menunggu pengumuman SBMPTN. Yang bisa saya lakukan hanyalah berdoa, semoga diberikan hasil yang terbaik. Ingin rasanya mempersiapkan diri untuk ujian mandiri, namun terasa sulit karena memang sudah jenuh sejak awal.

Dan pada saat hari pengumuman SBMPTN 2019, tanggal 9 Juli 2019, hari yang tak akan pernah saya lupakan dalam kehidupan saya. Pengumuman bisa kita ketahui pada jam 15:00 Waktu Indonesia Barat. Saya sangat takut tidak diterima. Banyak sekali artikel tentang skor-skor UTBK atau passing grade dari universitas-universitas ternama pada pagi hari sebelum pengumuman. Megetahui bahwa yang mendaftar FKUI sangat banyak membuat saya makin berkecil hati, saat itu saya sudah berusaha untuk mengikhlaskan cita-cita saya.

Saat waktu sudah semakin mendekati pukul 15:00, saya memutuskan untuk menonton bioskop sendiri karena sangat takut melihat pengumuman. Setidaknya, jika nanti hasilnya kurang baik, saya memiliki pengalih perhatian dan menangis pun tidak akan ada yang tahu.

Pukul 15:00, tangan saya gemetar hebat, penasaran untuk mengetahiui pengumuman, namun takut melihat hasilnya. Setelah menguatkan diri dan berdoa untuk terakhir kali, saya memutuskan untuk membukanya. Mengingat kejadian tahun lalu, bahwa web pengumuman akan susah diakses membuat saya sedikit lebih tenang karena seperti ada waktu tambahan untuk mempersiapkan diri. Namun, hari itu berbeda, setelah saya memasukkan nomor peserta dan tanggal ulang tahun, tanpa menunggu sedikit pun, pengumuman langsung terlihat.

Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN LTMPT 2019 di PTN : UNIVERSITAS INDONESIA Program Studi: PENDIDIKAN DOKTER

Saya menangis saat itu juga, tangan saya semakin bergetar, tidak percaya dengan hasil yang saya lihat. Me-refresh ulang web yang saya buka karena takut yang saya lihat hanyalah salah ketik atau ternyata milik orang lain.

Setelah yakin dan sudah sedikit tenang saya mulai mengabari keluarga saya, ibu saya menangis dan mengucapkan kata selamat dengan senang. Bahkan, nenek dan tante saya pun langsung menelepon dan mengucapkan selamat dengan haru.

Sampai saat ini, saya masih merasa bahwa diterima di tempat impian saya adalah mimpi. Dan saat bertemu dengan teman-teman yang lain, saya benar-benar menyadari bahwa disini, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hanya anak-anak terbaik bangsa yang terpilih dan berhasil lolos.

Harapan saya kedepannya, semoga saya dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan selalu semangat. Mengingat betapa banyak orang yang menginginkan berada di posisi saya, membuat saya harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak mengecewakan. Mengingat bahwa hanya anak-anak terbaik bangsa yang diterima di FKUI, semoga saya dapat selalu mengimbangi yang lain.

Semoga saya beserta teman-teman FKUI 2019 dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dan lulus secara bersama-sama sampai akhir tanpa kendala yang tidak dapat diatasi.

Semoga saya bisa selalu membanggakan orang tua saya dan orang-orang di sekitar saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya hingga saya berhasil pada titik ini.

Rencana saya ke depannya adalah untuk lulus dengan cepat. Saya yakin lulus dengan cepat bukanlah hal yang mudah, namun, berdasarkan pengalaman, saya yakin jika saya berusaha dengan lebih giat dan berdoa dengan sungguh-sungguh tidak ada yang tidak bisa dilakukan.

Setelah berhasil mendappatkan gelar dokter yang selalu saya impikan, saya ingin melanjutkan pendidikan dengan mengambil spesialis Ob-Gyn, obstetrician-Gynecologist. Saya selalu merasa senang setiap mendapatkan kabar sebuah kehamilan atau kelahiran orang-orang terdekat mau pun orang yang tidak saya kenali. Hal itu membuat saya berpikir, kalau saya saja merasakan kebahagiaan apalagi seorang ibu yang berhasil melahirkan buah hatinya, apalagi seorang ayah yang baru saja melihat malaikat kecil hadir dalam hidupnya.

Membayangkan dapat membantu orang lain meraih sebuah kebahagiaan membuat saya semakin ingin menjadi dokter yang hebat dan dapat memberikan yang terbaik kepada masyarakat Indonesia di masa depan.

Untuk yang ingin menjadi mahasiswi FKUI, baik yang sudah mencoba mau pun yang baru ingin mencoba. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dengan Allah berada di sisi kita, tidak ada yang tidak bisa tercapai.

Berdoa dengan sungguh-sungguh dan ikhlas kepada yang Maha Kuasa adalah poin penting dari kehidupan kita. Tanpa ridho dari Allah, kita tidak akan berhasil. Tanpa Allah di sisi kita, kita bukan apa-apa.

Dari pengalaman yang saya rasakan, berdoa jauh lebih penting daripada belajar. Namun, jika kita hanya berdoa, itu juga tidak akan berhasil. Belajar dengan sungguh-sungguh dan jangan lupa untuk berdoa.

Apa pun yang terjadi hari ini, ingatlah bahwa kegagalan adalah tanda bahwa kita sedang berusaha untuk memperoleh hasil. Jangan berhenti dan jangan menyerah.

--Nor Azila

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page