Narasi Perjuangan — Ranita Astikya Carolina
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Halo! Nama saya Ranita Astikya Carolina. Saya biasa dipanggil Ranita. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2001. Saya berasal dari SMA Negeri 70 Jakarta. Saya sebenarnya bukan berasal dari Jakarta. Saya tinggal di Pamulang, sebuah kecamatan kecil di pinggiran Tangerang Selatan dan pinggiran Jakarta Selatan. Saya yang bukan apa-apa memberanikan diri untuk bersekolah di Jakarta. Hal ini saya lakukan demi mimpi saya untuk masuk ke fakultas kedokteran. Jika diingat-ingat kembali, saya sangat nekat karena saya bahkan tidak tahu apa-apa tentang seluk-beluk di Jakarta. Tetapi puji Tuhan saya bisa melalui semua hal tersebut selama 3 tahun ini dan sekarang saya menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2019.
Siapa sih yang tidak tahu Universitas Indonesia? Satu-satunya universitas yang menggunakan nama Indonesia sebagai nama universitasnya. Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia merupakan salah satu fakultas kedokteran yang terbaik di Indonesia. Sebagai salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesiamelahirkan banyak sekali individu yang berprestasi baik di kancah nasional maupun internasional. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia senantiasa melahirkan dokter-dokter ahli yang kompeten dalam bidangnya. Bagi saya, berkuliah di fakultas kedokteran di salah satu universitas terbaik di Indonesia merupakan sebuah mimpi. Saya selalu memandang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai puncak dari piramida saya, terlalu tinggi dan sulit digapai. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu dari yang terbaik yang ada di Indonesia. Karena itulah, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi impian bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Saya selalu ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sejak kecil, jika orang-orang bertanya, “Apa cita-citamu?” Saya selalu menjawab bahwa saya ingin menjadi dokter. Saya selalu membayangkan diri saya memakai jas putih pada suatu saat nanti. Saya selalu melihat dokter sebagai suatu pekerjaan yang mulia. Memang, menjadi dokter bukanlah hal yang mudah. Tugas dokter pun tentu tidaklah mudah. Sebenarnya, berkali-kali saya ragu akan pilihan saya itu. Sanggupkah saya untuk terus belajar dalam waktu yang lebih lama dibanding yang lain? Sanggupkah saya untuk menjadi dokter yang bisa melayani masyarakat dengan sepenuh hati? Tapi saya selalu melihat ke belakang, melihat tujuan awal saya untuk menjadi dokter. Saya selalu ingin berkontribusi dalam masyarakat. Dan dengan menjadi dokter, saya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, yaitu tentunya dalam bidang pelayanan kesehatan. Saya sadar bahwa masih banyak masyarakat yang belum terpenuhi hak atas kesehatan dirinya sendiri. Di pelosok sana, masih banyak masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, tetapi apa daya, peralatan medis yang belum memadahi serta kurangnya tenaga medis membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bahkan harus pergi ke kota-kota besar hanya untuk mendapatkan penanganan secara medis terhadap penyakit yang mereka derita. Maka dari itu, saya membangkitkan niat saya untuk bangkit dan melanjutkan mimpi saya untuk menjadi dokter. Saya pun terus memotivasi diri saya untuk terus berusaha mengingat perjuangan untuk menjadi dokter tidaklah mudah dan singkat. Motivasi pun datang dari orang tua, saudara, teman, bahkan guru di sekolah. Orang-orang di sekitar saya sangatlah suportif dan saya sangat bersyukur mereka selalu memotivasi dan menemani saya di saat-saat yang sulit sekalipun. Mereka tidak pernah memaksa saya untuk menjadi dokter, tetapi selalu menghargai keputusan saya dan menyemangati saya dalam melakukan segalanya.
Perjuangan saya memang panjang. Saya mengejar masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN, jadi saya telah berusaha sekeras mungkin sejak kelas 10. Saya selalu mempertahankan nilai saya agar stabil, bahkan agar nilai saya semakin meningkat di tiap semesternya. Tentu itu tidak mudah. Rumah saya di Pamulang, jadi saya harus pulang-pergi Jakarta—Pamulang setiap harinya. Apalagi saat itu ada pembangunan MRT yang membuat jalanan sangatlah padat. Saya bisa saja pulang ke rumah dalam waktu satu setengah jam. Tubuh yang letih serta kotor dan bau menjadi apa yang setiap hari saya rasakan. Walaupun begitu, saya akan tetap mengerjakan pekerjaan rumah atau belajar jika keesokan harinya ada ujian. Saya belajar hingga larut malam. Jika saya merasa belajar saya belum cukup, saya melanjutkan belajar saya di kala orang-orang masih tertidur lelap. Saya belajar saat subuh yaitu pada pukul 02.00 saat suasana tenang agar saya bisa lebih berkonsentrasi. Dan pada pukul 05.00 saya bersiap berangkat ke sekolah. 3 tahun lamanya saya melakukan rutinitas seperti demikian. Lelah? Tentu saja. Tapi bagi saya ini adalah perjuangan yang harus saya tempuh untuk mendapatkan yang saya inginkan. Sebagai hasilnya, nilai saya pun meningkat.
Sebenarnya di tengah perjalanan, saya sempat ragu akankeputusan saya. Saya menjadi tidak yakin apakah saya mampu untuk belajar lebih giat lagi saat kuliah. Saya juga ragu untuk menjadi dokter karena diperlukan waktu yang tidak singkat untuk mendapatkan gelar tersebut. Di saat orang lain sudah bekerja, saya masih harus berkutik dengan masa-masa koas dan internship. Apakah saya mengambil jurusan lain saja? Pikiran-pikiran tersebut kian menghantui diri saya. Tetapi saya selalu ingat akan mimpi awal saya, mimpi yang sudah saya kejar sejak kecil, dan perjuangan yang telah saya lakukan sampai detik ini. Saya tidak mau perjuangan saya menjadi sia-sia. Saya juga tidak mau mengecewakan orang tua saya karena orang tua saya sudah memiliki ekspektasi terhadap saya sebagai anak pertama dalam keluarga. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tetap akanmengambil kuliah kedokteran.
Dalam mengejar mimpi saya itu, saya tidak hanya mengejar nilai di sekolah, tetapi juga mempersiapkan diri untuk mengikut SBMPTN dan SIMAK. Pada tahun ketiga saya di SMA, sayamengambil kursus di salah satu bimbingan belajar yang ada di Fatmawati. Ini membuat saya sangatlah lelah. Saya diharuskan untuk pulang malam hampir setiap harinya. Belum lagi tugas yang menumpuk, yaitu tugas bimbingan belajar dan tugas sekolah. Saya harus membagi waktu saya untuk belajarpelajaran sekolah agar nilai saya di sekolah tidak menurun. Hal itu dikarenakan di satu sisi saya mengejar SNMPTN namun di sisi lain saya ingin tetap berjaga-jaga akan kemungkinan terburuk jika saya tidak diterima lewat jalur SNMPTN. Saya tetap harus mempersiapkan diri saya untuk mengikuti SBMPTN bahkan SIMAK UI sehingga saya rasa perlu untuk tetap mengambil kursus tersebut.
Sebenarnya, banyak orang yang mengingatkan bahwa jangan terlalu berharap diterima melalui jalur SNMPTN. Setiap harinya saya mengingatkan diri saya sendiri untuk tidak berharap lebih. Tetapi tetap di dalam hati saya yang paling dalam, saya berharap untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN. Pada hari-hari menjelang pengumuman, saya berusaha untuk tidak memikirkan hal tersebut. Tetapi saat h-1 pengumuman, saya sangatlah takut dan deg-degan.
Pengumuman SNMPTN dijadwalkan pada 22 Maret 2019 pada pukul 13.00. Tapi, ada kabar bahwa teman saya sudah bisa membuka pengumumannya sejak pukul 05.00. Lantas sayasegera membuka website LTMPT karena penasaran. Ternyata, bisa dibuka! Saat itu saya sedang di mobil dan segeralah sekujur tubuh saya kaku. Saya sangatlah deg-degan. Saya tidak percaya apa yang saya lihat. Kotak berwarna hijau dengan tulisan “Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2019 pada Universitas Indonesia program studi pendidikan dokter.” Apa ini benar? Saya sebenarnya masih tidak yakin karena pada saat itu baru pukul 05.00. Saya memberitahukan kepada keluarga sayatetapi mereka bilang untuk jangan besar harapan dahulu dan tunggu sampai pukul 13.00. Saya memutuskan untuk menunggu,tetapi di dalam diri saya berharap agar itu semua adalah benar adanya. Saya menunggu dan terus menunggu hingga pukul 13.00. Pada saat itu beberapa orang bilang bahwa itu sudah fix. Sudah banyak orang juga yang mengetahui kabar bahwa saya diterima di FKUI dan mereka memberi selamat kepada saya.Tetapi, saya tetap menunggu supaya lebih pasti. Kemudian pada pukul 13.00 saya membuka pengumuman melalui website Universitas Indonesia. Ternyata tulisannya sama yaitu “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia.” Saya sangat senang. Saya segera memberitahukan kepada orang tua dan adik saya lewat telepon karena saat itu saya sedang pergi. Saya juga mengabarkannya kepada kakek, nenek, serta om saya. Sesampainya di rumah, saya bertemu dengan ayah saya. Ayah saya sangat senang dan baru pertama kali saya melihat ayah saya menangis karena saking bahagianya. Saya merasa sangat senang bisa membanggakan diri saya serta keluarga saya. Pada saat itu, segala rasa letih dan lelah yang saya rasakan selama hampir tiga tahun terbayar sudah.
Saya berharap perjuangan saya tidak selesai hanya karena saya berhasil masuk FKUI, tetapi juga nanti sampai saya lulus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan sudah menyandang gelar dr. pada nama depan saya. Saya juga berharap supaya saya bisa tetap melakukan yang terbaik dan lulus tepat pada waktunya. Saya bisa tetap rendah hati dan mengingat tujuan saya untuk menjadi dokter bukan hanya untuk kesombongan semata, tetapi untuk melayani masyarakat. Untuk orang tua saya, saya berharap mereka bisa duduk di depan saat wisuda saya dan biarlah mereka tetap bangga atas segala pencapaian saya. Saya tidak mau membuat mereka malu ataupun kecewa terhadap saya. Saya ingin tetap memberikan yang terbaik bagi orang tua saya. Untuk adik saya, semoga dia juga bisa seperti saya yaitu bisa masuk ke universitas yang dia inginkan. Untuk masyarakat, semoga saya bisa menjadi dokter yang berkontribusi dalam masyarakat dalam bidang kesehatan. Semoga saya bisa mengerahkan jasa saya untuk masyarakat di pedalaman sana sebagai bentuk pemerataan dalam bidang kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, semoga kita bisa masuk pada saat yang sama dan juga lulus bersama-sama, tidak ada yang tertinggal. Semoga kita bisa saling kenal dan menjadi dekat sebagai satu keluarga di Universitas Indonesia ini. Dan semoga kita bisa melewati masa-masa sulit untuk lulussarjana, koas, hingga internship. Semoga kita bisa saling mendukung satu sama lain, bukan malah menjatuhkan.
Semoga 1 tahun ke depan saya bisa melewati tahun-tahun pertama kuliah saya dengan baik serta bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan berbeda dengan sebelumya. Saya bisa semakin mandiri dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dibanding sebelumnya. Semoga saya juga bisa mendapatkan IPK yang baik. Untuk 3 tahun ke depan, semoga saya bisa mempertahankan IPK saya dan tidak jenuh dalam belajar untuk menjadi dokter. Semoga saya bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi dalam bidang akademik maupun nonakademik. Untuk 5 tahun ke depan, semoga saya sudah menjalani koas saya dan bisa menghadapi tugas-tugas saya dengan baik dan benar sebagai persiapan saya untuk menjadi dokter yang baik. Untuk 7 tahun ke depan, semoga saya sudah selesai menjalani internship dan sudah mendapat gelar sebagai dokter. Semoga saya bisa menjalani tahun-tahun pertama sebagai dokter. Dan untuk 10 tahun ke depan, semoga saya sudah menjadi dokter yang baik. Saya sudah lulus sarjana, koas, dan internship bahkan sudah bekerja sebagai dokter di rumah sakit. Semoga dalam pekerjaan saya itu, saya tidak akan menyesali keputusan saya menjadi dokter. Semoga saya juga bisa berkontribusi bagi masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan tanpa pamrih. Untuk 20 tahun ke depan, semoga saya sudah menjadi dokter spesialis jantung.
Pesan saya bagi teman-teman yang juga mengejar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah pikirkanlah dahulu matang-matang keputusan untuk menjadi dokter. Menjadi dokter butuh perjalanan yang panjang. Setelah mendapat gelar sarjana, harus melewati masa-masa koas serta internship. Kita harus menguatkan tekad agar tidak berhenti di tengah jalan. Lalu, persaingan untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sangatlah berat. Dibutuhkan pembagian waktu yang baik. Kita harus bisa membagi waktu kapan untuk istirahat dan kapan untuk belajar. Selain itu, kita juga butuh perencanaan yang matang. Kita butuh plan b. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Walaupun nilai rapor sudahlah stabil bahkan meningkat, kemungkinan untuk tidak diterima melalui jalur SNMPTN masihlah ada. Kita tidak boleh sombong dan terlalu yakin kita bisa diterima lewat jalur SNMPTN. Karena seperti yang dahulu dikatakan oleh guru saya, masuk lewat jalur SNMPTN merupakan bonus sehingga jangan berharap terlalu tinggi. Oleh karena itu, di samping belajar untuk nilai rapo, kita juga harus belajar demi mempersiapkan ujian-ujian untuk masuk ke fakultas yang diinginkan. Dalam hal ini, fakultas yang saya inginkan adalah fakultas kedokteran.
Dalam perjalanan pun, janganlah patah semangat. Akan ada saat-saat di mana kita mempertanyakan keputusan kita. Ada saat-saat di mana kita ragu kita bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ingatlah, akan ada banyak jalan untuk meraih impian kita. Jadi, janganlah menyerah. Kita harus tetap berusaha semaksimal mungkin, jangan bermalas-malasan. Selain itu, janganlah kita berjuang seorang diri, berjuanglah bersama-sama dengan teman kita. Jangan menjadi egois dan menganggap semua orang sebagai musuh. Dan ingatbahwa Tuhan akan selalu menyertai kita sesulit apa pun perjuangan kita. Teruslah bersandar kepada Tuhan. Tuhan akanselalu memberikan yang terbaik bagi kita. Dalam melakukan sesuatu, janganlah mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi juga tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap usaha yang kita lakukan.
“Karena sesungguhkan kesuksesan bukanlah sebuah kebetulan, dibutuhkan usaha untuk mencapainya.”
Comments