top of page
Search

Narasi Perjuangan--Rayhan Emirzaqi

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 19, 2019
  • 8 min read

Sebelum saya menceritakan tentang kisah perjuangan saya untuk masuk Fakultas Kedokteran Univerista Indonesia, saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Perkenalkan, nama saya Rayhan Emirzaqi. Saya lahir di Jakarta, pada tanggal 22 Januari 2002. Saya berasal dari SMA Negeri 8 Jakarta. Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Universitas Indonesia adalah salah satu universitas tertua dan terbaik di Indonesia. UI telah melahirkan banyak lulusan yang hebat yang memberi kontribusi bagi negara Indonesia. Fakultas Kedokteran UI juga merupakan salah satu fakultas favorit di Indonesia. Sangat banyak orang yang menginginkan untuk menjadi bagian dari FKUI. Persaingannya pun sangat ketat sehingga dibutuhkan tekad dan semangat yang luar biasa untuk mencapainya.

Keinginan saya untuk menjadi dokter telah tumbuh sejak saya kecil. Semakin saya tumbuh semakin tumbuh pula keinginan tersebut. Senang rasanya melihat dokter yang dapat membantu orang. Menjadi seorang dokter tidaklah sekedar mengenakan pakaian putih dan memegang stetoskop. Lebih dari itu. Menjadi seorang dokter merupakan sebuah tantangan besar, mulai dari menjalani kuliah di fakultas kedokteran yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajari struktur tubuh manusia, fungsi-fungsi organ yang ada dalam tubuh manusia, penyebab suatu penyakit, bagaimana penyakit tersebut bias terjadi, bagian tubuh mana yang terkena penyakit, bagian tubuh mana yang ikut terpengaruh oleh penyakit tersebut, apa gejala gejala yang muncul terkait penyakit tersebut, bagaimana gejala gejala tersebut dapat muncul pemeriksaan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara memeriksanya, treatment apa yang harus diberikan, bagaimana cara pemberia treatment tersebut serta berapa dosis yang tepat. Setelah selesai menjalan masa kuliah dan co-assistant, seorang dokter diharapkan telah mampu dan siap untuk memberikan pelayan kesehatan terbaik. Ketika menjadi seorang dokter, diperlukan semangat dan energi yang luar biasa, karena ketika memeriksa dan memberikan treatment kepada pasien, dokter harus mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari kondisi pasien, status ekonomi, status sosial pasien, bahkan hingga menyampaikan sebuah kondisi yang kurang menyenangkan kepada pasien. Dokter harus melakukan hal-hal tersebut tidak hanya kepada satu orang pasien tetapi juga kepada seluruh pasien tanpa membeda-bedakan pasien berdasarkan unsur SARA. Selain itu, dokter juga harus melakukan visit dan observasi yang kontinu terhadap beberapa pasien. Kurang tidur dan kurang makan mungkin telah menjadi sebuah kebiasaan buruk yang mereka lakukan demi kesehatan pasiennya. Namun, seluruh rasa letih , lapar, dan tetes tetes keringat akan sirna, saat mengetahui pasien yang ditanganinya kembali sehat. Hal-hal tersebut telah dialami oleh ibu saya yang merupakan seorang dokter, yang juga merupakan alumni FKUI. Ibu saya menceritakan perjalanan hidupnya tersebut kepada saya, ketika kami sekeluarga sedang berkumpul dan bercengkrama. Saya sangat kagum dan terpesona dengan kisah-kisah nya. Kisah kisah nya pun semakin menyulut semangat saya untuk bergabung menjadi bagian dari FKUI.

Impian impian tidak akan terwujud jika kita hanya memikirkannya dalam angan-angan. Harus ada aksi nyata untuk mewujudkannya. Sejak SD hingga SMA saya rajin belajar, namun yang paling berkesan menurut saya adalah perjuangan saya di bangku SMA. Seperti yang telah saya sebutkan, saya bersekolah di SMA Negeri 8 Jakarta, yang merupakan salah satu SMA favorit di Jakarta. Di SMA, saya mengetahui bahwa untuk masuk kuliah bisa melalui jalur tanpa tes yakni SNMPTN. SNMPTN menggunakan nilai nilai rapot dari semester 1 hingga semester 5 untuk seleksi. Oleh karena itu, saya harus rajin belajar agar mendapat nilai bagus. Saya mengikuti les, setiap selasa dan kamis, dari pukul 16.30 hingga pukul 20.30. Bahkan di kelas 12, jadwal les pun semakin padat, ditambah lagi saya mengikuti les private, untuk meningkatkan nilai saya. Memang, terkadang saya memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Nilai saya dan semangat saya pun naik turun. Namun, impian saya selalu menjadi pendorong saya untuk bangkit kembali. Sebelum seleksi SNMPTN dimulai, saya sempat berkonsultasi dengan guru guru saya terutama guru guru BK, memang peluang saya untuk lolos seleksi SNMPTN di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sangat kecil, karena masih banyak teman teman saya yang nilainya jauh lebih tinggi daripada saya. Teman teman saya yang mendaftar juga merupakan para peraih medali olimpiade. Namun saya tetap mencobanya, dan mendaftar, karena saya berprinsip apabila saya lolos seleksi SNMPTN maka itu merupakan anugerah yang luar biasa dari Tuhan Yang Maha Esa, apabila ternyata tidak berarti hal tersebut memang bukan rezeki saya, dan saya harus mempersiapkan untuk ujian ujian tulis lainnya, SBMPTN, SIMAK KKI UI. Hari demi hari, saya menunggu hari pengumuman SNMPTN sembari menyiapkan diri untuk ujian tulis, doa doa pun tak luput saya dan keluarga panjatkan kepada Allah SWT. Hari pengumuman yang dinanti pun telah tiba. Jantung pun semakin berdebar2 debar. Saya berkali kali mencoba membuka hasil pengumumuan tersebut melalui website. Karena masalah server, saya masih belum bisa melihat hasilnya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menunggu sekitar 30 menit, dan membukanya kembali. Dan ternyata, tercantum kata “maaf” di layar komputer saya. Rasa sedih pasti ada, rasa putus asa pun sempat melanda. Namun, saya mengingat kembali prinsip saya, bahwa masih ada ujian ujian tulis lainnya. Saya pun bangkit kembali. Saya tinggalkan rasa sedih tersebut, saya kembalikan fokus saya, saya kuatkan tekad saya, untuk menghadapi ujian ujian tulis seleksi perguruan tinggi negeri.

Meskipun kegiatan belajar mengajar di sekolah pun usai, saya tetap belajar, karena memang perjuangan belum selesai bagi saya. Pagi siang sore malam saya mengulang ulang pelajaran, mengerjakan soal soal latihan, tidak luput berdoa. Saya tetap memilih FKUI di setiap ujian tulis yang saya daftar. Ujian tulis yang saya hadapi adalah SBMPTN, segala sesuatu mengenai hal tersebut sudah dipersiapkan, baik dari ilmu ilmu yang sudah dipelajari, alat tulis, pensil 2B, pengahapus, pulpen, papan jalan, kartu peserta ujian, pakaian yang akan dikenakan, jam berapa makan malam dan makan pagi agar tidak timbul rasa ingin buang air kecil atau besar ketika ujian, makanan dan air mineral untuk bekal saat istirahat ujian, orang tua saya pun rela izin kerja untuk mengantarkan dan menemani saya ke lokasi ujian. Saya tiba di lokasi ujian, 1 jam sebelum ujian dimulai, waktu tersebut saya gunakan untuk mencari ruangan saya, pergi ke toilet, dan berdoa dan berzikir. Ujian pun dimulai, saya memasuki ruang ujian, mengeluarkan alat tulis beserta kartu peserta ujian dan memulai ujian. Saya berusaha untuk tenang dan memfokuskan konsentrasi saya hanya pada ujian. Saat ujian, sebagian soal saya kerjakan dengan percaya diri, tetapi beberapa soal saya tidak menemukan penyelesaiannya dan tetap mengisi nya secara asal. Ujian pun selesai, saya kembali ke rumah dan beristirahat sejenak terlebih dahulu. Keesokan harinya saya kembali belajar untuk menyiapkan ujian ujian tulis lainnya apabila saya tidak lolos SBMPTN. Saya menunggu pengumuman SBMPTN sembari belajar dan tidak lupa berdoa sama seperti SNMPTN. Hari pengumuman pun tiba, jantung masih berdebar debar. Server pun kembali bermasalah, saya pun menunggu lagi. Dan kali ini, terpampang ucapan selamat, namun, bukan pada FKUI. Hati saya senang, namun masih menyimpan keinginan untuk berkuliah di FKUI. Ikutlah saya ujian SIMAK KKI UI. Persiapan pun tetap sama. Ujian dilaksanakan. Selesai ujian saya hanya menunggu hasil karena saya tidak mendaftar ujian tulis mandiri lainnya. Menunggu sambil berdoa. Namun, pada akhirnya, sekali lagi "maaf" FKUI belum menerima saya. Saat itu, saya akui sempat mengalami putus asa. Rasa putus asa tersebut mencengkram saya cukup lama dan kuat. Seluruh keluarga besar saya, selalu menyemangati saya, membangkitkan motivasi saya. Setelah beberapa hari, saya sudah mulai tenang, saya dan orang tua saya berdiskusi apa yang akan saya lanjutkan ke depannya, apakah akan gap year, apa saya akan kuliah sambal belajar. Setelah berdiskusi dan memikirkan sisi positif dan negative dari setiap pilihan, kami pun sepakat dan memutuskan untuk kuliah di fakultas yang saya lolos SBMPTN, sembari menyiapkan untuk ujian lagi pada tahun berikutnya.

Kuliah pun saya jalani, pada awalnya memang masih ada berat hati, namun lama kelamaan, saya menjalaninya dengan senang hati. Memiliki banyak teman membantu saya melupakan rasa putus asa. Kegiatan kuliah ternyata jauh lebih berat dengan kegiatan SMA. Materi yang jauh lebih banyak, metode belajar yang jauh berbeda, serta kegiatan non akademik yang lebih intens. Pada awalnya, memang tekad saya akan belajar SBMPTN sambil kuliah, namun setelah dijalankan saya sangat jarang memiliki kesempatan untuk belajar SBMPTN. Di akhir semester 1 saya sempat ingin mengundurkan diri dari kuliah yang saya jalani dan memilih untuk les untuk mempersiapkan SBMPTN, karena memang saya eras bahwa kuliah sambal belajar merupakan hal yang berat dan tidak mampu saya lakukan dengan komposisi yang sama besar. Saya juga sempat berpikir bahwa impian saya untuk masuk FKUI merupakan omong kosong dan khayala belaka. Saya dan orang tua pun kembali berdiskusi dan memutuskan bahwa saya tetap kuliah sambil belajar. Orang tua saya berkata setidaknya kamu mencoba dulu, namun janganlah kau lepas apa yang sudah kau genggam. Saya memegang nasihat orang tua saya, saya jalani kuliah dengan sebaik baiknya, dan tetap mendaftar UTBK dan SBMPTN dengan pilihan FKUI. Berbeda dengan tahun sebelumnya, persiapan UTBK saya menurut saya sangat kurang. Namun saya tetap berusaha mengerjakan soal soal dengan sebaik mungkin. Sambil menunggu pengumuman, saya sedang menjalain pekan pekan ujian akhir kuliah. Hari libur kuliah pun tiba, hari pengumuman SBMPTN masih saya nantikan. Pada hari pengumuman, saya tidak setegang sebelumnya. Dan akhirnya, FKUI mau menerima saya. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah. Ucapan syukur saya dan orang tua saya ucapkan dibalut rasa syukur yang mendalam. Saya dan keluarga sangat bersyukur atas diterimanya saya berkuliah di FKUI, karena memang persiapan saya sangat kurang, namun Tuhan masih memberi jalan. Waktunya berpisah dengan teman teman kuliah saya dan kampus dan daerah kuliah saya sebelumnya yang telah memberikan banyak hal hal berharga, rasa kekeluargaan dan kebersamaan, ilmu dan pengetahuan yang saya dapatkan dari sana baik dari teman teman, senior, dosen, dan staf akademik, bagaimana rasanya hidup sendiri, hidup jauh dari orang tua, hidup mandiri, mengatur segala sesuatu sendiri, mengatur waktu, kebutuhan, uang, dan lain lain. Hal hal tersebut akan saya jadikan bekal untuk kehidupan say aske depannya. Semoga dengan berkuliah FKUI, saya dapat menjadi mahasiswa kedokteran dan dokter yang bermanfaat bagi siapapun baik bagi orang tua, saudara, kerabat, keluarga, teman teman, dan rekan rekan, serta masyarakat. Semoga FKUI'19 dapat menjadi angkatan yang berINTEGRITAS, dan peduli terhadap satu sama lain, senior, junior, dosen, teman sejawat, dan pasien, serta bangsa Indonesia.

Perjuangan saya untuk masuk FKUI memang sudah berakhir, tetapi perjuangan di FKUI hakikatnya baru dimulai. Rencana dalam 1 tahun ke depan. Saya dapat beradaptasi dengan kegiatan perkuliahan baik akademik maupun non akademik, kondisi lingkungan sekitar kampus, menjalin relasi dengan teman teman, para senior, dosen dosen, dan staff akademik, serta menemukan metode belajar yang tepat. Rencana 3 tahun ke depan, tetap mempertahakan dan meningkatkan relasi, mempertahankan IP di atas 3.7. Rencana 10 tahun ke depan, melanjutkan studi dokter spesialis jantung, karena penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian. Saya bertekad untuk menurunkan angka kematian Indonesia dan meningkatkan angka harapan hidup Indonesia. Rencana 20 tahun ke depan, saya sudah selesai menyelesaikan studi dokter spesialis, melanjutkan studi dokter subspesialis, dan bahkan melakukan riset untuk sebuah penemuan yang bermanfaat.

Saya akan menyampaikan amanat kepada teman teman yang berminat untuk berkuliah di FKUI, belajarlah sesuai dengan metode yang kalian anggap paling efektif dan efisien. Tetap jaga semangat, tekad, motivasi. Kesehatan penting untuk dijaga agar tetap bias belajar dan mengulang ulang materi. Belajar memang terlihat tidak mengonsumi banyak energy, tetapi sebenarnya membutuhkan energy yang besar. Jika kita jatuh sakit atau kurang energy maka belajar pun menjadi tidak efektif, materi materi susah masuk ke otak, sulit pahami, pikiran kurang fokus, dan juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari materi materi. Oleh karena itu, jagalah kesehatan, makan harus teratur,cukup, dan bernurtrisi, istirahat cukup, olahraga, refreshing secukupnya Last but not the least, ibadah dan doa jangan pernah ditinggalkan, karena sesungguhnya hanya atas kuasa dan kehendak-Nya lah segala sesuatu terjadi.

Kata kata mutiara dari saya adalah

"You must do the best, let God do the rest". Untuk mencapai keberhasilan, seseorang sangat diharuskan untuk melakukan yang terbaik, kerja keras terbaik, semangat terbaik, hingga ibadah terbaik. Janganlah berhenti berjuang, jangan menganggap diri sendiri tidak bisa. Jika semua sudah dilakukan maka serahkan semua urusan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhan pasti mengetahui apa yang terbaik buat kita. Jika, impian kita terwujud maka kita harus bersyukur, jangan sombong, jangan angkuh, jangan lupa kepada Tuhan, jangan tinggalkan semua ibadah dan doa doa kepada Tuhan. Namun, jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita harus menerimanya dengan lapang dada, jangan putus asa, jangan patah semangat, gagal sekali bukan berarti gagal selamanya, serta jangan kecewa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page