top of page
Search

Narasi Perjuangan -- Rendy Asmaradhana Sahara

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 8 min read

Perkenalkan namaku Rendy Asmaradhana Sahara. Biasa dipanggil Rendy. Aku berasal dari salah satu SMA Negeri terbaik di kabupaten Kediri, yaitu Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Pare, biasa dipanggil Smada Pare. Di SMA, aku merupakan salah satu pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jabatanku di OSIS adalah Sekretaris Umum. Menjadi Sekretaris Umum bukanlah hal yang mudah, banyak suka dan duka dalam menjalaninya. Aku di SMA, terutama kelas 11, adalah siswa yang lumayan sering mendapatkan dispensasi tidak mengikuti pelajaran. Maka dari itu, aku sering ketinggalan pelajaran di kelas dan sering tidak mengerjakan tugas-tugas dari guru.

Awalnya memang tidak terpikirkan untuk bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari sejak SD, SMP, bahkan SMA, aku bercita-cita untuk menjadi seorang polisi. Hal ini wajar, karena memang ayahku adalah seorang polisi. Tapi sejak aku mengikuti salah satu ekstrakulikuler di sekolah ku, KOBARDA (Korps Pengibar Bendera), aku tidak ingin menjadi polisi. Mungkin dikarenakan karena aku sudah lelah dengan kegiatan baris-berbaris dan dibentak-bentak oleh senior. Wkwk. Aku mulai menelusuri berbagai jurusan yang ada di perguruan tinggi di Indonesia. Mulai dari STAN, ITB, Universitas Indonesia, dll.

Setelah pencarian jurusan begitu lama, aku memutuskan sesuatu. Antara lain jurusan Pajak dari STAN, STEI ITB, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kenapa STAN? Karena memang menjadi lulusan STAN akan langsung menjadi PNS di Kementrian Keuangan. Dan pastinya gajinya juga gede. Siapa yang ga mau?:D. Yang kedua, STEI ITB. Aku sangat menyukai hal-hal yang berbau IT. Jadi dengan berkuliah di STEI ITB, aku dapat mengembangkan suatu hal yang aku suka. Tetapi dengan menjadi lulusan IT, aku akan bekerja di suatu perusahaan. Dan perusahaan hanya mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Yang mana, aku ingin lebih dari sekedar mencari keuntungan. Yang akhirnya aku memutuskan untuk dapat bersekolah di Fakultas Kedokteran. Kenapa harus Fakultas Kedokteran? Aku pernah membaca suatu novel mengenai perjuangan seorang dokter dalam menjalani profesinya. Aku ingat, bahwa yang disebutkan di novel mengutip salah satu hadist, yaitu bahwa orang yang menjengguk orang sakit akan dibuatkan istana di surga. Istana hanyalah untuk orang yang menjenguk, bayangkan apa yang diberikan oleh seorang dokter, Allah lebih tau.

Sejak saat itu aku berkeinginan menjadi seorang dokter. Memang dari awal aku ingin bersekolah di Universitas Indonesia. Siapa yang tidak mau di Universitas Indonesia? Gaada. Bayanganku mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah jurusan yang memiliki passing grade tertinggi dan paling sulit untuk ditembus. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia banyak melahirkan berbagai alumni-alumni yang sangat hebat. Contohnya adalah Mentri Kesehatan Indonesia. Dari sejak awal Indonesia merdeka, semua Mentri Keuangan yang diangkat di kabinet merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maka dari itu aku saat SMA memutuskan untuk bisa dan berusaha berkuliah di salah satu fakultas tertua di Indonesia yaitu Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia.

Pada saat aku mendengar sesuatu yang berhubungan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pasti aku membayangkan sesuatu yang sangat keren dan mungkin mustahil untuk meraihnya. Karena memang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki keketatan yang hampir di bawah 1 persen. Aku pun bertekad untuk dapat bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tekad saja tidaklah cukup untuk membuatku dapat bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dibutuhakan usaha, doa, dan disiplin untuk meraihnya.

Aku sadar bahwa menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukanlah hal yang mudah. Banyak usaha yang telah aku lakukan untuk dapat besekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mulai dari kelas 11 aku sudah mencari hal-hal yang berkaitan mengenai pendaftaran ke Perguruan Tinggi Negeri. Tetapi dikarenakan kelas 11 aku merupakan pengrus OSIS, aku menjadi sering meninggalkan kelas untuk mengurus acara-acara yang diselenggarakan di SMA oleh OSIS. Di kelas 11 juga aku terpilih mewakili sekolah untuk mengikuti Olimpiade Sains Kabupaten di bidang Matematika. Walaupun hasilnya mengecewakan, aku tetap senang dapat mewakili sekolah di ajang olimpiade.

Aku mulai serius untuk meraih cita-cita ketika telah diadakan reorganisasi OSIS di kelas 12. Di kelas 12 aku mulai mengikuti salah satu bimbel di daerahku, yaitu Neutron Yogyakarta. Di Neutron aku tidak sendiri. Banyak teman-temanku yang juga les di Neutron. Aku juga berlangganan salah satu bimbel online, Zenius. Aku dikenalkan zenius oleh temanku semasa SMP. Zenius banyak merubah hidupku. Dengan zenius aku dapat mengejar berbagai pelajaran tertinggal yang sempat aku tinggalkan semasa aku menjabat menjadi pengurus OSIS. Di kelas 12 ini aku mulai bersungguh-sungguh untuk mengejar cita-citaku. Mulai dari bimbel, tambahan tiap hari, belajar bareng, dll. Perjuangan untuk meraih sekolah sangat mempengaruhi kehidupanku saat ini. Mulai dari punya banyak kenalan, banyak teman, dan Sahabat. Di kelas aku juga terpilih menjadi ketua kelas. Yang mana menjadi ketua kelas membuatku mengurusi hal-hal yang menurutku tidak terlalu penting. Seperti lomba-lomba Dies Natalis, KTS, dll. Aku juga menjadi panitia Year Book. Sehingga hal ini membuatku agak repot. Tetapi hal ini bukanlah masalah. Hal ini lah yang membuatku menjadi kangen SMA. Dan membuat masa-masa SMA menjadi berarti. Karena dengan mengikuti hal-hal seperti itu, aku mendapatkan banyak teman dan banyak waktu untuk bersenang-senang.

Aku sadar bahwa SMA adalah masa yang paling indah. Tetapi ada juga yang harus aku pikirkan selain membuat kenangan SMA menjadi indah. Yaitu masa depanku. Walaupun watu saat menjadi pengurus OSIS sangatlah berkesan, tetapi saat kelas 12 inilah yang mungkin tidak akan aku lupakan. Soal menjadi makananku tiap hari. Kopi menjadi minuman wajib tiap hari. Aku tau bahwa yang berjuang saat itu bukanlah aku saja. Tetapi juga banyak yang berjuang untuk mencapai cita-cata yang sama denganku. Maka dari itu aku bertekad untuk berlajar lebih dan lebih dari semua orang. Berangkat subuh, pulang magrib. Tiap hari belajar bukanlah hal mudah. Capek, stres, bosan, dll. Satu hal yang dapat kupelajari. Kita membutuhkan teman yang sama-sama punya tujuan yang sama. Yang dapat terus mengingatkan kita apa tujuan kita. Yang terus memotivasi untuk jangan menyerah. Kerena kita tidak dapat berjuang sendirian. Kita butuh teman.

Seusai Ujian Nasional, aku dan beberapa temanku memutuskan untuk merantai mengikuti lembaga bimbel di Malang. Di malang aku berkenalan dengan berbagai macam orang. Pada akhirnya aku memiliki banyak teman. Yang mana memiliki tujuan yang sama. Sehinga kami dapat saling memotivasi dan belajar bersama. Belajar di sana mengajarkanku untuk hidup lebih mandiri dimana aku jauh dari orang tua. Tetapi dengan aku di sana, aku memiliki banyak teman. UTBK pertamaku kuambil di Surabaya. Aku diantar oleh Orang tua. Karena memang doa orang tua adalah segalanya. Alhamdulillah, niali UTBK ku sangat memuaskan. Setelah itu aku kembali ke malang untuk belajar UTBK kedua. Hampir tiap hari aku pulang pukul 1 malam dan dilanjutkan belajar lagi pukul 7 pagi. Capek? Iya capek. Tapi kita tetap harus ingat akan cita-cita kita, orang tua yang terus mendukung kita, dan perjuangan yang telah kita lalu sampai ke tahap ini. Seperti kataku tadi, kita membutuhkan teman. Aku memiliki teman yang terus memotivasi dan mengingatkan untuk jangan menyerah. Dengan itu, aku melalUniversitas Indonesia hari-hari di Malang dengan sangat menyenangkan. Mulai dari belajar bareng, jalan-jalan, nonton bareng, dll.

UTBK kedua memiliki jarah hampir 2 bulan dari UTBK pertama. Tes keduaku ini kuambil di malang sehingga tidak perlu jauh-jauh dari tempatku berada saat itu. Walaupun agak kecewa, nilai UTBK keduaku malah turun. Hasil dari belajar pagi sampai malam, malah membuat nilaiku turun. Turunnya nilai bukanlah suatu masalah. Belajarku selama 2 bulan tidaklah sia-sia. Aku menjadi tau bahwa perjuangan harus totalitas dan membutuhkan mental yang kuat. Setelah tes UTBK ku kedua, aku pulang ke pare. Selama aku di rumah yang hampir 1 bulanan aku tidak ngapa-ngapain. Tapi setelah itu aku sadar dengan kemungkinan terburuk, yaitu gagal SBMPTN. Hari itu pun aku mulai belajar lagi untuk mempersiapkan ujian mandiri. Ujian mandiri terkenal dengan orang-orang yang kaya. Aku menyatakan bahwa itu sangatlah salah. Ujian mandiri tetaplah butuh belajar untuk melewatinya.

Aku memutuskan untuk mendaftar SBMPTN di Fakultas Kedokteran Unair di pilihan pertama dan Fakultas Kedokteran UB di pilihan kedua. Kenapa bukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia? Karena aku menerka-nerka bahwa nilaiku ini kurang dari cukup untuk dapat masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Aku sangat pesimis untuk diterima di SBMPTN kali ini. Karena menurut kabar yang beredar, sangatlah banyak nilai dari berbagi siswa di seluruh Indonesia yang lebih tinggi disbanding dari nilaiku. Maka dari itu, aku mulai belajar untuk tes Simak Universitas Indonesia dan UTUL UGM. Aku mendaftar ujian mandiri di UNAIR, ITS, ITB, Universitas Indonesia. dan UGM.

Alhamdulillah ternyata pada saat pengumuman SBMPTN, aku dinyatakan diterima di Fakultas Kedokteran Unair. Menurut kabar yang beredar, Fakultas Kedokteran Unair memiliki rata-rata nilai tertinggi di bawah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Aku mulai menerima bahwa tempat terbaikku adalah di Fakultas Kedokteran Unair. Tetapi ada hal yang selalu mengganjalku, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Aku tidak dapat melupakan cita-citaku sedari dulu. Aku pun memutuskan untuk tetap mengikuti SIMAK Universitas Indonesia. Walaupun pada awalnya orang tua ku menolak untuk aku ikut tes SIMAK Universitas Indonesia. Dengan penjelasanku, akhirnya di hari sebelum tes SIMAK, aku diperbolehkan mengikut SIMAK Universitas Indonesia. Memang terkesan egois, kurang bersyukur, dll, tapi hal ini sangatlah mengganggu pikiranku. Aku tidak terlalu berharap untuk lolos di SIMAK ini. Aku mengikutinya hanyalah untuk meredakan ego ku. Toh kalaupun gagal tidaklah masalah, aku juga sudah diterima di UNAIR.

Pada saat pengumuman SIMAK, aku berada di kosku di Surabaya karena keesokan harinya ada pengukuhan mahasiswa UNAIR. Pada saat hari pengumuman tepat pukul 2, aku membuka website pengumuman dan melihat nomor pesertaku. Tak kusangka, aku lolos di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tanganku pun gemetar. Aku butuh waktu beberapa menit untuk menenangkan diriku. Pertama kali yang kukabari adalah ayahku. Ayahku memutuskan untuk menorah kan pilihan berkuliah dimana kepadaku. Pada malam harinya, aku pun dijemput untuk pulang ke pare dan tidak mengikuti pengukuhan UNAIR.

Pejuangan untuk dapat lolos seleksi masuk Universitas Indonesia khususnya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sangat berkesan buatku. Perjuangan yang melatihku menjadi lebih dewasa. Mentalku juga dilatih pada saat berjuang untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indoensia ini. Walaupun perjuangan ini sangat panjang dan sangat melelahkan, tetapi tetap ingatlah tujuan akhir dari perjuangan ini.

Dengan aku berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, semoga aku dapat meraih cita-citaku menjadi dokter. Ya memang Fakultas Kedokteran pasti ya jadi dokter. Dengan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga aku selangkat untuk dapat membanggakan orang tuaku yang telah mendukungku dari awal perjuangan. Dan dapat membanggakan guru-guru dan almamaterku di SMA. Menjadi dokter sebenarnya bukan hanya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Masih banya Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi lainnya. Karena pada saat sudah turun dimasyarakat, kita tidak lagi ditanyaai dari lulusan mana. Dokter tetaplah dokter. Tapi kenapa harus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Aku memiliki cita-cita kelak akan menjadi seorang Menteri Kesehatan Indonesia. Dan riwayat semua Menteri Kesehatan Indonesia hanyalah berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dari ceritaku ini yang bisa aku simpulkan adalah bahwa kita harus bermimpi setinggi-tingginya. Tapi selain bermimpi, kita juga harus mempurjuangkan mimpi itu. Karena mimpi hanya akan menjadi mimpi apabila kta hanya diam saja. Mimpi boleh tinggi, asalkan dengan didukung oleh usaha yang keras juga. Bagi kalian yang memang ingin bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, berjuanglah dari sekarang. Jangan hanya gara-gara tuntutan orang tua, kalian malah mengobarkan diri dan masuk ke FK. Karena memang di FK perjuangannya sangat berat. Biayan sekoalh di Kedokteran juga tidaklah sedikit. Walaupun sekarang sudah ada beasiswa-beasiswa, tetapi yang namanya sekolah pasti ada keperluan-keperluan lain yang harus dibayarkan.

Bukannya untuk membuat kalian menyerah, tapi di Fakultas Kedokteran pasti kuliahnya berat. Luluspun menjadi seorang dokter tidaklah mudah. yang pasti apabila memang bercita-cita untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia, kalian harus mulai mempersiapkan segalanya dari sekarang. Karena kalau bukan sekarang, kapan lagi? Saat ini banyak orang yang juga bersaing untuk dapat berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, maka untuk kalian yang ingin berkuliah juga di Fakultas Kedokteran belajarlah dari kalian dan carilah kelebihan kalian dibandingkan dengan pesaing lainnya.

Setelah aku banyak berkenalan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ternyata banyak dari mereka yang rela mengobarkan waktunya untuk terus belajar dan bersaing memperebutkan kursi di mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Banyak orang dari latar belakang yang berbeda-beda disini. Bahkan yang tadinya aku bangga akan diriku yang telah mesuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, merasa kurang percaya diri disini. Karena memang, disini di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah tempat ngumpulnya orang-orang terpilih dari seluruh penjuru Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sebagai penutup narasi ini, aku sampaikan sekali lagi bahwa menjadi seorang dokter tidaklah hanya dari FKUI. Tetapi masih banyak Perguruan Tinggi yang juga mencetak dokter di Indonesia. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa FKUI salah satu yang tertua di Indonesia.

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page