Narasi Perjuangan -- Rizki Fauzi Suskhan
- FKUI 2019
- Aug 19, 2019
- 8 min read
Updated: Sep 23, 2019
Halo, perkenalkan nama saya Rizki Fauzi Suskhan, saya adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Suskhan Djusad dan Rinrin Pusparini. Saya lahir di Jakarta pada tahun 2001. Sebelumya saya mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri Delapan Jakarta atau biasa disebut Smandel. Pada tahun 2019 saya berhasil diterima pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi masuk Universitas Indonesia (Simak UI) walau sebelumnya telah gagal di SBMPTN dan SNMPTN. Pada awal saya bersekolah dari TK, saya sudah sering mendengar kata Fakultas kedokteran Universitas Indonesia karena waktu itu saya sering diajak ibu saya yang masih mengambil spesialis di fakultas tersebut. pandangan saya tentu hanya biasa-biasa saja terhadap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada saat itu karena memang saya belum mengetahui apa pun. Pandangan saya berubah drastis menjadi kagum ketika masa sekolah menengah pertama. Saya diajak bapak saya untuk menyaksikan pengukuhan gelar doktor terhadap bapak saya. Saya sangat kagum dan terpesona dengan seluruh acara tersebut. Setelah itu, saya pun bertemu dengan banyak kerabat bapak saya yang antara lain terdapat beberapa Guru Besar fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan juga banyak dokter lainnya yang telah banyak banyak berjasa bagi Masyarakat Indonesia. Dari sini saya menyadari bahwa tidak sembarang orang yang bisa masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sejak acara pengukuhan itu, pandangan saya terhadap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi sangat luar biasa. Ditambah lagi, peminat seluruh Indonesia yang ingin masuk fakultas ini yang mencapai ribuan dengan kuota hanya sekitar 240 mahasiswa semakin memantapkan pandangan ini.
Motivasi saya untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia awalnya mungkin hanya gengsi belaka dan juga ikut-ikutan orangtua. Namun, saya akhirnya sadar bahwa dibutuhkan niat serius untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Niat tulus untuk menjadi dokter dimulai pada masa sekolah menengah atas. Saya melihat banyak artikel-artikel mengenai banyaknya masalah kesehatan di Indonesia. Saya ingin sekali membantu hal ini karena saya takut masalah kesehatan yang tak kunjung selesai dapat menghambat kemajuan Bangsa Indonesia yang tentu saja berpengaruh pada kehidupan saya, keluarga, maupun masyarakat. Selain itu, pada kelas sebelas, saya juga mulai mempelajari anatomi tubuh manusia pada pelajaran biologi. Pada saat itu, saya sangat tertarik mengenai cara kerja tubuh manusia, saya juga tertarik tentang mengenai sebab akibat suatu kelainan atau suatu penyakit terjadi sehingga saya memantapkan untuk melanjutkan studi saya menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dimana saya akan mendapatkan seluruh materi tersebut secara lebih luas dan rinci.
Untuk mencapai impian saya tersebut, mulai kelas dua belas semester satu, saya langsung saja banyak mengerjakan latihan soal dari buku wangsit karena saya tahu bahwa saya tidak punya harapan lagi untuk diterima melalui jalur SNMPTN. Saya pun selalu belajar dan berdiskusi di salah satu bimbingan belajar hingga larut malam. Saya juga rela meninggalkan kebiasaan saya untuk nongkrong pada sore hari dan juga ekstrakulikuler yang saya anggap akan mengganggu perjuangan saya. Namun, disebabkan time management saya yang sangat berantakan, saya seringkali mengalami kelelahan maupun kebablasan tidur yang akhirnya merugikan saya sendiri. Saya juga menjadi suka melalaikan ibadah saya yang padhal merupakan kunci utama untuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Akhirnya, seminggu sebelum Ujian Tulis Berbasis Komputer, saya merasa sudah bisa dan mungkin agak meremehkan soal UTBK tahun 2019 yang memang lebih mirip soal Ujian Nasional. Sepuluh hari setelah dilaksanakannya UTBK, dilaksanakanlah pengumumannya yang waktu itu diundur dari jam sepuluh pagi hingga jam dua pagi keesokan harinya. Pukul tiga pagi hari saya pun membuka pengumuman tersebut. Betapa kagetnya nilai saya hanya mencapai skor 691. Ketika memasukkan nilai tersebut ke salah satu website yang memprediksi passing grade UTBK, ternyata saya berada di posisi 126 dari kuota yang hanya 72 mahasiswa. Setelah melihat hal itu, saya sangat kecewa dan measa sangat pesimis dan merasa seluruh perjuangan saya telah sia-sia. Untungnya, orangtua saya mengajak saya menunaikan ibadah umrah pada bulan puasa setelah UTBK tanggal 18 mei 2019. Pada tanggal 22 Mei 2019 saya berangkat ke tanah suci. Di sana saya mendapat banyak sekali pelajaran berarti bagi hidup saya, ketika buka puasa bersama di Masjid Nabawi maupun Al-Haram, orang-orang berlomba-lomba untuk melakukan berbagai macam kebaikan seperti dari memberi makan dn minuman gratis kepada jamaah lainnya maupun secara sukarela menyemprot air kepada jamaah yang sedang berjalan kepanasan di tengah terik matahari. Selain itu, saya juga mendapat pelajaran lainnya bahwa, segala sesuatu pasti terjadi atas kehendak tuhan, oleh karena itu, selain usaha yang keras, harus juga senantiasa dibarengi dengan ibadah yang kuat dan ikhlas karena tuhan bukan hanya karena ingin mengejar sesuatu sehingga kita baru ingin beribadah. Saya pun dapat merasakan kesempatan untuk berlebaran di Makkah dan berdoa dengan khusyuk agar saya diberi petunjuk dan memohon yang terbaik apa yang terbaik bagi saya kepada-Nya. Setelah saya pulang dari tanah suci, saya measa berbeda dan seperti segar kembali. Langsung saja orangtua saya merekomendasikan saya untuk mengikuti les privat khusus intensif Simak UI selama satu bulan penuh.
Pada kali ini saya sudah memiliki time management yang jauh lebih baik. Tak lupa juga saya rutin melakukan aktivitas olahraga agar diri saya selalu segar dan menjadi lebih mudah fokus. Tak lupa juga saya selalu menyempatkan maksimal sembilan puluh menit untuk mendekatkan diri pada tuhan setiap harinya. Pada hari pendaftaran Simak, orangtua saya menyuruh untuk memilih reguler dan kelas khusus internasional(KKI). Pada saat dilaksanakannya Simak kelas internasional saya merasa menjawab lancar dan optimis lolos karena soal yang tingkat kesulitannya berbeda jauh dengan soal-soal tahun sebelumnya. Tak lama, sekitar tiga atau empat hari saya dinyatakan lolos dan dapat melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tes MMI dan MMPI. Saya pun sempat berpikir bahwa soal Simak reguler juga akan lebih mudah dari sebelumnya. Namun, saya tidak ingin mengulangi kesalahan saya sebelumnya pada saat UTBK, yaitu meremehkan. Saya pun senantiasa belajar dengan time table yang sudah saya buat selama satu bulan sebelum Simak UI reguler tanpa melanggar jadwal yang saya buat.
Akhirnya, pada hari dilaksanakannya Simak UI reguler, tentu saja saya merasa sangat tegang dan takut karena berbeda dengan UTBK, sistem penilaian terdapat nilai minus yang membuat saya tidak boleh asal menembak apabila tidak yakin dengan jawabannya. Satu-satunya cara yang hanya bisa saya lakukan adalah berdzikir dan berdoa. Orangtua saya juga senantiasa menemani saya dan menyemangati saya pada Simak UI agar saya lebih merasa optimis dan lebh santai. Sesi satu pun dimulai, yaitu mengerjakan kemampuan saintek. Pada sesi ini, saya berhasil mengerjakan 41 soal yang saya yakin. Saya masih berusaha optimis dengan hasil ini. Selanjutnya, yaitu mengerjakan kemampuan dasar. Pada sesi ini saya merasa sangat pesimis, karena saya hanya mengerjakan lima soal matematika dasar dan terdapat dua soal bahasa indonesia yang tidak saya isi. Sehingga total saya hanya mengerjakan sekitar 70-80 dari 105 soal. Setelah itu, masih ada satu sesi lagi yaitu mengerjakan esai. Tidak sia-sia saya belajar membuat esai selama seminggu terakhir sebelum Simak UI karena saya dapat menuliskannya dengan lancar. Setelah Simak UI reguler selesai, saya pun akhirnya dapat beristirahat walaupun dengan perasaan yang sangat tak menentu karena takut tidak lolos. Selama menunggu pengumuman Simak UI selama sepuluh hari saya sempat berpikir takut menyesal karena dari SBMPTN hingga Simak UI hanya memilih satu jurusan yaitu kedokteran. Saya sangat takun akan mengecewakan orangtua saya yang sudah mengeluarkan banyak uang demi diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hari pengumuman pun tiba, jantung saya berdetak sangat cepat, sebelum membuka pengumuman, saya menunggu ibu saya terlebih dahulu agar dapat membuka bersama. Dan akhirnya, pukul 14:24 WIB tak disangka saya mendapat kata selamat dari website pengumuman Simak UI. Betapa leganya perasaan saya pada saat itu ketika dapat diterima di kampus impian saya dan juga dapat mengikuti jejak kedua orangtua saya yang juga merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Banyak teman-teman maupun guru dari tempat les dan sekolah yang memberikan ucapan selamat, saya cukup terharu dan sangat bahagia akan hal itu. Setelah pengumuman, kedua orangtua saya juga menitipkan pesan bahwa saya harus senantiasa bersyukur dan tidak boleh terlena karena sesungguhnya perjuangan saya masih sangat jauh untuk menjadi seorang dokter.
Harapannya, bagi diri saya sendiri, sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya ingin menjadi mahasiswa yang mumpun secara akademik dan saya juga ingin memperbanyak relasi saya dengan teman sefakultas saya maupun di fakultas lain sebanyak-banyaknya karena sesungguhnya tanpa teman, kita sebagai makhluk sosial akan lebih sulit dalam melakukan segala sesuatu secara sendiri. Selain itu, saya juga ingin memperdalam ilmu saya dengan rajin kuliah dan tidak pernah bolos sesuai dengan motivasi saya yang ingin mendapat lebih banyak materi yang lebih rinci mengenai tubuh manusia dan hal lain yang berkaitan demi menjadi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berintegritas tinggi. Lalu, harapannya bagi keluarga , saya ingin senantiasa menjaga nama baik keluarga atau pun meningkatkannya dengan meraih prestasi akademik yang baik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu, ketika sudah lulus nanti, saya sangat menginginkan agar saya sudah dapat menafkahi keluarga saya agar orangtua saya yang sudah berumur dapat beristirahat dengan tenang di rumah mereka tanpa perlu bersusah-susah lagi.
Selanjutnya, harapan saya bagi masyarakat yaitu agar mereka tidak perlu lagi repot atau takut akan kekurangan dokter khususnya bagi masyarakat kurang mampu yang mengandalkan BPJS Kesehatan. Saya akan meningkatkan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang banyak karena Allah SWT sudah mengatur seluruh rezeki umat-Nya. Dan yang terakhir, yaitu harapan bagi teman seangkatan saya yaitu angkatan 2019, saya ingin agar angkatan ini senantiasa melakukan gathering minimal satu tahun sekali walau misal kita sudah memiliki kehidupan masing-masing nantinya. Saya juga berharap teman seluruh angkatan 2019 dapat senantiasa membantu temannya yang kesulitan walaupun kita tidak terlalu dekat dengan orang tersebut karena sesungguhnya hal itu sesuai dengan sumpah dokter butir kesepuluh yang menyatakan “Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung”.
Rencana jangka pendek saya dalam satu tahun kedepan yaitu berusaha memperbanyak relasi dengan teman sefakultas maupun berbeda fakultas, lalu berusaha mendapatkan indeks prestasi kumulatif dengan nilai minimal 3,00 dan juga aktif dalam mengikuti kuliah maupun kegiatan mahasiswa lainnya. Rencana jangka pendek-menengah saya yaitu tiga tahun ke depan adalah berusaha mempertahankan Indeks prestasi saya sebesar 3,00 atau keatas lalu dapat menyelesaikan keseluruhan 72 satuan kredit semester tanpa perlu mengulang mata kuliah.selain itu, saya juga ingin lebih berperan aktif di masyarakat khususnya sekitar lingkungan Universitas Indonesia. Rencana jangka menengah saya yaitu sepuluh tahun kedepan adalah sudah lulus sarjana dengan Indeks prestasi kumulatif minimal 3,00 dan dapat selesai tepat waktu. Setelah itu rencananya saya ingin mengambil spesialis ortopaedi dan traumatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan juga dapat lulus tepat waktu selama empat setengah tahun ataupun bisa kurang. Pada masa ini tentu fokus saya adalah membantu masyarakat dengan menjadi peserta pendidikan program dokter spesialis yang berkompeten dan selalu mengamalkan nilai dari sumpah dokter. Terakhir, untuk rencana jangka panjang saya, yaitu dua puluh tahun kedepan, rencananya saya ingin membuka praktik jika Allah menghendaki ataupun menjadi dokter tetap di salah satu rumah sakit di sekitar Jabodetabek karena saya juga harus mengurus orangtua saya yang sangat memerlukan saya, serta rencananya jika mungkin saya akan memulai penelitian yang mungkin akan menjadi terobosan baru di bidang medis pada masa itu dan akhirnya saya dapat mendapat gelar doktor minimal di umur empat puluh tahun.
Demikianlah cerita terkait perjuangan saya dan apa rencana saya ke depan sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bagi kalian yang ingin masuk kampus perjuangan ini, ingatlah tiga hal yang paling penting ini, hal pertama tentu saja senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan yang Mahaesa karena semua kehendak ada di tangan Tuhan oleh karena itu banyaklah beribadah dan berdoa kepada-Nya. Hal kedua yaitu teruslah berusaha setinggi langit karena setinggi-tinggi nya berusaha, jika gagal, sangat banyak pengalaman yang akan didapat yang mungkin dapat membuat kehidupan kita nantinya menjadi lebih baik jika tentu saja kita belajar dari kesalahan sebelumnya. Dan yang terakhir, yaitu jangan menjadi orang yang keras kepala, apabila kita diberi nasihat yang bertujuan baik dari orang lain terutama orangtua, kita harus menerimanya dan mengintrospeksi diri sendiri agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala aspek.
“Jika memang sudah garis tanganmu maka pasti kau akan meraihnya”
Kata mutiara ini berarti bahwa bagaimana pun kita berusaha, apabila kita gagal, tuhan pasti punya rencana yang jauh lebih baik dan apabila memang sudah takdir kita maka walaupun sudah gagal berkali-kali, pada akhirnya kita pasti akan berhasil.
Comments