top of page
Search

NARASI PERJUANGAN - RYAN RIZQI PUTRA

  • Writer: FKUI 2019
    FKUI 2019
  • Aug 18, 2019
  • 8 min read

Makan kuenya ayu, kenalan yuk! Hai, nama saya Ryan Rizqi Putra biasa dipanggil Ryan/Ry/Yan. Saya merupakan mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2019. Saya tinggal di Kelapa Dua, Depok. Sebelumnya saya adalah alumni dari SMA 39 Jakarta yang berlokasi di Cijantung, Pasar Rebo. Sedikit cerita, ternyata hanya segelintir maba UI yang tau SMA 39 Jakarta. Sedih rasanya.. hehe.. tapi sekalinya orang tau apa dan dimana itu SMA 39 sontak mereka akan mengatakan “Wah sekolah lo bagus” “39? Keren dah tuh kayak gunung” “wih yang masjidnya dingin itu ya?” itu yang membuat hati ini lega HAHA..


Semenjak kecil saya memiliki harapan agar kelak saat dewasa saya mendapatkan pekerjaan yang dapat memberika kontribusi secara penuh kepada berbagai lapis masyarakat. Banyak sekali cita-cita saya sejak kecil, seperti ingin menjadi guru, dokter, menteri hingga ingin menjadi presiden. Namun semakin berajak dewasa, saya merasa bahwa menjadi dokter merupakan tujuan hidup saya. Menurut saya, Menjadi seorang dokter bukan hanya anatomi, fisiologi, dan patologi. Dokter lebih dari itu. Dokter dituntut dapat berkomunikasi baik dengan pasien, mengerjakan berbagai hal dengan senang hati, dan senantiasa memiliki jiwa pengabdian yang tinggi. Hal tersebut dapat saya tarik kesimpulan bahwa dokter tidak hanya mengandalkan akademis namun perlu adanya jiwa sosial yang tinggi. Dua hal tersebut menjadi landasan fundamental saya memantapkan diri untuk menjadi dokter.


Siapa sih yang nggak tahu FKUI? Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang biasa disingkat FKUI berlokasi di UI Salemba dan Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK). Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia yang sudah berdiri sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Begitu banyak para alumni FKUI yang menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Dari mulai masa pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, hingga sekarang. Sebagai contoh ada dr. Cipto Mangunkumo, beliau merupakan dokter sekaligus tokoh pergerakan nasional. Selain itu terdapat alumni FKUI yang menjadi direktur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), beliau adalah Prof. Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes.Masih banyak lagi para alumni FKUI yang sangat memiliki peran dalam pembangunan bangsa Indonesia. Selain itu, FKUI memegang peranan sebagai pusat pelayanan kesehatan bangsa Indonesia. FKUI memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang kegiatan mahasiswa kedokteran. Sebut saja Indonesia Medical Education and Research Institute atau yang disingkat IMERI. IMERI menjadi wahana bagai mahasiswa FKUI untuk melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, hingga kajian. Hal-hal tersebut membuat saya menjadi kagum dan akan merasa bangga jika saya diterima sebagai mahasiswa FKUI.


Bukan tanpa alasan dan motivasi saya menjadikan FKUI sebagai pilihan pertama saya untuk melanjutkan jenjang pendidikan saya. Motivasi-motivasi itu datangnya dari diri, keluarga, teman, dan orang lain. Saya merasa diri saya berhak untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya di Universitas terbaik dan Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia. Sejak SMA kelas 10 guru bimbingan konseling (BK) sudah memberi tugas untuk menggantungkan cita-cita termasuk jurusan yang diinginkan. Saat itu saya masih ragu untuk menuliskan FKUI sebagai cita-cita saya. Hal tersebut disebabkan karena masalah finansial. Sebelumnya saya menganggap bahwa untuk masuk Fakultas Kedokteran itu membutuhkan biaya yang banyak. Banyak yang berkata bahwa orang tua perlu menyiapkan biaya minimal 1M. Wow. Itu angka yang sangat besar dan pasti Ibu saya nggak setuju. Kendatidemikian, setelah mendengar informasi bahwa FK khususnya FKUI dapat mengajukan peringanan biaya kuliah bahkan bisa gratis dengan beasiswa saya semakin yakin untuk memilih FKUI. Orang tua saya khususnya Ibu saya dulu kurang setuju dengan pilihan saya, namun setelah saya jelaskan motivasi serta detail informasi FKUI secara detail, akhirnya Ibu saya menyetujui. Teman-temanpun ikut andil dalam membakar semangat dan mendorong saya untuk memilih Kedokteran UI.


Sejak kelas 10 saya selalu berusaha mempertahankan nilai rapot saya. Saya selalu tergiur dengan yang namanya jalur undangan atau SNMPTN sebab di sekolah saya terlihat sangat mudah untuk mendapatkan jalur undangan. Hal tersebut yang memotivasi saya untuk selalu dalam peringkat pararel teratas. Belajar gak hanya di sekolah tetapi saya mengikuti bimbel. Setiap kali ada tugas dan ujian saya mempersiapkannya dengan yang terbaik agar hasilnya pun maksimal. Sayapun turut ikut semangat belajar sebab saya didukung oleh teman-teman saya yang ambisus. Saya semakin terpacu untuk terus belajar. Namun bukan hal yang mudah untuk mempertahankan itu semua. Perlu banyak pengorbanan. Terkadang saya merasa lelah namun saya selalu berprinsip teguh agar saya masuk FKUI. Menjadi maba FKUI 2019. Dan tak lupa satu hal yang sangat penting adalah doa. Doa itu hebat. Kita berbisik kepada bumi tetepi didengar olah langit. Doa adalah penguat saya disaat saya lelah dan tak bergairah untuk belajar. Saya pun mulai rutin untuk melakukan sholat tahajud tiap dini hari serta rutin puasa senin dan kamis. Selain itu saya pernah mendangar nasihat guru bimbel saya agar sentiasa rutin membaca Asmaul Husnah (nama-nama baik Allah SWT). Oh iya satu lagi, saya rutin membaca Surah Al-Waqiah selepas sholat magrib.


Sebelum saya memasuki bangku kelas 12 SMA, saya masih mempertimbangkan pilihan saya di FKUI. Diri saya selalu mempertanyakan, apa saya benar-benar ingin menjadi dokter yang bertanggung jawab dan berkompeten? Atau saya hanya ikut-ikutan saja. Lalu sempat hati ini untuk memilih Fakultas Teknik. Namun setelah melalui pemikiran yang Panjang saya tidak cocok di Fakultas Teknik. Menurut saya, saya bukan tipe-tipe anak Teknik. Hehehe.. dan ternyata benar saja bahwa hati ini memantapkan untuk memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat bulan Januari 2019, sekolah saya sudah mulai memperingkatkan pararel. Ternyata saya berada dalam posisi pararel 2. Hanya selisih 1 poin dengan temanku, Leonard. Namun belum berhenti sampai disitu ternyata Leonard memilih FKUI sebagai pilihan SNMPTN-nya. Saya sempat cemas, khawatir, takut tidak lolos SNMPTN FKUI hanya karena selisih 1 point dengan temanku. Tetapi banyak dukungan baik dari guru sampai teman-teman saya yang yakin bahwa saya bisa lolos SNMPTN. “Alah paling lu lolos snm yan” “udah yang tenang aja kamu pasti lolos SNMPTN” begitulah kira-kira perkataan mereka yang selalu membangkitkan semangatku. Kendatidemikian tetap saja hati ini cemas apakah saya akan mendapat warna hijau atau merah.


Pada halaman website SNMPTN disebutkan bahwa SNM akan diumumkan pada tanggal 23 Maret 2019. Namun terjadi perubahan jadwal menjadi tanggal 22 Maret 2019. Hal itu disebabkan untuk menghindari kepadatan pendaftaran UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) saat ada siswa yang tertolak SNMPTN. Hati ini mulai cemas, pikiran kemana-mana, dan bibir ini tak hentinya untuk terus memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar mendapatkan hasil seperi apa yang diinginkan. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pukul 05.00 terdapat kabar burung bahwa web snm bocor alias dapat diakses oleh siswa. Saya melihat Whats App Story temen saya. Ia telah diterima di Teknik Elektro Universitas Indonesia. Dari situ saya merasa percaya diri bahwa saya akan diterima di FKUI. Segera saya mengakses website SNM dan disana tertera untuk memasukan nomor pendaftaran dan tanggal lahir. Segera saya beranjak dari kasur dan mencara kartu snm saya. Dengan tangan sedikit termor saya buka web itu. Dan tadaaaa!!! HIJAU!!! SELAMAT!!! PENDIDIKAN DOKTER!!! UNIVERSITAS INDONESIA!!! MasyaAllah.. Alhamdulillah tak kunjung berhentiku ucapkan. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Segera saya sujud syukur kepada Allah atas nikmat dan karunia ini semua. Saya memberi tahu Ibu saya “Mah, aku lolos!!” Sambil gemeter dan tangan termor:’) saya terharu sekali! Tak lupa saya pun memeluk Ayah saya. Rasanya senang, syukur, dan terharu. Sungguh luar biasa.


Kendatidemikian ini bukanlah akhir. Justru ini adalah awal. The beginning of my path. Langkah awal menuju cita-cita saya. Masuk kampus dan fakultas sekelas FKUI saya rasa akan menjadi beban tetapi akan menjadi beban yang worth it. Saya yakin akan banyak halang rintangan di depan sana. Namun yang pasti saya tidak akan pantang menyerah. Saya akan tulus dan maksimal dalam menuntut ilmu kedokteran. Tidak hanya di bidang akademis tetapi saya akan mengembangkan diri dan potensi saya di dalam perjalanan saja menjadi dokter di FKUI.


Harapan selalu ada di dalam diri setiap insan manusia. Dengan diterimanya saya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berharap saya bisa menjadi dokter yang bertanggung jawab, ulet, dan berkompeten. Itu adalah harapan utama. Tidak berhenti sampai disitu, saya memiliki keinginan agar saya bisa menjadi lebih baik dan lebih dewasa saat saya mulai belajar di bangku perkuliahan. Salah satu alasan saya masuk FKUI adalah ingin membanggakan orang tua. Saya selalu ingin menaikan derajat kedua orang tua saya. Diri ini memiliki keinginan untuk merubah “stereotype” di kalangan masyarakat mengenai keluarga saya. Kelak saya akan terjun ke masyarakat dalam hal pengabdian. Saya berharap dengan saya masuk ke FKUI, saya ingin bahwa masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya kesehatan tubuh.


Gathering pertama merupakan momen yang begitu berkesan untuk saya. Hal itu disebabkan karena saya merasa bisa mengenal teman-teman sejawat FKUI’19. Ada yang dari Maluku, Bengkulu, Riau, bahkan Nusa Tenggara. Selain itu, mereka berasal dari backrground yang berbeda-beda dan satu yang buat saya kagum adalah mereka memiliki bakat-bakat yang dapat diacungi jempol. Ada yang bisa nyanyi, main alat music, bahkan ada yang bisa membuat mars FKUI dalam waktu singkat. This is amazing guys. I thought that FKUI cuman 4B: belajar buku belajar buku, tapi enggak kok mereka sama aja heheh. Mereka anaknya asik-asik dan pasti semuanya pinter-pinterlah yaaa.. saya yakin mereka dapat menuntun saya ke arah yang lebih baik. Saya berharap kelak kami satu angkatan akan terus solid. UI 2019? INTEGRITAS!


Begitu banyak hal di dalam pikiran ini untuk memasang target untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk satu tahun ke depan saya akan mulai untuk beradaptasi di lingkungan FKUI. Target utama saya, saya akan aktif dalam kegiatan event maupun organisasi. Saya sangat tertarik untuk menjadi panitia Open House FKUI. Selain itu, saya akan mengikuti beberapa perlombaan baik antar universitas, nasional, bahkan internasional. Tak lupa saya akan mengikuti beberapa pelatihan dan seminar untuk mengembangkan potensi diri saya. Hmm terlihat seru deh saat menjadi panitia PSAF. Pasti semua kegiatan itu menuntut kami mahasiswa FKUI untuk disiplin, komitmen, dan tanggung jawab.


Tahun ketiga di FKUI saya sudah mulai menyusun proposal dan skripsi. InsyaAllah tahun ketiga saya sudah sidang. Pada saat itu teman-teman ke FKUI salemba untuk mengucapkan selamat atas keberhasilanku lulus sidang. Oh iya, saya pun akan melalukan perisapan menjelang masa Coass. Dengan melalukan beberapa hal, salah satunya seperti intensif melakukan pelatihan OSCE. Selain itu saya akan melakukan riset Bersama teman-teman sejawat saya. Tak lupa mencari pengalaman untuk melakukan sebuah kegiatan social khususnya di daerah yang sulit terjangkau transportasi. 10 tahun? Hmm kira-kira nama saya udah kayak gini: dr. Ryan Rizqi Putra, Sp.PD aamiin ya Allah... 20 tahun? InsyaAllah saya udah bisa jadi dosen di FKUI.. bahkan bisa menjadi guru besar FKUI. Aamiin.


Saya, Ryan, berpesan kepada semua orang khususnya untuk adik kelas 12 yang ingin masuk FKUI bahwa masuk FKUI itu tidak mudah. Butuh motivasi yang kuat, pengorbanan, serta komitmen yang tinggi. Saya selalu memandangi foto jakun yang saya pajang di atas meja belajar saya dan tak lupa saya sholawatin! prosesnya pun tidak mudah. Yakinkan diri untuk bisa menjalaninya. Jika hati sudah mantap ingin menjadi dokter, teruslah mengejar fakultas kedokteran. Tidak hanya di FKUI, tetapi bisa di tempat lain. Namun harus dipastikan FKUI sebagai acuan kalian untuk terus termotivasi dalam hal belajar. Oh iya! Jangan mengandalkan SNMPTN (jalur undangan) saja ya... persiapkan diri untuk SBMPTN dan Jalur Mandiri. Saya pun ikut mempersiapkan diri saat itu sebab saya tidak punya cadangan universitas dan saya takutnya sakit hati saat gagal karena tidak mempersiapkan dengan baik.


“We always dream of changing the entire world but sometimes, changing a single soul is enough, for inside every human, there is a world” nah ini nih kata-kata yang sangat apik dan selalu nempel di kepala saya. Kenapa? Coba kalian perhatiin deh. Dari sana kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita hanya perlu merubah diri kita untuk menjadi lebih baik karena dengan kita menjadi baik, maka dunia ini akan menjadi indah. Oh ya ada lagi nih quotes dari sahabat saya sendiri namanya Maulidia Syifa dan ini sangat memotivasi saya sendiri hingga sampai sekarang, bunyinya “keep up the good work dear our future doctor” sederhana tapi lucu banget. The last and the recent baru denger dari Kak Nildza sebagai ketua PSAF, Kak Nildza bilang “It’s gonna be a tough journey but it’s gonna be worth to fighting for” kayak pikiranku langsung “waaah” ini harus selalu tertanam dipikiranku.


Jadi itulah perjalanan saya menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menuju makara hijau Universitas Indonesia. Semoga kita semua dapat mengambil hal-hal postif. Keep spread the good vibes ya. Terus semangat dalam menggapai cita-cita. Kalau gagal itu bukan akhir dari segalanya. Tetap berusaha jangan pantang menyerah. Satu lagi, intinya jangan pernah merasa bosan untuk terus belajar. karena dengan ilmu seseorang akan dinaikan derajatnya. Jalan-jalan sama papa, sampai jumpa!

 
 
 

Recent Posts

See All
Narasi Perjuangan - Mucica Safitri

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Hallo semua, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan banyak hal dan kisah menarik secara...

 
 
 

Comments


© 2019 by FKUI 2019. Proudly created with Wix.com

bottom of page